Sabtu, 26 Oktober 2013

فِي هَوى

فِي هَوى خَيْرِالْعِبَادْ شُغِفَ لْقَلْبُ وَ هَامْ

"Kecintaan ku pada sebaik-bainya makhluk (Rasulullah SAW)menarik seluruh Hati dan pikiranku".

فَهَنِيـْئًا لِفُـؤَ ادٍ نَالَ مِنْ طه الْمَرَ مْ

"Dengan sebab berikut beruntunglah hatiku mendapatan segala angan-angan/cita-citaku".

أَنَافِيْ مَدْحِ مُحَمَّدٍ مُغْرَ مٌ وَاللّـهُ يَشْهَدأ

"Aku tergia-gila dalam memuji dan ALLAH lah yang menjadii saksi".

اَنَا فِيْ أَوْ صَافِهِ قَدْ بَتَّ صَوْ بًا مُسْتَهَامْ

"Aku tertidur Lelap bersama sifat-sifat yang semakin membangitan rasa rinduku".

Khobbiri

خبّري

خبّري خبّري خبّري يا نسيمى عن مغرام شذي والهان
Berilah kabar kepadaku,wahai angin sepoi-sepoi,
aku tergila-gila,aku sangat rindu dan bingung

عا شق اه عاشق عا شق الأنوار
Oh rindu,rindu kepada cahaya

أنت عنّي تشتكي والحالي كلّ اللّيل سهران
Engkau perintahkan aku mengadu kepadanya,
lihatlah keadaanku,sepanjang malam aku begadang

كي ارأ المختار كي ارأ المختار
Agar aku dapat memandang Nabi al-Mukhtar(nabi pilihan)

من يّلمني في غرامي طا لما عاشق جمالك
Barang siapa,menghina penyakitku,
sungguh sangat terlambat karena kerinduanku pada kebaikan kekasihku sudah lama

يامكرّم يا ممجّد يا مؤيّد بالشّفاعة
Wahai manusia yang dimuliakan,
diagungkan, dikuatkan dengan syafa’at

هاأنا أنالها
Berilah itu kepadaku

Minggu, 23 Desember 2012

psikologi perkembangan


DAFTAR ISI




BAB I

HUKUM PERKEMBANGAN I

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Psikologi perkembangan kadang-kadang disebut juga psikologi anak atau psikologi genetik. Yang dibahas ialah perkembangan rohani sejak manusia lahir sampai ia dewas. Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia tersebut, salah satu yang paling penting dan paling menjadi pusat perhatian adalah masa remaja. Para orang tua, pendidik, dan para tenaga professional lainnya mencoba untuk menerangkan dan melakukan pendekatan yang efektif untuk menangani para remaja ini. Lalu ada apakah di masa remaja ini? Seberapa besarkah pentingnya untuk menangani masa remaja dan seberapa besar pengaruhnya untuk kehidupan dimasa depan individu tersebut? Masa remaja yang dimaksudkan merupakan periode transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, sehingga banyak.
Ahli yang berbeda dalam penentuan rentang usianya. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa masa remaja berawal dari usia 12 sampai dengan akhir usia belasan ketika pertumbuhan fisik hampir lengkap.
Hukum perkembangan disini dibagi menjadi enam. Yaitu, Hukum konvergensi, hukum masa peka, hukum rekapitulasi, hukum bertahan dan mengembangkan diri, hukum irama (ritmik) perkembangan, dan hukum tempo perkembangan.
Para ahli psikologi sering mempelajari laju perkembangan yang “khas” pada usia berapakah anak pada umumnya mulai berbicara, berapa cepatkan pembendaraan kata meningkat bersaman dengan meningkatnya umur[1]Perkembangan menunjukkan adanya perubahan, adanya masa yang dilalui, menunjukkan suatu proses.  Proses yang terjadi sepanjang kehidupan manusia.  Perkembangan mengacu pada perubahan sepanjang waktu selama manusia hidup (change over times). Perkembangan menunjukkan perubahan yang sifatnya progresif.

B.     HUKUM-HUKUM PERKEMBANGAN
1.      Pengertian Perkembangan Menurut Beberapa Ahli
a.       Lois Hoffman cs mengungkapkan bahwa perkembangan adalah proses yang terjadi dalam diri individu sepanjang kehidupan.
b.      Lerner berpendapat bahwa perkembangan menunjukkan perubahan yang sistematik atau terorganisir dalam diri individu.
c.       Mussen cs  mengungkapkan bahwa perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada fisik, struktur neurologis, perilaku, traits, yang terjadi secara teratur dan masuk akal, dan menghasilkan yang baru, yang lebih baik, lebih sehat, lebih terorganisir, lebih stabil, lebih kompleks, lebih kompeten, dan lebih efisien.
d.      E. Hurlock menjelaskan perkembangan sebagai seri perubahan yang progresif yang terjadi sebagai hasil dari kematangan dan pengalaman dengan tujuan memampukan individu untuk beradaptasi dengan lingkungan.
e.       Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P. Knoers perkembangan yang terjadi dalam diri pribadi seseorang menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan[2].
f.       Secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang mempunyai tujuan tertentu.

2.      Pengertian Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan ialah suatu ilmu yang merupakan bagian dari psikologi. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, yaitu psikologi yang mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.
Kegunaan psikologi perkembangan
Berikut ini akan dikemukakan kegunaan psikologi perkembangan sebagai berikut:
a.       Dengan mempelajari psikologi, orang akan mengetahui fakta-fakta dan prinsip-prinsip mengenai tingkah laku manusia.
b.      Untuk memahami diri kita sendiri dengan mempelajari psikologi sedikit banyak orang akan mengetahui kehidupan jiwanya sendiri, baik segi pengenalan, perasaan, kehendak, maupun tingkah laku lainnya.
c.       Dengan mengetahui jiwanya dan memahami dirinya itu maka orang dapat menilai dirinya sendiri.
d.      Pengenalan dan pemahaman terhadap kehidupan jiwa sendiri merupakan bahan yang sangat penting untuk dapat memahami kehidupan jiwa orang lain.
e.       Dengan bekal pengetahuan psikologi juga dapat dipakai sebagai bahan untuk menilai tingkah laku normal, sehingga kita dapat mengetahui apakah tingkah laku seseorang itu sesuai tidak dengan tingkat kewajarannya, termasuk tingkat kenormalan tingkah laku kita sendiri.
Pengetahuan Psikiologi Perkembangan, sangat berguna bagi guru, yaitu dengan bekal psikologi perkembangan:
a.       Mereka dapat memilih dan memberikan materi pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik pada tiap tingkat perkembangan tertentu.
b.      Mereka dapat memilih metode pengajaran dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan pemahaman murid-murid mereka.

3.      Ciri-ciri Perkembangan
Perkembangan memiliki beberapa ciri, yaitu:
a.       Kontinu (berkesinambungan).  Perkembangan berlangsung melewati jam, hari, bulan, dan tahun.  Sebagai contoh, menjadi remaja tidak terjadi dalam waktu singkat, tetapi melalui proses perubahan yang terjadi bertahun-tahun setelah lahir.  Perkembangan terjadi berkesinambungan sepanjang hidup manusia, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman masa anak tidak secara kaku menentukan kehidupan manusia selamanya.
b.      Kumulatif. Perkembangan dibangun berdasarkan apa yang terjadi sebelumnya atau tersusun sebelumnya. Bagaimana seorang anak atau dewasa berespon dan apa yang mereka pelajari sekarang tergantung pada apa yang mereka alami di masa sebelumnya.
c.       Mempunyai arah.   Perkembangan bergerak ke arah yang lebih kompleks.  Bayi tumbuh menjadi anak terlebih dahulu baru kemudian menjadi dewasa.  Bayi meraih bola dengan tangan terbuka, seiring dengan bertambah usia maka otot, saraf, dan tulang menjadi matang, sehingga seorang anak dapat dengan mudah menangkap bola.
d.      Diferensiasi.  Pada perkembangan terjadi perbedaan yang semakin halus.  Bayi sulit membedakan antara apa yang dilihat, pikiran, perasaan, dan tindakan, dengan bertambah usia maka anak bisa membedakan apa yang mereka lihat, apa yang mereka  rasakan, yang mereka pikirkan, dan yang mereka lakukan.
e.       Terorganisir.   Ketrampilan-ketrampilan lambat laun akan terintegrasi.  Bayi secara perlahan-lahan mampu mengatur dan mengontrol perilakunya.   Bayi belajar mengatur fungsi persepsi dan motoriknya untuk meraih benda dengan tepat.  Orang dewasa belajar mengatur dan mengontrol tugas-tugas yang bervariasi dalam pekerjaan dan keluarganya.
f.       Holistik.  Setiap aspek dalam perkembangan, apakah itu fisik, kognitif, atau sosial, bergantung satu sama lain, dan setiap perkembangan merupakan hasil interaksi dari aspek-aspek tersebut.  Sebagai contoh, anak berbicara bila tenggorokan, mulut, dan otak sudah mencapai kematangan.
4.      Fase dan Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan
Pendapat para Ahli mengenai periodisasi yang bermacam-macam di atas dapat digolongkan dalam tiga bagian, yaitu:
a.       Periodisasi yang berdasar biologis.
Periodisasi atau pembagian masa-masa perkembangan ini didasarkan kepada keadaan atau proses biologis tertentu. Pembagian Aristoteles didasarkan atas gejala pertumbuhan jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua dibatasi oleh pergantian gigi, antara fase kedua dengan fase ketiga ditandai dengan mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin.
b.      Periodisasi yang berdasar psikologis.
Tokoh utama yang mendasarkan periodisasi ini kepada keadaan psikologis ialah Oswald Kroch. Beliau menjadikan masa-masa kegoncangan sebagai dasar pembagian masa-masa perkembangan, karena beliau yakin bahwa masa kegoncangan inilah yang merupakan keadaan psikologis yang khas dan dialami oleh setiap anak dalam masa perkembangannya.
c.       Periodisasi yang berdasar didaktis.
Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh Harvey A. Tilker, PhD dalam “Developmental Psycology to day”(1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam “Developmental Psycology”(1980) tampak sudah lengkap mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya sebagai berikut:
1)      Masa Sebelum lahir (Prenatal Period)
Masa ini berlangsung sejak terjadinya konsepsi atau pertemuan sel bapak-ibu sampai lahir kira-kira 9 bulan 10 hari atau 280 hari. Masa sebelu lahir ini terbagi dalam 3 priode; yaitu:
a)      Periode telur/zygote, yang berlangsung sejak pembuahan sampai akhir minggu kedua.
b)      Periode Embrio, dari akhir minggu kedua sampai akhir bulan kedua.
c)      Periode Janin(fetus), dari akhir bulan kedua sampai bayi lahir.
2)      Masa Bayi Baru Lahir (New Born)
Masa ini dimulai dari sejak bayi lahir sampai bayi berumur kira-kira 10 atau 15 hari. Dalam perkembangan manusia masa ini merupakan fase pemberhentian (Plateau stage) artinya masa tidak terjadi pertumbuhan/perkembangan.
Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini ialah:
a)      Periode ini merupakan masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh periode perkembangan.
b)      Periode ini merupakan saat penyesuaian diri untuk kelangsungan hidup/ perkembangan janin. 
c)      Periode ini ditandai dengan terhentinya perkembangan.
d)     Di akhir periode ini bila si bayi selamat maka merupakan awal perkembangan lebih lanjut.

3)      Masa Bayi (Babyhood)
Masa ini dimulai dari umur 2 minggu sampai umur 2 tahun. Masa bayi ini dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan periode di mana dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.
4)      Masa Kanak-kanak Awal (Early Chilhood)
Awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas 1 SD.
5)      Masa Kanak-kanak Akhir (Later Chilhood)
Akhir masa kanak-kanak atau masa anak sekolah ini berlangsung dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Selanjutnya Kohnstam menamakan masa kanak-kanak akhir atau masa anak sekolah ini dengan masa intelektual, dimana anak-anak telah siap untuk mendapatkan pendidikan di sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek intelek. Adapun Erikson menekankan masa ini sebagai masa timbulnya “sense of accomplishment” di mana anak-anak pada masa ini merasa siap untuk enerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan melaksanakan/menyelesaikan tuntutan itu. Kondisi inilah kiranya yang menjadikan anak-anak masa ini memasuki masa keserasian untuk bersekolah.
6)      Masa Puber (Puberty)
Masa Puber merupakan periode yang tumpang tindih Karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Yaitu umur 11,0 atau 12,0 sampai umur 15,0 atau 16,0.
Kriteria yang sering digunakan untuk menentukan permulaan masa puber adalah haid yang pertama kali pada anak perempuan dan basah malam pada anak laki-laki.
Ada empat perubahan tubuh yang utama pada masa puber, yaitu:
a)      Perubahan besarnya tubuh.
b)      Perubahan proporsi tubuh.
c)      Pertumbuhan ciri-ciri seks primer.
d)     Perubahan pada ciri-ciri seks sekunder.
7)      Masa Dewasa Awal (Early Adulthood)
Masa dewasa adalah periode yang paling penting dalam masa khidupan, masa ini dibagi dalam 3 periode yaitu: Masa dewasa awal dari umur 21,0 sampai umur 40,0. Masa dewasa pertengahan, dari umur 40,0 sampai umur 60,0. dan masa akhir atau usia lanjut, dari umur 60,0 sampai mati.
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas san penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
8)      Masa Dewasa madya ( Middle Adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai umur enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:
a)      Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan manusia.
b)      Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.
c)      Masa dewasa madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
d)     Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
9)      Masa Usia Lanjut ( Later Adulthood)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dri umur enam puluh tahun sampai mati, yang di tandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.
5.      Tujuan atau Kegunaan Mempelajari Psikologi Perkembangan
Adapun tujuan atau kegunaan mempelajari Psikologi Perkembangan, adalah:
  1. Menggambarkan perubahan yang terjadi pada manusia berdasarkan usia dan pengalaman dalam pertumbuhan fisik, berpikir, dan kepribadian. Contohnya, apabila kita melihat perilaku tantrum yang ditunjukkan oleh anak usia 4 tahun maka kita menganggap perilaku tersebut sebagai sesuatu yang wajar, karena pada usia tersebut anak mulai menunjukkan keinginannya yang harus dipenuhi dan belum mampu menunda pemenuhan keinginannya tersebut.   Berbeda dengan jika perilaku tersebut ditunjukkan oleh anak yang berusia 12 tahun maka perilaku tersebut dapat dikatakan tidak sesuai dengan usianya dan menunjukkan indikasi permasalahan tertentu[3].
  2. Membandingkan manusia dari berbagai latar belakang.  Manusia dengan latar belakang pengasuhan yang berbeda atau manusia dengan perbedaan  biologis tertentu, dan perbedaan-perbedaan tersebut memberikan gambaran tentang perbedaan individu.
  3. Menjelaskan perubahan-perubahan perkembangan dan keurutan menurut prinsip, aturan, teori, dan mekanisme. Seperti keurutan pada saat anak belajar berjalan, belajar berhitung.
  4. Memprediksi pola perkembangan, sehingga dapat ditemukan cara mengontrolnya, dan memungkinkan diberikannya intervensi.  Intervensi  dapat  meningkatkan kualitas hidup manusia. Contohnya, ketika seorang bayi yang sedang digendong telapak kakinya terlihat “layu”, hal tersebut dapat menjadi prediktor anak akan mengalami kesulitan pada saat belajar berjalan. Agar anak dapat belajar berjalan dengan baik, orangtua dapat berkonsultasi dengan dokter atau mengikutsertakan anak dalam terapi.
  5. Menghubungkan penemuan-penemuan dari psikologi perkembangan dengan disiplin ilmu yang lain.
6.      Hal – hal yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia
Dalam perkembangan manusia ada beberapa aliran atau pendapat antara lain :
a.            Aliran Empirisme yaitu pribadi manusia itu ditentukan oleh faktor dari luar. Teorinya disebut tabularasa. Pandangan ini dipelopori oleh john locke
b.            Aliran nativisme yaitu bahwa yang membentuk manusia itu berbentuk atau berasal dari faktor dalam. Aliran ini dipelopori oleh yean yaques R
c.            Aliran konvergensi bahwa perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh faktor dasar dan ajar. Aliran ini dipelopori oleh W. stern[4].
7.      Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan
            Persoalan mengenai faktor-faktor apakah yang memungkinkan atau mempengaruhi perkembangan, dijawab oleh para ahli dengan jawaban yang berbeda-beda.
            Para ahli yang beraliran “Nativisme” berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan individu semata-mata tergantung kepada faktor dasar/pembawaan. Tokoh utama aliran ini yang terkenal adalah Scopenhauer.
            Berbeda dengan aliran Nativisme, para ahli yag mengikuti aliran “Empirisme” berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran empririsme ini menjadikan faktor lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam menentukan perkembangan seseorang individu. Tokoh aliran ini adalah John Locke.
            Aliran yang tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrim di atas adalah aliran “Konvergensi” dengan tokohnya yang terkenal adalah Willian Stern. Menurut aliran Konvergensi, perkembangan individu itu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut. Baik faktor dasar/pebawaan maupun factor lingkungan/pendidikan keduanya secara convergent akan menentukan/mewujudkan perkembangan seseorang individu. Sejalan dengan pendapat ini, Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional juga mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu yaitu faktor dasar/pembawaan (faktor internal) dan faktor ajar/lingkungan (faktor eksternal).
            Manurut Elizabeth B. Hurlock, baik faktor kondisi internal maupun faktor kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi tempo/kecepatan dan sifat atau kualitas perkembangan seseorang. Tetapi sejauh mana pengaruh kedua faktor tersebut sukar untuk ditentukan, terlebih lagi untuk dibedakan mana yang penting dan kurang penting. Tetapi bailklah beberapa diantara faktor faktor-faktor tersebut ditinjau:
a.       Intelligensi
Intellegensi merupakan faktor yang terpenting. Kecerdasan yang tinggi disertai oleh perkembangan yang cepat, sebaliknya jika kecerdasan rendah, maka anak akan terbelakang dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Berdasarkan penelitian Terman LM (Genetic studies of Genius) dan Mead TD (The age of walking and talking in relation to general intelligence) telah dibuktikan adanya pengaruh intellegensi terhadap tempo perkembangan anak terutama dalam perkembangan berjalan dan berbicara.
b.      Seks
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks tidak tampak jelas. Yang nyata kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada waktu lahir anak laki-laki lebih besar dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih cepat pula dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki.
Anak perempuan pada umumnya lebih cepat mencapai kematangan seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan pisiknya juga tampak lebih cepat besar dari pada anak laki-laki. Hal ini jelasa pada anak umur 9 sampai 12 tahun.
c.       Kelenjar-kelenjar
Hasil penelitian di lapangan indoktrinologi (kelenjar buntu) menunjukkan adanya peranan penting dari sementara kelenjar-kelenjar buntu ini dalam pertumbuhan jasmani dan rohani dan jelas pengaruhnya terhadap perkembangan anak sebelum dan sesudah dilahirkan.
d.      Kebangsaan (ras)
Anak-anak dari ras Meditarian (Lautan tengah) tumbuh lebih cepat dari anak-anak eropa sebelah timur. Amak-anak negro dan Indian pertumbuhannya tidak terlalu cepat dibandingkan dengan ank-anak kulit putih dan kuning.
e.       Posisi dalam keluarga
Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi perkembangan. Anak kedua, ketiga, dan sebagainya pada umumnya perkembangannya lebih cepat dari anak yang pertama. Anak bungsu biasanya karena dimanja perkembangannya lebih lambat.
Dalam hal ini anak tunggal biasanya perkembangan mentalitasnya cepat, karena pengaruh pergaulan dengan orang-orang dewasa lebih besar.
f.       Makanan
Pada tiap-tiap usia terutama pada usia yang sangat muda, makanan merupakan faktor yang penting peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan. Bukan saja makanannya, tetapi isinya yang cukup banyak mengandung gizi yang terdiri dari pelbagai vitamin. Kekurangan gizi/vitamin dapat menyebabkan gigi runtuh, penyakit kulit dan lain-lain penyakit.
g.      Luka dan penyakit
Luka dan penyakit jelas pengaruhnya kepada perkembangan, meskipun terkadang hanya sedikit dan hanya menyangkut perkembangan fisik saja.
h.      Hawa dan sinar
Hawa dan sinar pada tahun-tahun pertama merupakan faktor yang penting. Terdapat perbedaan antara anak-anak yang kondisi lingkungannya baik dan yang buruk.
i.        Kultur (budaya)
Penyelidikan Dennis di kalangan orang-orang Amerika dan Indiana menunjukan bahwa sifat pertumbuhan anak-anak bayi dari kedua macam kultur adalah sama. Ini menguatkan pendapat bahwa sifat-sifat anak bayi itu adalah universal dan bahwa budayalah yang kemudian merubah sejumlah dasar-dasar tingkah laku anak dalam proses perkembangannya. Yang termasuk faktor budaya disini selain budaya masyarakat juga di dalamnya termasuk pendidikan, agama, dsb.
Elizabeth B. Hurlock juga mengemukakan beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya perkembangan (Cause of Development) yaitu:
a.       Kematangan (Maturation)
Perkembangan fisik dan mental adalah sebagian besar akibat dari pada kodrat yang telah menjadi bawaan dan juga dari pada latihan dan pengalaman si anak. Kodra ini diperoleh dari turunan perkembangan (Heredity Endownment) dan menimbulkan pertumbuhan yang terlihat, meskipun tanpa dipengaruhi oleh sebab-sebab nyata dari lingkungan.
Pertumbuhan karena kodrat terkadang timbulnya secara sekonyongkonyong. Rambut tumbuh di muka, suara berubah dengan tiba-tiba. Sikapnya terpengaruh antara lain terhadap seks lain, yang berkembang menjadi kegila-gilaan gadis atau kegila-gilaan pemuda sebagai kebalikan dari kebencian yang ditujukan pada masa sebelumnya (Masa Pueral).
Pada anak-anak sering terlihat, tiba-tiba anak itu dapat berdiri, berbicara, dan sebagainya yang terkadang setelah seseorang berpendapat bahwea anak-anak itu sangat terbelakang dalam pekembangannya.
b.      Belajar dan latihan (Learning)
Sebab terjadinya perkembangan yang kedua adalah dengan melalui proses belajar atau dengan latihan. Disini terutama termasuk usaha anak sendiri baik dengan atau tidak dengan melalui bantuan orang dewasa.
c.       Kombinasi kematangan dan belajar (Interaction of Maturation and Learning)
Kedua sebab kematangan dan belajar atau altihan itu tidak berlangsung sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama, bantu membantu. Biasanya melalui suatu latihan yang tepat dan terarah dapat menghasilkan perkembangan yang maksimum, tetapi terkadang meskipun bentuan kuat dan usahanya efektif tidak berhasil seperti yang diharapkan, jika batas perkembangannya lekas tercapai atau daya berkembangnya sangat terbatas.
     Kematangan selain berfungsi sebagai pemberi bahan mentah yang berupa potensi-potensi yang siap untuk dilatih/dikembangkan juga sebagai penentu batas atau kualitas perkembangan yang akan terjadi. Kematangan itu dalam periode perkembangan tidak hanya dicapai setelah lahir, tetapi sebelum lahir juga ada kematangan; bedanya ialah bahwa kematangan dalam masa sebelum lahir hanya dipengaruhi kodrat dan tidak memerlukan latihan.
     Kematangan suatu sifat sangat penting bagi seorang pengasuh atau pendidik untuk mengetahuinya, karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang sebaik-baiknya terhadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagi mereka.
            Telah banyak percobaan-percobaan diadakan untuk mengetahui sampai dimana seorang anak dapat berkembang hanya atas dasar kodrat dan sejauh mana atas dasar pengajaran/pengalaman. Hasilnya antara lain:
a.       Pada tahun-tahun pertama “kematangan” ini penting karena memungkinkan pengajaran/pelatihan.
b.      Dalam hal perkembangan phylogenetic tidak terdapat perbedaan di antaraanak kembar dan anak yang berbeda rasnya (Nego dan Amreika misalnya).
c.       Berlangsungnya secara bersama-sama antara pertumbuhan kodrat (kematangan) dengan pengajaran/latihan adalah sangat menguntungkan bagi perkembangan anak.
8.      Hukum Perkembangan
Perkembangan merupakan perubahan yang terus menerus dialami, tetapi ia tetap menjadi kesatuan. Perkembangan berlangsung dengan perlahan-lahan melalui masa demi masa. Kadang-kadang seseorang mengalami masa kritis pada masa kanak-kanak dan masa pubertas. Menurut hasil penelitian para ahli ternyata bahwa perkembangan jasmani dan rohani berlangsun menurut hukum-hukum perkembangan tertentu.  Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang kurang normal pada organisme ada bermacam-macam.
Pertama, faktor-faktor yang terjadi sebelum lahir. Misal: kekurangan nutrisi pada ibu dan janin; janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan, dan lain-lain.
Kedua, faktor ketika lahir atau saat kelahiran. Faktor ini antara lain adalah intracranial haemorage atau pendarahan pada bagian kepala bayi yang disebabkan oleh tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan dan oleh efek susunan saraf pusat, karena proses kelahiran bayi dilakukan dengan bantuan tang (tangver-lossing).
Ketiga, faktor yang dialami bayi sesudah lahir, antara lain oleh karena pengalaman traumatik pada kepala, kepala bagian dalam terluka karena kepala bayi (janin) terpukul, atau mengalami serangan sinar matahari (zonnestiek).
Keempat, faktor psikologis antara lain oleh karena bayi ditinggalkan ibu, ayah atau kedua orang tuanya. Sebab lain ialah anak-anak dititipkan pada suatu lembaga, seperti rumah sakit, rumah yatim piatu, yayasan perawatan bayi, dan lain-lain.
Pengertian “hukum” dalam ilmu jiwa perkembangan, tidaklah sama dengan yang bisa dilenal dalam dunia perundang-undangan peradilan. Dalam ilmu jiwa perkembangan, istilah hukum tidak dapat diasosiasikan. Misalnya, dengan hukum perdata atau hukum pidana. Melainkan yang dimaksud Hukum Perkembangan adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak-anak (manusia), yang telah disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama. Misalnya: seorang anak baru bisa berkembang, apabila ia dalam keadaan hidup. Ini merupakan hukum yang sudah pasti, sehingga tidak mungkin dibantah kebenarannya oleh siapapun juga. Jadi, hidup adalah syarat mutlak bagi terjadinya proses perkembangan. karena sudah pasti dan mutlak kebenarannya, maka dalam ilmu jiwaperkembangan, susunan kalimat pernyataan seperti itu disebut Hukum.
9.      Macam-macam hukum perkembangan dan penjelasan hukum-hukum  perkembangan
Menurut hasil penelitian para ahli ternyata perkembangan berlangsung menurut hukum-hukum perkembangan tertentu.  Hukum-hukum perkembangan itu terdiri dari:
  1. Hukum Konvergensi. 
Konvergensi artinya perpaduan. Hukum ini mula-mula dipopulerkan oleh William Stern. Menurutnya, ada dua hal yang sama-sama penting dalam perkembangan seseorang: pertama pembawaannya sejak lahir, dan kedua pengaruh lingkungan dimana ia berada. Sebagai contoh: perkembangan seorang anak untuk “berdiri”. Secara naluriah sesuai dengan kodrat pembawaannya, setiap anak manusia itu dalam keadaan normal pasti bisa berdiri. Akan tetapi pembawaan semacam ini tidak akan menjadi kenyataan , jika anak manusia itu tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia. Pernah terbukti, seseorang anak yang sebenarnya normal, tetapi sejak kecil hidup bersama dan diasuh oleh seekor srigala, ternyata akhirnya tak dapat berdiri tegak seperti umumnya manusia, melainkan ia merangkak dengan tangan dan kakinya, menyerupai cara berjalannya binatang.
William Stern juga mengungkapkan bahwa perkembangan yang dialami anak dipengaruhi oleh unsur lingkungan dan bawaan.  Proporsi dari ke dua unsur itu bervariasi.  Pengaruh unsur bawaan dan lingkungan bisa sama kuatnya, atau salah satu dari unsur itu lebih kuat pengaruhnya terhadap perkembangan dibandingkan unsur yang lainnya[5].
Contoh, mengajarkan konsep mengenai burung pada anak usia 5 tahun dengan down syndrome akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak usia 5 tahun dengan taraf kecerdasan rata-rata.
Sebagaimana telah banyak diketahui, kehadiran hukum konvergensi merupakan jawaban tengah atas hukum nativisme dan empirisme yang keduanya dipandang berat sebelah. Kata nativisme: berhasil atau tidaknya perkembangan seseorang, semata mata tergantung pada kemampuan naluriyah yang dibawanya semenjak lahir. Sementara empirisme berpendapat sebaliknya: justru lingkungan atau pendidikanlah yang menentukan berhasil tidaknya perkembangan seseorang. Ternyata, berdasarkan penyelidikan ilmiah, kedua pendapat ini sama-sama gagal dalam mempertahankan kebenarannya. Lalu muncul hukum konvergensi yang dipandang dapat mengatasi, dengan pokok pandangannya sebagaimana yang dijelaskan diatas.

b.      Hukum Masa peka. 
Masa peka yang dimaksud ialah: suatu masa dimana sesuatu “fungsi” demikian baik berkembangannya, karena itu harus dilayani dan diberi kesempatan sebaik baiknya. Menurut pendapat yang masyhur, masa peka untuk sesuatu aspek kehidupan itu datangnya hanya sekali, artinya tak terulang lagi pada kesempatan yang lain. Katakanlah, masa peka seorang anak untuk berjalan adalah umur 2th, masa peka untuk menggambar ketika berumur 5 th, dan masa peka untuk perkembangan ingatan adalah pada umur 13 th. Maka berarti, pada masa-masa itu sajalah kecakapan anak untuk di latih berjalan, menggambar, dan berfikir logis, berada pada puncak maksimal, sehingga bila segera di salurkan, kemungkinan besar akan berkembang dengan pesat. Sebaliknya, jika kesempatan yang amat baik itu biarkan terlena, maka si anak akan merugi untuk selamanya.
Ahli pendidikan dari italia, Maria Montessori, adalah seseorang yang terkenal keberhasilannya  dalam memanfaatkan masa peka anak-anak. Dia telah mendirikan sebuah lembaga pendidikan, yang secara khusus berorientasi untuk melayani keinginan murid-muridnya, sesuai dengan kebutuhan yang menyertai datangnya masa peka masing-masing dalam bidang tertentu. Jadi, masa peka ini penting sekali untuk di perhatikan, oleh orang tua anak sendiri maupun pendidik yang lain pada umumnya. Masa peka memang kenyataan selalu datang dan di alami oleh setiap anak. Karena itu ia termasuk hukum perkembangan yang harus mendapatkan perhatian secukupnya.
Tiap-tiap fungsi psikis mempunyai waktunya untuk berkembang dengan sebaik-baiknya.  Prof. Hugo de Vries memperkenalkan masa peka ini dalam ilmu biologi, yaitu suatu masa ketika fungsi-fungsi psikis menonjolkan diri ke luar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang.  Sebagai contoh, anak usia 2 bulan tidak bisa diajar untuk berjalan karena anak tidak berada dalam masa pekanya. Hal tersebut akan berbeda dengan anak usia 10 bulan yang diajar berjalan.  Masa peka diperkenalkan dalam dunia pendidikan  oleh Maria Montessori.  Menurut Montessori masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi psikis mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan.  Misalnya anak usia 3 sampai 5 tahun merupakan masa yang baik sekali untuk mempelajari bahasa ibu dan bahasa di daerahnya.
c.       Hukum Rekapitulasi. 
Hukum rekapitulasi adalah perkembangan psikis anak yakni ulangan secara singkat perkembangan umat manusia. Seluruh perkembangan umat manusia terulang dalam waktu beberapa tahun saja secara singkat dalam perkembangan anak. Fakta-faktanya: Anak-anak kecil memiliki kesamaan dengan bangsa primitif, misalnya: suka dengan warna yang tajam, memiliki pikiran yang animistis, takut hantu atau kekuatan gaib.
Jika pengertian rekapitulasi ini dilahirkan atau (ditransfer) ke psikologi perkembangan, dapat dikatan bahwa perkembangan seorang anak mengalami ulangan ringkas dari sejarah kehidupan umat manusia. Walaupun masih ada orang yang berpendapat lain, namun sebagian besar di antara mereka itu mengakui adanya persamaan dengan kehidupan kebudayaan mulai dari bangsa-bangsa primitif sampai kepada kehidupan kebudayaan bangsa yang ada dewasa ini. Mereka membagi-bagi kehidupan anak sebagai berikut.
1)      Masa memburu dan menyamun
Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 8 tahun. Tanda-tandanya, misalnya: anak senang menangkap-nangkap dalam permainannya, memanah dan menembaki binatang. Tanda-tanda pada anak lain misalnya senang bermain kejar-kejaran, perang-perangan, dan bermain panah-panahan.
2)      Masa mengembala
Masa ini dialamai ketika anak berusia sekitar 10 tahun. Tanda-tandanya, misalnya: anak senang memelihara binatang. Seperti, ayam, kambing, kelinci, merpati, dan sebagainya.
3)      Masa bercocok tanam
Masa ini dialami anak ketika ia berusia sekitar 12 tahun. Tanda-tandanya, misalnya: senang berkebun, menyiram kembang.
4)      Masa berdagang
Masa ini dialami anak ketika ia berusia sekitar 14 tahun. Tanda-tandanya, misalnya: senang bertukar-tukaran perangko dengan teman, berkirim kriman foto dengan sesame sahabat pena, bermain jual-jualan seperti mbok pecel, dan sebagainya.
Stanley Hall mengungkapkan bahwa perkembangan yang dialami seorang anak merupakan ulangan (secara cepat) sejarah kehidupan suatu bangsa yang berlangsung dengan lambat selama berabad-abad.  Seperti masa memburu dan menyamun, masa ini dialami ketika anak berusia 8 tahun, yaitu anak senang menangkap binatang, senang bermain kejar-kejaran, perang-perangan.  Masa menggembala, masa ini dialami anak berusia sekitar 10 tahun, misalnya anak senang memelihara binatang.  Masa bercocok tanam, masa ini dialami anak berusia sekitar 12 tahun, misalnya senang berkebun, menyiram tanaman.  Masa berdagang, masa ini dialami anak ketika berusia sekitar 14 tahun, misalnya senang bertukar perangko, berkirim foto[6].
d.      Hukum Bertahan dan mengembangkan diri.
Dalam kehidupan timbul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan diri. Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri.
Dorongan mempertahankan diri terwujud, misalnya, pada dorongan makan dan menjaga keselamatan diri sendiri. Anak menyatakan perasaan lapar, haus, dan sakit dalam bentuk menangis. Ia mempertahankan dirinya dengan cara menangis. Jika ibu-ibu mendengar anaknya menangis, tangisannya itu dianggap sebagai dorongan mempertahankan diri.
            Dalam perkembangan jasmani dan rohani terlihat hasrat dasar untuk mengembangkan pembawaan. Untuk anak-anak dorongan mengembangkan diri ini berbentuk hasrat mengenal lingkungannya, usaha belajar berjalan, kegiatan bermain, dan sebagainya. Dikalangan remaja timbul rasa persaingan dan perasaan belum puas terhadap apa yang telah tercapai. Hal ini dapat dianggap sebagai dorongan mengembangkan diri.
            Ketika seseorang anak berhasil mempertahankan diri, bersamaan itu muncul pula hasrat insaniyah untuk mengembangkan segala potensi yang dibawanya sejak lahir. Masih diatas buaian, seseorang bayi sudah mulai mencoba untuk  mennggerak-gerakkan badannya, mengamat-amati apa yang ada di sekelilingnya, seolah-olah ia ingin mengetahui se gala sesuatu yang terasa asing baginya itu. Menyusul, ia pun tersenyum penuh perhatian, manakala ada orang yang datang menjenguknya. Setelah umur 3 tahun ke atas, ia terus menerus minta diberi kesempatan untuk bermain, mencoba dan mencoba apa saja yang bisa dilakukan. Kadang- kadang, dimuka kaca almari atau dihadapan layar telivisi, seorang anak memperagakkan tingkah laku penyanyi, penari dan olah ragawan senam pagi, yang pernah atau tengah dilihatnya. Disaat yang lain, ia juga gemar melakukan aksi corat-coret. Katanya: “menggemar atau melukis”
Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri.  Dorongan mempertahankan diri misalnya dorongan untuk makan bila lapar, dan dorongan mengembangkan diri nampak  pada hasrat anak untuk mengenal lingkungannya, berusaha untuk berjalan, bermain dan lain sebagainya.
            Demikian percobaan itu, satu demi satu dilaksanakan oleh hampir setiap anak. Percobaan gerak jasmani, tetapi juga percobaan mendayagunakan kemampuan rohani. Semua ini dapat dirangkum dalam satu istilah, “usaha mengembangkan diri”. Tetapi perlu diingat, bahwa apa saja yang dilakukan oleh anak tersebut, sifatnya adalah pembawaan. Tak usah disuruh atau diajari, dalam keadaan normal, seorang anak akan terus menerus melakukan sesuatu, yang sesungguhnya bernilai bagi pengembangan diri. Hal semacam ini berlaku secara umum, dimana saja dan dikalangan anak siapa saja. Karenanya, lalu dianggap sebagai kepastian. Kepastian dalam proses perkembangan seseorang. Ia adalah satu dari sekian macam hukum perkembangan.
e.       Hukum Irama (ritme) Perkembangan.
Hukum ini menyatakan, bahwa berlngsungnya perkembangan itu tidak selalu “ajeg”, konstan, atau merata pada setiap waktu. Kadang-kadang suatu proses perkembangan berjalan lancar, tetapi biasa-biasa saja dari waktu kewaktu, dan ini di sebut “ajeg” sifatnya. Tetapi ada pula, dari keadaan biasa kemudian melonjak cepat, untuk akhirnya kembali biasa lagi, atau bahkan menurun. Sementara yang lain, dari keadaan cepat, kemudian berjalan biasa, cepat lagi, lalu biasa lagi, menurun, begitu seterusnya. Jadi, irama perkembangan itu tidak selalu merata dari waktu kewaktu.
Sebagai contoh, seorang anak yang sedang belajar bahasa,. Mula-mula berjalan biasa, anak tersebut menguasai dan dapat mempraktekkan pembendaharaan kata satu demi satu tetapi aneh, dalam minggu-minggu berikutnya, ia sedemikian cepat memperoleh tambahan kata-kata baru, dan bicaranya pun sangat lancar. Orang dewasa yang mengasuhnya menjadi heran, disangka anak ini memang luar biasa. Ternyata tidak. Malah kadang-kadang terjadi akhirnya justru mengecewakan. Sang anak mengalami penurunan, bahkan kemunduran dalam belajar bahasa tersebut. Sepertinya, ia menjaddi malas, tak ada gairah, masa bodoh, tak peduli dengan apa yang di ajarkan oleh ayah ibunya. Demikianlah irama perkembangan itu berlangsung, walau harus pula di akui, bahwa pasang surut semacam itu tidak selalu tampak secara nyata, sehingga orang menganggapnya  berjalan biasa-biasa saja.
            Akhirnya perlu di  tambahkan, baik tempo maupun irama perkembangan itu, sesungguhnya tidak saja kelihatan berbeda dari anak yang satu dengan anak yang lain, tetapi juga bisa dari fungsi yang satu ke fungsi kehidupan yang lain. Misalnya, antara fungsi (aspek) jasmaniah dan rohaniah pada seorang anak. Bisa jadi, sementara perkembangan jasmaniah seorang anak berjalan cepat, aspek rohaniahnya terlambat ataupun sebaliknya. Tetapi bisa pula terjadi, perkembangan jasmaniah seorang anak terlambat sementara, karena saat itu ia sedang memikirksn pelajaran dengan serius untuk menghadapi ujian. Dan  masih banyak lagi contoh yang lain.
            Perkembangan berlangsung sesuai dengan iramanya.  Irama perkembangan mengemukakan pola perkembangan yang dialami individu.  Anak yang sedang giat-giatnya belajar berjalan, kegiatan belajar berbicaranya mereda untuk sementara.  Bila ia sudah dapat berjalan, kegiatan berjalan itu mereda pula untuk sementara, kemudian seluruh perhatiannya dialihkan untuk kegiatan berbicara.

 







  1. Hukum Tempo Perkembangan.
             Setiap anak/individu memiliki kecepatan perkembangan tersendiri.  Anak yang satu lebih cepat berjalan dibandingkan anak lainnya, anak yang lainnya lebih lambat berbicara dibandingkan lainnya.  Ini menunjukkan bahwa setiap perkembangan yang dialami individu berlangsung menurut tempo (kecepatan) masing-masing.
            Berlangsungnya perkembangan pada anak yang satu , belum tentu sama dengan anak yang lain. Ada anak yang dalam perkembangannya kelihatan serba cepat, misalnya belajar merangkak, belajar berjalan, belajar berbicara, dan lain-lain, semuanya berlangsung  dengan lekas sekali. Sementara anak yang lain, dalam belajar hal-hal yang sama, terpaksa belajar amat lambat tidak lain semuanya ini menyangkut soal tempo perkembangan. Dan telah menjadi hukum yang pasti, bahwa setiap anak mempunyai kecepatan (tempo) perkembangan sendiri seniri. Jika memang ia termasuk cepat, maka tak bisa dihambat. Sebaliknya yang lambat, tak mungkin pula dipaksa-paksa untuk cepat.
Bahwa tempo perkembangan setiap anak itu berbeda, bisa kita lihat dalam praktek pendidikan di sekolah. Ada anak yang dalam setiap ujian mencapai prestasi baik, sehingga terus lancar naik kelas. Tetapi ada pula yang mengantongi banyak nilai merah, sehingga perlu mengulang dikelas yang sama tahun berikutnya. Juga bisa terlihat, perihal tempo perkembangan ini, dalam pelaksanaan sistem kredit semester. Satu segi, sistem tersebut bisa dipandang sebagai upaya untuk  menempatkan setiap siswa atau mahasiswa, sesuai dengan tempo perkembangan masing-masing. Mereka yang tempo perkembangan belajarnya cepat, akibatnya juga segera tamat. Sementara yang lambat, kata orang jawa: alon-alon pokoke kelakon, biar lambat asal selamat.
Kaum ibu suka membanding-bandingkan  perkembangan anaknya dengan perkembangan anak yang lain. Dari hasil-hasil percakapan antara dua orang ibu tentang perkembangan anak mereka masing-masing ternyata bahwa setiap perkembangan yang dialami berlangsung menurut tempo (kecepatan) masing-masing. Mereka mengatakan, dalam hal ini pengaruh pendidikan kecil sekali dan hanya berlaku untuk sementara waktu. Bila diperhatikan ternyata anak yang satu lebih lekas maju pada satu tugas perkembangan dari  yang dialami anak yang lain. Anak laki-laki lebih lekas merangkak, misalnya, sedangkan anak perempuan lebih pandai berbicara. Kadang-kadang anak pertama lebih cepat menjadi besar, sedangkan anak kedua agak lambatpertumbuhannya. Hal ini disebabkan tiap-tiap anak mempunyai sendiri tempo perkembangan.

g.      Hukum sifat perkembangan
Menurut Stone, perkembangan pribadi manusia itu jika di amati dengan sungguh-sungguh maka akan tampak sifat-sifat sebagai mana berikut disebutkan:
a.       Stabil
b.      Sensitif
c.       Aktif
d.      Teratur
e.       Kontinyu
h.      Hukum Kodrat Ilahi
Tidak dapat di ingkari lagi, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan. Karena hiduplah, anak manusia bisa berkembang. Sementara kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat dari Allah. Jadi, perkembangan setiap anak manusia tidak bisa lepas dari kodrat Ilahi.

C.    KESIMPULAN
Secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang mempunyai tujuan tertentu. Psikologi perkembangan ialah suatu ilmu yang merupakan bagian dari psikologi. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, yaitu psikologi yang mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.
Pengertian “hukum” dalam ilmu jiwa perkembangan, tidaklah sama dengan yang bisa dilenal dalam dunia perundang-undangan peradilan. Dalam ilmu jiwa perkembangan, istilah hukum tidak dapat diasosiasikan. Misalnya, dengan hukum perdata atau hukum pidana. Melainkan yang dimaksud Hukum Perkembangan adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak-anak (manusia), yang telah disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama.
Hukum-hukum perkembangan terdiri dari : Hukum kodrat Ilahi, hukum mempertahankan diri, hukum mengembangkan diri, hukum masa peka, hukum tempo perkembangan, hukum irama perkembangan, dan hukum sifat perkembangan.

DAFTAR RUJUKAN
Sholeh Munawar, Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005.
Zulkifli, psikologi perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006.
Supriyono Widodo, Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004.
Bawain Imam. Drs, pengantar ilmu jiwa perkembangan, PT Bina Ilmu, surabaya, 1985.
Subrata Sumardi, Psikologi pendidikan, CV  Rajawali pers, Jakarta, 1990.
Desmita, psikologi pekembangan, Rineka cipta, Bandung, 2006.
http://sutisna.com/artikel/psikologi/psikologi-perkembangan/tanggal 19 Oktober 2010pada pukul 23.30 wib.
Adkinson Richard c, Rita L. Atkomson, Pengantar Psikologi I , Jakarta : Erlangga, 1997.
Sholeh Munawar, Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005.


BAB II

HUKUM PERKEMBANGAN II

            Tingkah laku setiap manusia, baik pada kelompok balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan kelompok lansia dalam situasi pendidikan merupakan objek dari psikologi pendidikan. Mereka adalah makhluk yang unik yang penuh dengan misteri, salah satu indikatornya adalah selalu mengalami perubahan dalam berbagai hal, baik faktor phisik, psikhis, pengetahuan, wawasan dan lain-lain. Karena itu, individu satu dengan lainnya akan berbeda delam berbagai hal. Meski demikian, langkah demi langkah akan mengalami perkembangan secara kontinyu dengan menunjukkan kehasannya, sehingga memerlukan perlakuan tersendiri dalam mendidik.
            Membantu proses pengembangan berbagai aspek perkembangan anak perludiawali dengan pemahaman tentang perkembangan anak, karena perkembangan anak berbeda dengan  perkembangan anak remaja atau orang dewasa. Anak memiliki karakteristik tersendiri dan anak  memilikidunianya sendiri. Untuk mendidik anak usia dini, perlu dibekali pemahaman tentangdunia anak dan bagaimana proses perkembangan anak. Dengan pemahaman ini diharapkan para pendidik anak usia dini memiliki pemahaman yang lebih baik dalam menentukanproses  pembelajaran ataupun perlakuan pada anak yang dididiknya.
            Perkembangan yang  dialami  anak  bersifat  progresif, sistematis  dan berkesinambungan dan perkembangan pada masa usia ini mengikuti berbagai prinsip perkembangan dan juga hukum-hukum perkemnbangan, memberikan gambaran tentang peserta didik. Dan diharapkan nantinya bisa memahami dan mengatasi karakter peserta didik yang berbeda-beda.
Bagi setiap makhluk hidup, sejak kelahirannya dan dalam menjalani kehidupan seterusnya terdapat dasar-dasar dan pola-pola kehidupan yang berlaku umum sesuai dengan jenisnya. Di samping itu, terdapat pula pola-pola yang berlaku khusus sehubungan dengan sifat-sifat individualnya. Pola-pola ini mempunyai arti yang universal yang biasa berlaku dimana-mana. Pola kehidupan yang dimaksudkan bisa dipergunakan sebagai patokan untuk mengenal ciri perkembangan anak-anak, misalnya anak-anak di Amerika, anak-anak di Asia dan bagi juga anak-anak di Indonesia.
Lingkungan dan latar belakang kebudayaan masing-masing bangsa mempengaruhi pola pertumbuhan dan perkembangan bangsa itu, dan dengan demikian akan terjadi atau terbentuk karakteristik yang menjadi pola khusus bangsa yang bersangkutan. Di antara pola-pola khusus itu, dan bahkan antara pribadi dengan pribadi, juga terdapat perbedaan-perbedaan tertentu. Perbedaan tersebut akan lebih jelas apabila dibandingkan secara keseluruhan pribadi bangsa-bangsa itu. Berdasar persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan itulah diperoleh kecenderungan umum dalam pertumbuhan dan perkembangan, yang selanjutnya dinamakan hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan.
            Hukum perkembangan adalah prinsip-prinsip yang mendasari perkembangan fisik maupun Psikis Individu. Sebagaian ahli psikologi ada yang lebih senang menggunakan istilah “ Prinsip-prinsip perkembangan” dan tidak mau menggunakan istilah hukum perkembangan. Namun di Indonesia yang lebih dikenal adalah istilah hukum perkembangan daripada prinsip perkembangan.[7]Perbedaan istilah ini tidak memberikan pengaruh fundamental terhadap makna dasar yang dikandungnya.
B.     Hukum-Hukum Perkembangan
            Perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan. Perkembangan ditunjukkan dengan perubahan yang bersifat sistematis, progresif dan berkesinambungan.Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya.
            Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak atau radiathul anfal. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan yang ditujukan untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran agar anak dapat mengembangkan potensi-potensinya sejak dini sehingga anak dapat berkembang secara wajar sebagai seorang anak. Melalui suatu proses pembelajaran sejak usia dini, diharapkan anak tidak saja siap untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan fisik-motorik, kognitif, sosial, dan emosi sesuai dengan tingkat usianya.
            Proses perkembangan merupakan suatu evolusi yang secara umum adalah sama pada setiap anak. Namun demikian, perbedaan-perbedaan individual dimungkinkan terjadi karena faktor-faktor pembawaan, pengalaman-pengalaman dalam lingkungan, dan faktor-faktor lainnya, seperti iklim, sosiologis, ekonomis, dan sebagainya.
            Selama hayatnya, manusia sebagai individu mengalami perkembangan yang berlangsung secara berangsur-angsur, perlahan tapi pasti, menjalani berbagai fase, dan adakalanya diselingi oleh krisis yang datangnya pada waktu-waktu tertentu. Proses perkembangan yang berkesinambungan, beraturan, bergelombang naik dan turun, yang berjalan dengan kelajuan cepat maupun lambat, semua itu menunjukkan betapa perkembangan mengikuti ptokan-patokan atau tunduk pada hukum-hukum tertentu, yang disebut juga dengan “hukum perkembangan”. Hukum perkembangan itu banyak sekali diantaranya:
 Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh dalam bukunya mengatakan bahwa hukum kesatuan organ adalah tiap-tiap anak itu terdiri dari organ-organ tubuh , yang merupakan satu kesatuan diantara organ-organ tersebut antara fungsi dan bentuknya, tidak dapat dipisahkan berdiri integral.[8]
            Hukum kesatuan organis, artinya bahwa keseluruhan organisme dalam individu, baik psikis maupun fisik, keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.[9] Kondisi dan perubahan pada salah satu komponen akan sangat mempengaruhi dan menentukan secara langsung pada kondisi dan perubahan pada komponen yang lain. 
            Tiap-tiap anak itu terdiri dari organ-organ tubuh, seperti tangan, kaki, telinga,  jantung, dan lain-lain, semua organ tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan atau berdiri integral. Contoh : perkembangan kaki yang semakin besar dan panjang, mesti diiringi oleh perkembangan otak, kepala, tangan dan lain-lainnya. Perkembangan dalam hukum ini juga berlaku pada psikis manusia, hal ini dibuktikan dengan ketika anak-anak tumbuh hingga dewasa pasti psikis anak tersebut ikut berubah secara bertahap, seperti mulai munculnya rasa malu anak-anak ketika menginjak usia sekitar 9-10 tahun.
            Jadi, dari dua penjelasan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa hukum kesatuan organis mengatakan bahwa perkembangan antara organ tubuh satu dengan organ tubuh yang lain tidak bisa dipisahkan. Tidak hanya tubuh saja yang berbentuk fisik, tapi psikis atau mental diri pun turut berkembang.
            Kaum ibu suka membanding-bandingkan perkembangan anaknya dengan perkembangan anak yang lain. Dari hasil-hasil percakapan antara dua orang ibu tentang perkembangan anak mereka menyatakan bahwa setiap perekambangan yang dialami berlangsung menurut tempo (kecepatan) masing-masing. Mereka mengatakan, dalam hal ini pengaruh pendidikan kecil sekali dan hanya berlaku untuk sementara waktu. Bila diperhatikan ada seorang anak yang cepat sekali menguasai ketrampilan berjalan, berbicara,tetapi pada saat yang lain ditemukan seorang anak yang berjalan dan berbicaranya lambat dikuasai. Mereka memiliki tempo sendiri-sendiri.[10]
            Jadi, menurut kami hukum perbandingan menekankan bahwa membanding-bandingkan anak satu dengan yang lainnya tidak bisa bertahan lama, berlaku hanya bebarapa waktu saja dan tidak berlangsung lama. Karena kemampuan anak juga berbeda.
            Sesuai dengan istilahnya, yaitu eksploratif yang berarti penjelajahan, hukum masa eksploratif yang dipelopori oleh ahli dari Belanda yang bernama Langeveld. Dia berpandangan bahwa perkembangan individu merupakan suatu proses yang berlangsung sebagai suatu penjelajahan dan penemuan pada individu yang bersangkutan. Individu yang lahir merupakan warga baru yang belum mengenal dunia sekelilingnya. Oleh karena itu, perlu dikenal dan dipelajari tentang segala sesuatu yang ada di dunia sekelilingnya pada saat kehadirannya. Untuk dapat mengenali dunia sekelilingnya, dia perlu melakukan penjelajahan agar kemudian menemukan bermacam-macam kehidupan duniawi dan nilai-nilai kemanusiaan. Melalui proses penjelajahan dan penemuan-penemuan dunianya itulah individu mengalami perkembangan.[11]
            Seorang Anak lahir laksana sebuah kertas putih yang belum tertulis sebuah coretan sedikit pun. Maksudnya seorang anak lahir di dunia ini tentu sebagai warga baru yang belum mengenal apapun. Melalui proses menjelajah seorang anak bisa menemukan berbagai hal baru, dengan berbagai penemuan ini seorang anak akan mengalami perkembangan.[12] Sebagai contohnya yakni seorang anak kecil yang belum mengenal apa-apa, kemudian anak tersebut menemukan hal baru yakni mendapat sebuah permen dari neneknya, tentu anak kecil tersebut akan merasa mendapat hal yang baru, dalam hal ini menemukan rasa manis dalam permen, hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap perkembangan dari anak kecil tersebut.
            Dari beberapa penjelasan di atas, kami menyimpulkan bahwa seorang anak dalam mengalami perkembangan dengan cara mencari hal-hal yang baru menurut mereka. Karena berawal dari ketidaktahuan itulah seorang anak akan melakukan penjelajahan dalam hidupnya. Dan mulai mengerti akan hal-hal yang baru menurut mereka.
Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang dicapai anak selalu di hubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya. Menurut kenyataan yang ada sekarang ternyata bahwa pendapat lama itu tidak sesuai lagi dengan keadaan. Pandangan lama ini dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori Schopen Hauer yang berpendapat bahwa manusia adalah hasil bentukan dari pembawaannya sejak lahir ia membawa bakat, kesanggupan (potensi) untuk dikembangkan, dan sifat bawaan tertentu. Pembawaan itu akan berkembang sendiri, dalam hal ini pendidikan tidak mampu untuk mengubahnya. Aliran dalam pendidikan yang menganut paham nativisme ini disebut aliran yang pesimis.
Paham nativisme tidak lama menguasai dunia pendidikan, sebab pada abad ke-19 lahir paham empirisme yang berasal dari John Locke. Ia memperkenalkan teori tabularasa yang mengatakan bahwa “child born like sheet of white paper a void of all characters”. Ketika anak lahir, ia diumpamakan sebagai kertas buram yang putih, belum ada ditulisi atau digoresi dengan bakat apapun. Jiwanya masih bersih dari pengaruh keturunan sehingga pendidik bisa membentuknya menurut kehendaknya. Aliran dalam pendidikan yang menganut paham empiris ini disebut aliran optimis.
William Stern menggabungkan kedua pendapat di atas ke dalam hukum konvergensi yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak adalah pengaruh dari unsur lingkungan dan pembawaan. Kedua pengaruh itu dimisalkan dengan dua buah garis yang bertemu (bergabung) pada satu tempat, kemudian menjadi satu garis yang kuat.

Gambar 1
Pengaruh pembawaan lingkungan terhadap hasil pendidikan
Pada gambar di atas tampak hasil saling pengaruh dari dua faktor, yaitu pebawaan dan lingkungan. Gambar 1a menunjukkan jika pengaruh pembawaan sama kuatnya dengan pengaruh lingkungan; maka hasil pendidikan baik dan seimbang. Gambar 1b menunjukkan jika faktor pembawaan lebih kuat dari pengaruh lingkungan; maka pendidikannya cenderung lebih ke arah pembawaan. Gambar 1c menunjukkan jika pengaruh lingkungan lebih kuat dari pengaruh pembawaan; maka hasil pendidikan lebih mengarah kepada apa yang dikehendaki lingkungan.
            Dari penjelasan di atas kami menyimpulkan bahwa hukum konvergensi ini menekankan pada pembawaan sejak lahir dari si anak dan pengaruh lingkungan yang sangat berpengaruh bagi perkembangan manusia.

            Hackel, seorang ahli biologi, memperkenalkan hukum biogenetis. Dalam hukum itu dikatakan “Ontogenese adalah rekapitusali dari phylogenese”. Ontogenese adalah perkembangan individual. Phylogenese adalah kehidupan nenek moyang suatu bangsa. Rekapitulasi berasal dari kata rekap. Hukum biogenetis yang berasal dari Heckel itu oleh Stanley Hall dinamakan teori rekapitulasi. Teori rekapitulasi mengatakan bahwa perkembangan yang dialami oleh seorang anak merupakan ulangan (secara cepat) sejarah kehidupan suatu bangsa yang berlangsung dengan lambat selama berabad-abad.[13]
            Di antara para ahli ada yang setuju dengan hukum rekapitulasi ini, tetapi ada juga ada yang menolak sama sekali. Claparede misalnya, menolak urutan seperti yang digambarkan sebelumnya. Akan tetapi, ia menerima anggapan bahwa dalam perkembangan individu mengalami situasi yang mirip dengan suatu masa dalam perkembangan kebudayaan umat manusia. Demikian juga halnya Stern, tidak sepenuhnya menyetujui hukum rekapitulasi. Dalam konteks ini, Stephen R. Covey (1989: 67) mengemukakan teori determinasi genetik (Genetic Determinism) untuk menjelaskan tenang hakikat manusia dengan mengatakan, “Genetic determinism basicall says your grandparents did it to you. That’s why you have such a tempers. Your grandparents had short tempers an it’s in your DNA. It just goest trough the generations and you inherited it. In addition, you’re Irish, and that’s the natue of Irish people.
            Dengan demikian, pandangan hukum rekapitulasi den juga determinisme genetik tersebut merupakan refleksi dari paradigma sosial yang seolah-olah mengatakan bahwa hakikat dan perkembangan manusia merupakan determinasi dari kekuatan-kekuatan sosial yang melingkupi satu genearasi ke generasi berikutnya secara turun-temurun.[14]
            Jika pengertian rekapitulasi ini dialihkan (ditransfer) ke psikologi perkembangan, dapat dikatakan bahwa perkembangan jiwa anak mengalami ulangan ringkas dari sejarah kehidupan manusia. Walaupun masih ada orang berpendapat lain, namun sebagian besar di antara mereka itu mengakui adanya persamaan dengan kehidupan kebudayaan mulai dari bangsa-bangsa primitif sampai kepada kehidupan bangsa yang ada dewasa ini.[15]
            Perkembangan jiwa anak adalah ulangan kembali secara singkat dari perkembangan manusia di dunia dari masa berburu hingga masa industri. Teori ini berlangsung dengan lambat secara berabad-abad. Jika pengertian rekapitulasi ini ditransfer ke psikologi perkembangan, dapat dikatakan bahwa perkembangan jiwa anak mengalami ulangan ringkas dari sejarah kehidupan umat manusia. Selanjutnya hukum rekapitulasi ini membagi masa seorang anak itu mejadi 4 masa, yaitu:
a.       Masa memburu dan menyamun, Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 8 tahun. Tanda-tandanya, misalnya anak senang menangkap-nangkap dalam permainannya, memanah dan menembaki binatang. Dan tanda-tanda yang lainnya adalah misalnya, senang bermain kejar-kejaran, perang-perangan, dan bermain panah-panahan.
b.      Masa menggembala, Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 10 tahun. Tanda-tandanya misalnya, anak senang memelihara binatang seperti ayam, kambing, kelinci, dan sebagainya.
c.       Masa bercocok tanam, Masa ini dialami anak ketika ia berusia sekitar 12 tahun. Tanda-tandanya misalnya, senang berkebun dan menyiram kembang.
d.      Masa berdagang Masa ini dialami anak ketika ia berusia sekitar 14 tahun. Tanda-tandanya misalnya, senang bertukar-tukaran perangko dengan teman, berkirim-kiriman foto dengan sesama sahabat pena, dan lain sebagainya.

            Kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pula perkembangan tingkah laku individu. Kematangan awalnya merupakan hasil dari adanya perubahan-perubahan tertentu dan penyesuaian struktur pada diri individu, seperti adanya kematangan jaringan tubuh, syaraf dan kelenjar-kelenjar yaang disebut dengan kematangan biologis. Kematangan psikis meliputi kematangan berfikir, rasa, dan kemauan.[16]
            Istilah lain dari kematangan adalah masa peka. Masa peka ialah suatu masa yang paling tepat untuk berkembang suatu fungsi kejiwaan atau fisik seseorang anak. Sebab perkembangan suatu fungsi tersebut tidak berjalan secara serempak antara satu dengan lainnya. Contoh : masa peka untuk berjalan bagi seorang anak itu pada awal tahun kedua dan untuk berbicara sekitar tahun pertama.[17]
            Jadi hukum kematangan bisa dikatakan juga hukum masa peka. Dalam hukum ini mengatakan bahwa perkembangan anak dibawa sejak lahir dan dikembangkan sendiri oleh si anak. Dalam masa ini proses paling cepat agar anak cepat untuk berkembang adalah merespon apapun yang ada di sekitar mereka.
            Istilah peka pertama kali ditampilkan oleh seorang ahli biologi dari Belanda bernama Hugo de Vries (1848-1935), kemudian istilah tersebut dibawa kedalam dunia pendidikan, khussusnya psikologi oleh Maria Montessori (Italia 1870-1952).
           
            Hukum ketidakpastian Heisenberg, dia mengatakan bahwa (hampir) tidak mungkin untuk mengukur dua besaran secara bersamaan, misalnya posisi dan momentum  suatu partikel. Artinya, ketika kedua hal itu dilakukan secara bersamaan kita tidak akan mendapatkan nilai dari kedua besaran tersebut, dan apabila pada saat yang bersamaan kita tidak melakukan pengukuran jelas otomatis kita juga tidak menemukan kedua besaran tersebut.
            Jika kita kaitkan dengan aktivitas, maka prinsip dari hukum itu berarti bahwa jika dalam suatu waktu kita mengerjakan dua atau lebih pekerjaan maka kita tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Misalnya seorang dosen yang mengajar mata kuliah di kelas, pada saat mengajar tersebut dosen mengerjakan laporan penelitian. Maka kedua pekerjaan itu tidak akan meraih hasil yang optimal. Sebagai contoh, motivator-motovator yang memiliki cacat fisik.
            Jadi kami menyimpulkan bahwa manusia dalam masa ini berusaha untuk tidak menjauhi zona aman, maksud dari zona aman sendiri adalah rasa aman. Seperti, melakukan dua hal bersamaan. Semakin kita tidak ingin lepas dari zona aman, semakin kuatlah ketidak berdayaan itu.
            Menurut kami, dalam tahap ini anak/manusia memerlukan perlindungan, baik dari lingkungan maupun berusaha untuk melindungi diri sendiri.  Jadi, dalam masa ini manusia sudah bisa mengoptimalkan diri untuk meminta perlindungan dari orang lain, ataupun berusaha melindungi dirinya dari berbagai macam rintangan.

Kesimpulan
Dari pembahasan dan penjelasan beberapa hukum perkembangan di atas kami dapat menyimpulkan bahwa :
1.      Hukum kesatuan organis adalah hukum yang mengatakan bahwa organ-organ dari manusia tidak bisa dipisahkan baik fungsi maupun bentuknya. Dan tubuh manusia bersatu dan berintegrasi.
2.      Hukum perbandingan menyatakan bahwa membanding-bandingkan anak satu dengan anak lainnya walaupun bisa membantu perkembangan anak, namun hal itu tidak bertahan lama.
3.      Hukum penjelajahan menyatakan bahwa perkembangan anak terjadi ketika anak itu memulai hal-hal baru dalam hidup.
4.      Hukum konvergensi menyatakan pembawaan sejak lahir dan lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangan anak.
5.      Hukum rekapitulasi adalah perkembangan jiwa anak yang mengalami pengulangan dari sejarah umat manusia.
6.      Hukum kematangan adalah hukum yang menyatakan bahwa perkembangan anak dibawa sejak lahir dan di kembangkan sendiri oleh mereka.
7.      Hukum ketidakberdayaan menyatakan bahwa semakin kita tidak ingin lepas dari zona aman, semakin kuatlah ketidak berdayaan itu.
8.      Hukum perlindungan menyatakan bahwa manusia memiliki keinginan untuk melindungi orang lain dan juga melindungi diri sendiri.

DAFTAR RUJUKAN
Ali, Muhammad. 2004.Psikologi Remaja. PT Bumi Akasara: Jakarta.
Baharuddin. 2010. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Ar Ruzz Media: Yogyakarta.
Hartinah, Sitti. Perkembangan Peserta Didik. : Bandung.
Hidayati, Wiji.2005. Psikologi Perkembangan. Teras. Yogyakarta.
Sholeh, Munawar dan Abu Ahmadi. 2005. Psikologi Perkembangan. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Zulkifli. 2005. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya:  Bandung.

BAB III

MASA PRANATAL

Masyarakat pedesaan pada umumnya cenderung menganggap bahwa permulaan perkembangan psikologis dimulai pada saat anak dilahirkan. Akibat kecenderungan ini, kebanyakan mereka tidak melakukan hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan psikologis anak pada masa pranatal, dimana masa pranatal ini menurut banyak penelitian adalah penentu dan pembentuk karakter dan tingkah laku anak sesudah lahir.
Bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa yang masih memegang adat-istiadat kuno, masa pranatal sebenarnya banyak mendapat perhatian. Hal ini dapat dicontohkan dengan semisal anggapan bahwa, jika ayah atau ibu atau keduanya benci kepada seseorang, maka anaknya akan mirip orang yang dibenci tadi. Anggapan semacam ini masih dianggap tahayyul dan belum bisa dinalar secara ilmiyah.
Islam adalah satu-satunya agama yang memperhatikan masa pranatal. Hal ini bisa dibuktikan bahwa dalam kandungan ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits-hadits Nabi terdapat isyarat-isyarat yang mengindikasikan faktor genetika dan herediter, yang tidak ditemukan pada kitab-kitab suci agama lain. Islam juga mengajarkan bagaimana cara mendapatkan anak yang sholih-sholihah dengan memperhatikan masa pranatal kelahiran.
Periode pranatal merupakan periode pertama dalam rentang kehidupan manusia. Periode pranatal ini ditandai dengan konsepsi (bertemunya ovum dengan sperma), dan diakhiri dengan kelahiran, dengan jangka waktu kurang lebih sembilan bulan sepuluh hari.
Permulaan proses kehidupan dalam pranatal dimulai dengan bersatunya sel kelamin pria (spermatozoon, kalau banyak disebut spermatozoa) dengan sel kelamin perempuan (telur atau ovum, kalau banyak disebut ova). Hasil persatuan dua sel kelamin tersebut disebut zigot, mempunyai 23 pasang kromoson (pembawa sifat keturunan) yang berasal dari spermatozoon 23 kromoson, dan dari ovum juga 23 kromoson.
Peride sejak pembuahan sampai zigot tertanam di dalam dinding rahim, disebut periode zigot, sedangkan masa kandungan akhir minggu kedua sampai akhir bulan kedua disebut periode zigot. Periode terakhir dalam prenatal disebut periode janin, terjadi pada akhir bulan kedua sampai lahir. Beberapa kelainan ataupun penyakit yang bersifat keturunan atau kelainan kromoson antara lain, Polidaktili, Thalasemia, Albinisme, Kretinisme, Brakhidaktili, Sindroma Turner, Sindroma Klinefelter, Pria yang mempunyai kelebihan kromoson Y, Sindroma Tripel X, Trisoma Autosom.
Adapun ciri-ciri periode pranatal antara lain:
a.       Sifat-sifat bawaan dan jenis kelamin individu sudah ditentukan sejak konsepsi, dan berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya.
b.      Baik buruknya perkembangan sifat bawaan, tergantung kondisi ibu yang mengandung.
c.       Banyak bahaya, baik fisik maupun psikis yang dapat mempengaruhi pola perkembangan selanjutnya.

Periode pranatal atau masa sebelum lahir adalah periode awal perkembangan manusia yang dimulai sejak konsepsi, yakni ketika ovum wanita dibuahi oleh sperma laki-laki sampai dengan waktu kelahiran seorang individu. Masa ini pada umumnya berlangsung selama 9 bulan kalender atau sekitar 280 hari sebelum lahir. Dilihat dari segi waktunya, periode pranatal ini merupakan periode perkembangan manusia paling singkat, tetapi justru inilah dipandang terjadi perkembangan yang sangat cepat dalam diri individu.
Pada masa awal penelitian ilmiah tentang perkembangan anak yang dilakukan oleh para ahli psikolog barat, perkembangan individu pada masa pranatal ini kurang mendapatkan perhatian bahkan cenderung diabaikan. Pada masa awal ini penelitian-penelitan yang dilakukan oleh sebagian ahli psikologi barat cenderung dimulai dari periode bayi yang baru lahir dan mengabaikan periode pra lahir. Hal ini adalah karena mereka menganggap bahwa perkembangan fisik, dan karenanya memberi sedikit sumbangan bagi pemahaman psikologis tentang perkembangan.
Kemudian baru pada pertengahan tahun 1970 muncul kesadaran bahwa mengetahui segala kejadian pada masa pranatal sangat penting untuk dapat memahami secara utuh pola perkembangan yang normal. Bahkan belakangan ini penelitian ilmiah telah menunjukkan fakta bahwa terdapat sejumlah pola perkembangan penting yang terjadi pada periode pranatal.  Pranatal ini bukan saja merupakan periode khusus dalam rentang hidup manusia tetapi merupakan periode yang sangat menentukan.
Jauh sebelum adanya perhatian dan pengakuan dari kalangan psikolog barat, terhadap perkembangan individu pada masa prenatal ini. Psikolog timur, terutama psikolog Islam telah lebih dulu menempatkan masa pranatal ini sebagai periode awal perkembangan individu. Selama masa pranatal ini, individu tidak hanya mengalami perkembangan fisik melainkan sekaligus mengalami perkembangan psikologis. Dewasa ini para ahli psikologi perkembangan menyakini bahwa kehidupan manusia berawal dari sel sperma laki-laki dan sel telur wanita. Pada saat itu sel sperma laki-laki bergabung dengan sel telur wanita (ovum) dan menghasilkan satu bentuk sel yang telah terbuahi yang disebut zigot, yang dalam psikologis Islam disebut Nutfah yaitu air mani.
Dengan demikian dapat dipahami, bahwa sel-sel sperma pria dan sel-sel telur (ovum) wanita pada dasarnya memiliki daya hidup atau energi kehidupan yang dalam psikologi Islam di sebut hayat. Karena adanya daya tahan hidup ini pulalah yang membuat janin dalam kandungan dapat menjadi individu baru.
Semua ini memperkuat anggapan yang menyatakan bahwa perkembangan dan kehidupan manusia dimulai dari masa pranatal yakni sejak terjadinya pembuahan sel telur (ovum) wanita oleh sel sperma laki-laki dan terbentuknya zigot.

Perkembangan masa pranatal atau pra kelahiran dibagi ke dalam tiga fase utama yaitu germinal, embryonis dan fetal. Dalam Al-Qur'an digambarkan keseluruhan fase pranatal sebagai berikut :
 “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati berasal dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus drengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”(Al-Mu’minun:12-14).
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai ketika periode pranatal tersebut:
a.    Tahap Germinal (Germinal Stage)
Tahap germinal, yang sering juga disebut periode zigot. Ovum atau periode nutfah adalah periode awal kejadian manusia. Periode germinal ini biasanya berlansung kira-kira 2 minggu pertama dari kehidupan, yakni sejak terjadinya pertemuan antara sel sperma laki-laki dengan sel telur (Ovum) wanita yang dinamakan dengan pembuahan (Fertilization) periode dari ovum, berjalan sejak konsepsi sampai akhir minggu kedua.
Ovum yang telah dibuahi namanya zigotezigut ini membagi-bagi diri sehingga terdiri dari banyak sel-sel. Ada yang menjadi lapisan luar nanti akan berkembang menjadi jaringan-jaringan yang melindungi dan memberi makanan pada individu selama dalam masa pranatal. Dan bagian dalam dari sel menjadi embiyo. Periode ini berarti karena 2 hal, yaitu:
1)        Ovum dapat mati sebelum melekat pada dinding uterus, misalnya karena kurang mendapat makanan.
2)        Implantasi mungkin tidak terjadi dan zygote akan terbawa keluar dengan mensturasi.
Kemudian zigot membelah menjadi sel-sel yang berbentuk bulatan-bulatan yang disebut Blastakis. Blastakis yang berisikan cairan, dengan cepat mengalami sejumlah perubahan. Dalam waktu singkat sel-sel blastakis akan terbentuk plasenta, tali pusar, sistem pencernaan dan sebagainya. Setelah beberapa hari kira-kira seminggu setelah konsepsi blastakis menempel di dinding rahim. Blastakis yang tertanam di dinding rahim inilah yang disebut embrio. Dan peristiwa ini sekaligus menundukkan akhir dari tahap germinal dan permulaan tahap embrio.
b.    Tahap Embrio (Embriyonic stage)
Tahap yang kedua dari periode pranatal disebut tahap embrio, yang dalam psikologi Islam disebut Alaqoh, yaitu segumpal darah yang semakin membeku. Tahap embrio ini dimulai dari 2 - 8 minggu setelah pembuahan, yang ditandai dengan tejadinya banyak perubahan pada semua organ utama dan sistem fisiologis, tetapi karena ukuran panjangnya hanya sekitar 1 inci, maka bagian tubuh embrio itu belum sepenuhnya berbentuk tubuh orang dewasa. Meskipun demikian ia sudah terlihat jelas dan dapat dikenali sebagai manusia dalam bentuk kecil.
Selama periode embrio ini, pertumbuhan terjadi dalam dua pola, yaitu Cephalocaudal dan Proxi modistal. Disamping itu, dalam periode embrio ini terdapat tiga sarana penting yang membantu perkembangan struktur anak, yaitu Kantong Amniatik, Plasenta, Tali pusar.
Periode embrio ini juga ditandai dengan suatu perkembangan yang cepat pada sistem saraf. Hal ini terlihat bahwa umur 6 minggu embrio telah dapat dikenali sebagai manusia. Umur 8 - 9 minggu perubahan janin semakin terlihat dengan jelas.
Arti daripada periode ini adalah:
1)        Pada akhir periode ini individu sudah merupakan manusia, oleh karena itu semua alat, kelenjar dan lain sebagainya sudah mulai berkembang.
2)        Dalam periode ini banyak kemungkinan adanya keguguran, hal ini dapat disebabkan oleh ibu mengalami sock emosional, jatuh, kurang makan, kurang baik bekerjanya kelenjar-kelenjar tertentu dari ibu yang menyebabkan embrio terlepas dari dinding rahim.

c.    Tahap Fetal
Tahap fetal adalah periode perkembangan masa pranatal atau pra kelahiran yang mulai dua bulan setelah pembuahan dan pada umumnya berlangsung selama tujuh bulan. Pertumbuhan dan perkembangan melanjutkan rangkaian dramatisnya selama periode ini. Tiga bulan setelah pembuahan, panjang janin kira-kira 3 inci dan beratnya 1 ons. Janin semakin aktif, menggerakkan tangan dan kakinya, membuka dan menutup mulutnya, dan menggerakkan kepalanya.
Wajah, dahi, kelopak mata, hidung dan dagu dapat dibedakan, demikian juga lengan bagian atas, lengan bagian bawah, tangan, dan tungkai serta alat kemaluan dapat diidentifikasi sebagai laki-laki atau perempuan. Pada akhir bulan keempat, janin tumbuh hingga 5 ½ inci dan beratnya hingga 4 ons. Pada bagian ini, suatu percepatan pertumbuhan terjadi pada tubuh bagian bawah. Refleks pranatal atau pra kelahiran semakin kuat, gerakan-gerakan lengan dan kaki dapat dirasakan untuk pertama kali oleh ibunya.
Pada akhir bulan kelima, panjang janin kira-kira  10 - 12 inci dan beratnya ½ - 1 ons. Struktur kulit sudah terbentuk, misalnya kuku jari kaki dan kuku jari tangan. Janin semakin aktif yang memperlihatkan keinginan suatu posisi tertentu di dalam kandungan.
Pada bulan akhir keenam, panjang janin kira-kira 14 inci dan beratnya naik ½ - 1 ons lagi. Mata dan kelopak mata benar-benar terbentuk, dan suatu lapisan rambut halus menutup kepala. Refleks menggenggam muncul, dan pernafasan yang belum beraturan terjadi.
Pada bulan akhir ketujuh, panjang janin 14 – 17 inci dan berat naik beberapa ons lagi
Selama bulan kedelapan dan kesembilan, janin bertumbuh lebih panjang dan naik lebih berat lagi, kira-kira 8 ons. Ketika lahir, rata-rata bayi Amerika bertanya 7 - 7 ½ ons dan tingginya sekitar 20 inci. Pada dua bulan terakhir, lapisan atau jaringan lemak berkembang dan fungsi berbagai sistem organ seperti jantung dan ginjal berjalan.


Para ahli psikologi perkembangan yang membahas mengenai perkembangan manusia selalu mengkaitkan istilah nature dan nurture, dimana setiap perkembangan manusia dipengaruhi oleh interaksi dari kedua hal tersebut.
Konsep nature muncul dipengaruhi oleh aliran filsafat barat yang dikemukakan oleh Jean Jacquess Rousseau. Ia menyatakan bahwa faktor-faktor alamiah mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Istilah nature mengandung pengertian faktor-faktor alamiah yang berhubungan dengan aspek bio-fisiologis terutama keturunan, genetis dan herediter.
Perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan, sifat-sifat, maupun kepribadian yang dimiliki oleh orang tua, akan diturunkan melalui unsur gen kepada anak-anaknya. Bukan hanya yang bersifat fisiologis seperti berat badan, tinggi badan, warna kulit, rambut, jenis penyakit, akan tetapi juga karakteristik psikologis yang menyangkut tipe, kepribadian, kecerdasan, bakat, kreativitas, dan lain-lain.
Sedangkan konsep nurture dipengaruhi oleh aliran filsafat empirisme yang dikemukakan oleh Jhon Locke. Melalui teori tabula rasa, Locke mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci, bagaikan kertas putih yang masih bersih, ia percaya bahwa baik dan buruknya perkembangan hidup manusia tidak dilepaskan dari pengaruh lingkungannya.
Konsep nurture merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan eksternal, seperti pola asuh, pendidikan, sosial budaya, media masa, status sosial ekonomi, agama, dan sebagainya. Seorang individu akan berkembang menjadi orang dewasa yang baik, mandiri, cerdas, dan bertanggung jawab, apabila ia berada dalam lingkungan hidup yang mendukung perkembangan tersebut. Lingkungan hidup yang buruk akan menyebabkan individu berkembang menjadi seorang pribadi yang tidak baik, bodoh, jahat, dan sebagainya.
a.    Genetis
Pertumbuhan setiap indivividu sudah terprogam sejak masa konsepsi yang dipengaruhi oleh faktor genetis. Perubahan panjang, tinggi, berat badan bayi akan terjadi secara otomatis karena pengaruh genetika (keturunan). Faktor keturunan lebih menekankan pada aspek biologis atau herediter yang dibawa melalui aliran darah dalam kromosom. Faktor genetis cenderung bersifat statis dan merupakan predisposisi untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Kalau sejak awal orang tua memiliki karakteristik fisiologis yang sehat, maka akan menurunkan generasi yang sehat pula. Sebaiknya bila orang tua tidak sehat, maka keturunanya pun akan mengalami gangguan atau penyimpangan secara fisik atau psikis.
Para ahli Psikologi mengakui bahwa aspek fisik maupun psikis seorang individu sangat dipengaruhi oleh unsur genetis, karakteristik tersebut akan nampak pada hal-hal sebagai berikut :
1)   Sifat-sifat Fisik
Sifat-sifat fisik yang dapat diturunkan secara genetis misalnya wajah, tangan, kaki atau bagian-bagian organ tubuh lainnya. Hal ini dapat terjadi pada anak tunggal maupun kembar. Bila orang tua memiliki suatu jenis penyakit tertentu seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, epilepsi, atau paru-paru, kemungkinan besar anak-anak yang dilahirkan pun mempunyai resiko terserang penyakit yang sama.
2)   Intelegensi
Kecerdasan yang dimilki orang tua akan dapat menurun pada anak-anaknya. Meskipun anak-anak tersebut diasuh oleh orang tuanya sendiri maupun oleh orang lain, sifat kecerdasan orang tua akan tetap menurun. Pandangan ini dipengaruhi oleh pemikiran filusuf naturalis dari Perancis, J.J. Rousseau yang mengatakan bahwa anak cerdas dihasilkan dari orang tua yang cerdas.
3)   Kepribadian
Kepribadian merupakan organisasi dinamis dari aspek fisiologis, kognitif maupun afektif yang membantu pola perilaku individu dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Sebagai organisasi yang dinamis, maka kepribadian akan mempengaruhi perubahan pola pemikiran, sikap, dan perilaku seseorang.
Selain dipengaruhi oleh faktor interaksi dengan lingkungan hidupnya, kepribadian dipengaruhi pula oleh faktor genetis yang dibawa sejak lahir. Dalam berbagai penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi perkembangan ditemukan bahwa baik kepribadian yang normal ataupun abnormal, pada dasarnya diturunkan dari kedua orang tuanya.
Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dan dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar, tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan.
Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas, yaitu:
a)    Jenis kelamin pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, sedangkan pria mulai pada umur 12 tahun.
b)   Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai tendensi lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Italia.
c)    Keluarga tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek dari anggota keluarga lainnya yang tinggi.
d)   Umur kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi.

b.    Lingkungan
Lingkungan memiliki peran yang besar bagi perubahan yang positif atau negatif pada individu. Lingkungan yang baik tentu akan membawa pengaruh positif bagi individu, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan cenderung memperburuk perkembangan individu. Seorang psikolog ekologis, Urie Brofenbrenner menyatakan bahwa lingkungan tersebut bersifat stratifikasi yakni berlapis-lapis dari yang terdekat sampai yang terjauh. Pengaruh lingkungan menjadi lebih kuat pada periode sensitif. Masing-masing pertumbuhan sistem organ atau anggota tubuh memiliki periode sensitif yang rentan terhadap pengaruh lingkungan.
Berbagai faktor eksternal tidak hanya dapat menyebabkan keguguran, namun juga ketidaksempurnaan dari bayi yang dikandung. Penelitian ilmiah menunjukan bahwa faktor eksternal atau lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan pra kelahiran dan juga proses kelahiran. Agen eksternal yang dapat mempengaruhi ini disebut dengan teratogen. Teratogen adalah segala virus, obat-obatan, zat kimia, radiasi, atau agen lingkungan lain yang dapat membahayakan perkembangan embrio atau janin hingga menyebabkan kerusakan fisik, kebutaan, kerusakan otak, dan bahkan kematian.
Selain teratogen, kondisi emosional ibu, asupan gizi dan usia ibu juga dapat mempengaruhi kehamilan. Karena itu, para ahli psikologis maupun medis berusaha keras untuk mengatasi dan membantu perawatan pada wanita hamil. Hal ini pun tak lepas dari peran dan tanggung jawab dari calon ayah dan calon ibu untuk bekerja sama menjaga kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat secara fisiologis maupun psikologis.
c.    Interaksionisme antara Genetis dan Lingkungan
Untuk mencari titik temu perbedaan yang mencolok dari dua pandangan diatas, maka para ahli kemudian memadukan keduanya, sehingga terjadilah interaksi. Perpaduan antara faktor genetis dan faktor lingkungan menyatakan bahwa perkembangan seseorang tidak akan maksimal kalau hanya mengandalkan salah satu faktor saja. Karena itu, keduanya harus digabungkan untuk mengupayakan maksimalisasi perkembangan seseorang. Faktor genetis harus ditopang dengan faktor lingkungan dan faktor lingkungan harus memperoleh dukungan faktor genetis, sehingga memungkinkan perkembangan yang baik dan normal baik fisiologis maupun psikologis.

Masa pranatal merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan awal dalam kehidupan manusia. Proses pertumbuhan dan perkembangannya dimulai sejak terjadinya konsepsi, yakni pertemuan antara sperma dan sel telur (ovum) yang akan menghasilkan benih manusia (zygote) yang kemudian berkembang menjadi organisme atau janin (embrio) sebagai calon manusia yang dikenal sebagai fetus (bayi dalam kandungan). Pada umumnya, masa pranatal berlangsung sekitar 9 bulan atau 266 hari dan berakhir pada saat bayi dilahirkan. Variasi individual memang sering terjadi, ada yang lahir lebih awal (premature) dari waktu tersebut dan ada pula yang lebih lambat (late mature), tergantung pada kondisinya masing-masing.
Sel-sel sperma pria dan sel-sel telur (ovum) wanita pada dasarnya memiliki daya hidup atau energi kehidupan yang dalam psikologi Islam di sebut hayat. Karena adanya daya tahan hidup ini pulalah yang membuat janin dalam kandungan dapat menjadi individu baru. Semua ini memperkuat anggapan yang menyatakan bahwa perkembangan dan kehidupan manusia dimulai dari masa pranatal yakni sejak terjadinya pembuahan sel telur (ovum) wanita oleh sel sperma laki-laki dan terbentuknya zigot.
Perkembangan masa pranatal atau pra kelahiran dibagi ke dalam tiga fase utama yaitu tahap germinal (germinal stage), tahap embrio (embriyonic stage) dan tahap fetal.
Ada tiga faktor dominan yang mempengaruhi proses perkembangan pada masa prenatal, yaitu genetis, lingkungan dan interaksionisme antara genetis dan lingkungan. Masa pranatal merupakan masa yang harus mendapatkan perhatian serius, karena apapun yang terjadi pada masa ini, akan berpengaruh pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya. Oleh sebab itu, berbagai cara dan upaya dilakukan oleh para ahli psikologi perkembangan dan para ahli medis agar proses pertumbuhan dan perkembangan masa kehamilan berjalan dengan baik dan lancar. Namun, upaya ini tidak akan maksimal tanpa adanya kerjasama dari calon ayah dan calon ibu.

DAFTAR RUJUKAN
Soesilowindra Din, Psikologi Perkembangan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1991).
Knoers, Haditono, Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006).
Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, (Jakarta: Refika Aditama, 2007).
Santrok, Perkembangan Masa Hidup, (Jakarta: Erlangga, 2002).
http://fithgallagher.wordpress.com/2010/09/30/karakteristik-perkembangan-masa-prenatal/.

BAB IV

PERKEMBANGAN MASA BAYI

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Seorang individu dalam roda kehidupannya mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu seorang individu juga melalui berbagai macam fase-fase perkembangan seiring  dengan bertambahnya usia. Dalam setiap fase memiliki peranan-peranan perkembangan. Masing-masing antara peranan fase satu dengan fase yang lainnya berbeda-beda. Masing-masing individu dituntut untuk dapat menyelesaikan setiap tugas dan peranan perkembangannya sesuai dengan tahapan fase yang dilaluinya dan rentang usia yang sudah ditentukan pada tiap fase tersebut.Seorang individu dapat dikatakan normal atau bahagia apabila ia dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan tepat waktu dan tidak mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya.
Dari seluruh fase yang terjadi selama rentang kehidupan, salah satu fase yang memegang pernan penting dalam perkembangan seorang individu adalah masa bayi. Masa bayi disebut sebagai salah satu fase terpenting karena selama masa ini seorang individu mulai belajar dan memahami berbagai macam hal-hal dan pengalaman baru tentang dirinya dan lingkungannya. Masa bayi adalah masa yang berlangsung selama dua tahun. Masa bayi merupakan masa kehidupan kedua setelah masa janin di dalam rahim seorang ibu. Masa bayi sering dianggap sebagai keadaan tidak berdaya dimana rasa keingin tahuannya sangat besar dan bayi dalam setiap harinya dengan secara tidak langsung bayi belajar untuk semakin mandiri. Banyak macam tugas perkembangan yang harus diselesaikan seorang individu pada masa ini. Terdapat berbagai tuntutan tersendiri yang wajib dicapai seorang individu untuk melalui fase ini, yaitu menjadi individu yang mandiri. Fase-fase perkembangan bayi yang harus dilalui meliputi: perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan psikososial. Untuk dapat mencapainya, para orang tua harus memahami apa saja tugas-tugas perkembangan bayi.

B.     PEMBAHASAN
1.      Perkembangan Fisik
Masa bayi merupakan masa dasar yang dimana pertumbuhan sorang individu berkembang dengan pesat. Selama tahun pertama, peningkatan berat tubuh lebih besar daripada peningkatan tinggi, namun demikian pula sebaliknya pada tahun kedua. Gerakan-gerakan tubuh yang dimotori dengan kerjasama antara otot, otak, dan saraf dinamakan motorik. Mula-mula bayi dapat menguasai otot-otot bibir, lidah, mata, dan kemudian ia menguasai otot-otot leher dan bahunya.[18]
Beberapa tahap perkembangan fisik yang harus dilalui bayi hingga pada akhir masa bayi sebagai berikut.
a.       Pada tahun pertama pertumbuhan fisik sangat cepat sedangkan tahun kedua mulai lamban.
b.      Pola perkembangan bayi pria dan wanita sama.
c.       Tinggi badan secara proporsional lebih lambat dari pertumbuhan berat badan selama tahun pertama dan lebih cepat pada tahun kedua.
d.      Dari 20 gigi seri, kira-kira 16 telah tumbuh selama masa bayi berakhir. Gigi pertama muncul kira-kira pada usia 6-8 bulan. Gigi seri bawah muncul terlebih dahulu kemudian menyusul tumbuhnya gigi seri bagian atas. Pada umur satu tahun rata-rata bayi mempunyai 4 sampai 6 gigi dan pada umur dua tahun 16 gigi.
e.       Pertumbuhan otak tampak dengan bertambah besrnya ukuran tengkorak kepala. Diperkirakan seperempat (1/4) dari berat otak orang dewasa dicapai pada usia sembilan bulan dan tiga perempat (3/4) pada akhir tahun kedua.
f.       Organ keindraan berkembang dengan cepat selama masa bayi dan sanggup berfungsi dengan memuaskan sejak bulan-bulan pertama dari kehidupan. Dengan berkembangnya koordinasi otot-otot mata pada bulan ketiga maka bayi telah sanggup melihat dengan jelas. Alat indra lainnya yang juga berkembang ialah pendengaran dan penciuman.
g.      Fungsi-fungsi fisiologis. Masa bayi merupakan masa di mana dasar pembinaan pola-pola fisiologis seperti makan, tidur, dan buang air harus terbentuk. Walaupun pembentukan kebiasaan tidak terselesaikan pada akhir masa bayi.
h.      Perkembangan penguasaan otot-otot. Perkembangan penguasaan otot-otot mengikuti pola yang jelas dan dapat diduga yang ditentukan oleh hukum arah perkembangan. Menurut hukum ini penguasaan atau pengendalian otot-otot bergerak melalui tubuh dari arah kepala menuju kaki.[19]
i.         Beberapa urutan perkembangan motorik selama masa bayi mulai dari umur 1-24 bulan ialah sebagai berikut.[20]

Tabel : 1
Usia (Dalam Bulan)
Perkembangan Motorik
1


3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
18


24
Gerakan reaksi (negatif = menangis, positif = senyum, dan spontan = menggerak-gerakkan kaki dan tangan).
Memutar ke kanan dan ke kiri.
Menarik-narik selimut dan baju.
Menegakkan kepala ke arah dua belah tangan.
Dapat menelungkup beberapa menit.
Mengamati mainan yang dipegang.
Menarik kepala ke depan.
Duduk beberapa menit.
Dapat duduk sendiri.
Merangkak.
Berdiri sendiri.
Mulai dapat berjalan.
Dapat berjalan dengan baik dan dapat menaiki kursi atau tangga.
Dapat naik dan turun tangga, dan berlari.

Usia dan perkembangan Motorik
            Menurut dalam dunia kedokteran, ada tiga fase perkembangan fisik bayi pada Trimester Pertama (Minggu 0 – 12).[21]
            
a.       Periode Germinal (Minggu 0 – 3)
1)      Pembuahan telur oleh sperma terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama menstruasi terakhir.
2)      Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus (endometrium).
b.      Periode Embrio (Minggu 3 – 8 )
1)      Sistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk.
2)      Mata, mulut dan lidah terbentuk. Hati mulai memproduksi sel darah.
3)      Janin berubah dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar.
c.       Periode Fetus (Minggu 9 – 12)
1)      Semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkaitan.
2)      Aktivitas otak sangat tinggi.
                                                                                         
2.      Perkembangan Kognitif
Menurut Vigotsky dalam buku Diane Papalia yang berjudul “Human Development” Mengemumakakan bahwa kognitif adalah suatu perkembangan anak yang tidak lepas dari lingkungan dan budaya yang membentuknya.[22]
Menurut pendekatan Behaviourisme dalam buku  Diane Papalia yang  berjudul “Human Development” mengemukakan bahwa perkembangan kognitif berkonsentrasi pada bagaimana tingkah laku berubah sebagai respons terhadap pengalaman.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah suatu perkembangan pikiran yang dapat berpengaruh pada perkembangan aktivitas bayi dalam beradaptasi terhadap lingkungan.
a.       Unsur-unsur dalam Perkembangan Kognitif
Cognitive ability mencakup 3 unsur yaitu :[23]                   
1)      The ability to deal with abstraction
Kemampuan menghadapi masalah abstrak seperti gagasan, simbol, hubungan, konsep, prinsip.
2)      The ability to solve problems
Menangani situasi baru, tidak sekedar membuat respon terlatih terhadap situasi yang sudah dikenal (familiar)
3)      The ability to learn
Terutama memahami dan menggunakan simbol-simbol abstrak seperti simbol verbal dan lain-lain.
Menurut Bloom , Ranah Kognitif memiliki tahapan sebagai berikut :[24]
1)    Mengingat
2)    Memahami
3)    Menganalisa
4)    Menciptakan (kreativitas).

b.      Teori perkembangan Kognitif menurut Pandangan Piaget.
1)      Fokus pada perkembangan kemampuan anak dalam memaknakan dunia sekitarnya.
2)      Piaget menyebut konsep anak akan dunia sebagai SCHEME (skema).
3)      Untuk mengenali dunia anak menggunakan asimilasi untuk memahami konsep baru . Contoh :  hewan berkaki empat adalah sapi dan ketika bayi harus memodifikasi scheme yang dimiliki maka ia akan menggunakan akomodasi, contoh melihat kuda: hewan kaki empat tidak hanya sapi tapi juga kuda.
4)      Pandangan piaget pada bayi didapat secara primer dari observasi dan eksperimen sederhana terhadap 3 anaknya sendiri selama 2 tahun pertama kehidupan mereka. Perilaku Jacqueline kecil, Luciene kecil dan membuat piaget percaya bahwa bentuk paling dini dari inteligensi adalah senseorik dan fisik alami dari bayi sampai 1,5 tahun disebut tahap sensori motor dari perkembangan.[25]
c.       Sensori Motorik Stages
Menurut Piaget : [26]
1)      Substage 1 (Lahir - 1 Bulan )
Bayi melatih refleks bawaan mereka dan mendapatkan kontrol dalam menggunakannya. Mereka tidak mengoordinasikan informasi dari panca inderanya. Mereka tidak menggengam objek yang mereka sedang lihat. Contohnya : bayi mulai menghisap ketika payudara ibunya dimulutnya.
2)      Substage 2 (Usia 1-4 bulan )
Bayi mengulang-ulang tingkah laku menyenangkan yang pertama kali terjadi kebetulan seperti : mengisap. Berbagai aktivitas berfokus pada tubuh bayi terhadap lingkungan. Bayi memperoleh adaptasi pertama yaitu mereka menghisap berbagai objek . mereka mulai mengoordinasi informasi sensori dan menggengam objek. Orang tua sering memperhatikan semua yang diraih oleh bayi-bayi mereka dibawa masuk ke dalam mulut untuk dihisap. Bayi akan berusaha untuk meraih apapun untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Gambaran terpenting pada substage ini yaitu primary circular reaction diman secara kebetulan bayi menemukan pengalaman sensorik atau motorik yang menarik yang dikaitkan dengan tubuhnya yang selanjutnya diulangi lagi.
3)      Substage 3 (Usia 4-8 Bulan)
Selama substage ini koordinasi skema-skema terus berlanjut dan reaksi sirkuler terlihat pada substage 2 dalam dimensi baru. Aktivitas-aktivitas berulang yang diorientasikan terhadap tubuh mereka sendiri yang memberikan hasil yang menarik. Bayi melatih skema-skema sensorimotor mereka, lebih tertarik pada kegiatan mereka sendiri daripada terhadap benda-benda untuk kegiatan tersebut. Mereka lebih tertarik pada pengalaman meraih daripda benda yang diraihnya.
Pada substage 3 ini, bayi tertarik pada efek kegiatan mereka terhadap dunia luar, dalam usaha memperpanjang pengalaman. Bayi menunjukkan secondary circular reaction, perilaku yang diulang-ulang dengan efek yang menyenangkan terhadap lingkungannya.
4)      Substage 4 (Usia 8-12 Bulan)
Substage ini merupakan aktivitas yang benar-benar terencana dan bertujuan sejalan dengan bayi mengoordinasikan skema yang telah dipelajari dan menggunakan tingkah laku yang telah dipelajari untuk mendapatkan tujuan mereka, seperti merangkak ke ujung ruangan untuk mendapatkan mainan yang diinginkan. Mereka dapat mengantisipasi berbagai kejadian.
5)      Substage 5 (Usia 12-18 Bulan)
Anak menunjukkan rasa ingin tahu dan bereksperimen dengan penuh tujuan memvariasikan tindakan mereka untuk melihat hasilnya . Mereka secara aktif menjelajah dunia mereka untuk menentukan hal baru tentang objek, kejadian, atau situasi . Pada substage 5, terdapat pengulangan tapi juga terdapat suatu usaha untuk memvariasikan aktivitas sebagai ganti dari pengulangan sederhana, perilaku ini disebut tertiary circular reaction. Anak-anak menikmati hal-hal yang baru dan mencari cara untuk menghasilkan pengalaman yang menarik.
6)      Substage 6 (Usia 18-24 Bulan)
Anak merepresentasikan secara mental berbagai kejadian, mereka tidak lagi menerapkan trial and eror untuk memecahkan masalah. Pikiran simbolis memungkinkan anak untuk mulai berpikir terhadap berbagai kejadian dan mengantisipasikan konsekuensinya tanpa selalu menghasilkan tindakan. Anak mulai mendemonstrasikan inisight. Mereka dapat menggunakan simbol, seperti isyarat dan kata, dapat berpura-pura.
d.      Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 2 Tahun (12 – 24 bulan)
Menurut Melly Latifah dalam bukunya yang berjudul “Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia 1-3 tahun”. Sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang dewasa. Pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini, masa perkembangan otak sangat pesat. Pertumbuhan ini memberikan implikasi terhadap kecerdasan anak. Pada usia 1 – 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar.[27]
Menurut Melly latifah, seorang anak pada usia 1-2 tahun mengembangkan rasa keingin tahuannya melalui beberapa hal berikut ini :[28]
1)      Belajar melalui pengamatan/ mengamati.
Mulai usia 13 bulan, anak sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban” di sekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan hal-hal yang sering dianggap bermain, padahal anak sedang mencari tahu apa yang akan terjadi kemudian setelah anak melakukan suatu hal sebagai pemuas rasa ingin tahunya. Pada usia 19 bulan, anak sudah dapat mengamati lingkungannya lebih detail dan menyadari hal-hal yang tidak semestinya terjadi berdasarkan pengalamannya.
2)      Meniru orang tua.
Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah mulai mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah hal-hal yang umumnya dilakukan orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah banyak dapat meniru perilaku orangtua.
3)      Belajar konsentrasi.
Pada usia 14 bulan, anak sudah mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini dapat dilihat pada ketekunan anak dengan satu mainan atau satu situasi. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi tergantung pada keadaan atau daya tarik berbagai hal yang ada di sekelilingnya. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada usia ini adalah sekitar 10 menit.
4)      Mengenal anggota badan.
Pada usia sekitar 15 bulan, anak sudah dapat diajarkan untuk mengucapkan kata-kata. Anak-anak akan merasa sangat senang jika orangtua mengajarkan kata-kata yang bernamakan anggota tubuhnya sambil menunjukkan anggota tubuhnya.
5)      Memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu.
Pada tahun kedua, anak sudah memiliki kemampuan untuk memahami berbagai hal. Melalui pengamatannya, anak menemukan adanya bentuk, tinggi atau rendah benda (kedalaman) dan membedakan kesempatan berdasarkan tempat (ruang ) dan waktu. Pemahaman ini mulai tampak pada usia 18 – 24 bulan.
6)      Mulai mampu berimajinasi.
Kemampuan berimajinasi atau membentuk citra abstrak berkembang mulai usia 18 bulan. Anak sudah mulai menampakkan kemampuan untuk memikirkan benda yang tidak dilihatnya.
7)      Mampu berpikir antisipatif.
Kemampuan ini mulai tampak pada anak usia 21 – 23 bulan. Anak tidak sekedar mengimajinasikan benda yang tidak ada di hadapannya, lebih jauh lagi dia mulai dapat mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada hal yang dilakukannya.
8)      Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata.
Pada usia 12 – 17 bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”
9)      Cepat menangkap kata-kata baru.
Pada usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata-kata. Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu, anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya dan belajar kata-kata baru lebih cepat.
3.      Perkembangan Psikosial
Perkembangan Psikososial merupakan hal yang penting bagi bayi. Karena pada tahap perkembangan psikososial inilah yang akan mempengaruhi perkembangan-perkembangan bayi selanjutnya dalam berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.
Diantara fakto-faktor yang mempengaruhi psikososial bayi yaitu:[29]
a.       Emosi
b.      Temperamen
c.       Attachment
d.      Rasa percaya
e.       Otonomi.
a.       Perkembangan Emosi pada Masa Bayi
Emosi yaitu respon yang timbul dari stimulus yang menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis disertai dengan perasaan kuat.Bayi mengekspresikan sebagian emosi jauh lebih awal dibandingkan dengan beberapa emosi lain, lalu mengekspresikan dengan rinci dua perilaku ekspresif emosional yang penting. Yaitu menangis dan tersenyum.Untuk menentukan apakah bayi benar-benar mengekspresikan suatu emosi tertentu, kita memerlukan beberapa system untuk mengukur emosi. Menurut Carroll Izard (1982) mengembangkan suatu sistem semacam itu, Maximally Discriminative Facial Movement Coding Symtem ( Sistem Koding Gerakan Wajah Diskriminatif Maksimum) disingkat “MAX” ialah system pengkodean ekspresi wajah bayi yang berkaitan dengan emosi yang dikembangkan oleh Izard. Dengan menggunakan MAX, pengkode memperhatikan rekaman gerakan lambat reaksi wajah bayi terhadap rangsangan. Bayi mengekspresikan rasa emosionalnya dengan menampakkan dua perilaku ekspresif emosional yaitu menangis dan tersenyum.[30]
Menangis adalah mekanisme yang paling penting yang dikembangkan oleh bayi yang baru lahir untuk berkomunikasi dengan dunianya. Hal ini benar karena tangisan pertama bayi membuktikan adanya udara dalam paru-paru bayi. Tangisan juga dapat membantu dokter atau peneliti untuk meneliti sesuatu tentang system syaraf pusat.
Tangisan bayi ada 3 macam yaitu:
1)      Tangisan dasar (basic cry) ialah suatu pola berirama yang biasanya terdiri dari satu tangisan, yang diikuti oleh diam sesaat, diteruskan dengan satu siulan kecil pendek dengan nada agak lebih tinggi dibandingkan dengan tangisan utama, lalu diakhiri dengan istirahat singkat sebelum tangisan berikutnya, biasanya tangisan seperti ini adalah pada saat bayi lapar.
2)      Tangisan kemarahan (angry cry) ialah suatu variasi dari tangisan dasar. Akan tetapi, di dalam tangisan kemarahan lebih banyak udara dikeluarkan melalui tali suara.
3)       Tangisan kesakitan (pain cry) yang dirangsang oleh rangsangan yang intensitasnya tinggi, berbeda dari tipe tangisan lain dalam arti ada suatu kemunculan tangisan keras yang tiba-tiba tanpa rintihan atau erangan pendahuluan, dan suatu tangisan awal yang panjang diikuti oleh suatu upaya menarik nafas cukup lama.
Senyuman ialah perilaku komunikatif bayi yang juga penting. Ada dua tipe senyuman pada bayi yaitu:
Senyuman Refleks
Senyuman refleksi tidak terjadi sebagai respons terhadap rangsangan dari luar. Senyuman ini tampak selama bulan pertama setelah kelahiran, biasanya selama pola tidur yang tidak teratur dan bukan ketika bayi sedang berada dalam keadaan terjaga.
Senyum Sosial
Sebaliknya senyuman sosial terjadi sebagai respons terhadap suatu rangsang dari luar, yaitu pada awal perkembangan, khususnya sebagai respons terhadap suatu wajah yang ia lihat. Senyuman sosial tidak terjadi hingga usia 2 hingga 3 bulan.
b.      Perkembangan Temperamen
Temperamen (tabi’at, perangai) merupakan salah suatu dimensi psikologis yang berhubungan dengan aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Secara sederhana,Goleman merumuskan temperamen sebagai “The moods that typify our emotional life”. Jelasnya temperamen adalah perbedaan kualitas dan intensitas respons emosional serta pengaturan diri yang memunculkan perilaku individual yang terlihat sejak lahir, yang relative stabil dan menetap dari waktu ke waktu dan pada semua situasi, yang dipengaruhi oleh interaksi antara pembawaan, kematangan, dan pengalaman. Sejak lahir, bayi memperlihatkan berbagai aktivitas individual yang berbeda-beda. Beberapa bayi sangat aktif menggerakkan tangan, kaki, dan mulutnya tanpa henti-hentinya, tetapi bayi yang lain terlihat lebih tenang. Sebagian bayi merespons dengan hangat kepada orang lain, sementara yang lain cerewet, rewel dan susah diatur. Semua gaya perilaku ini merupakan temperamen seorang bayi.
Kebanyakan peneliti mengakui adanya perbedaan dalam kecenderungan reaksi utama, seperti kepekaan terhadap rangsangan visual atau verbal, respons emosional, dan keramahan dari bayi yang baru lahir. Peneliti Alexander Tomas dan Stella Chess misalnya, memperlihatkan adanya perbedaan dalam tingkatan aktivitas bayi, keteraturan dari fungsi jasmani (makan, tidur, dan buang air), pendekatan terhadap stimuli dan situasi baru. Kemampuan beradaptasi dengan situasi dan orang-orang baru, reaksi emosional, kepekaan terhadap rangsangan, kualitas suasana hati, dan jangkauan perhatian.
Dari hasil penelitian ini, Alexander Tomas dan Stella Chess mengklasifikan temperamen atas tiga pola dasar:
1) Bayi yang bertemperamen sedang (easy babies)
Menunjukkan suasana hati yang lebih positif, keteraturan fungsi tubuh, dan mudah beradaptasi dengan situasi baru.
2) Bayi yang bertemperamen tinggi (difficult babies)
Memperlihatkan suasana hati yang negative, fungsi-fungsi tubuh tidak teratur, dan stress dalam menghadapi situasi baru.
3) Anak yang bertemperamen rendah (slow to warm up babies)
Memiliki tingkat aktivitas yang rendah dan secara relatif tidak dapat menyesuaikan diri dengan pengalaman baru, suka murung serta memperlihatkan intensitas suasana hati yang rendah.
Pola-pola temperamen tersebut merupakan suatu karakteristik tetap sepanjang masa bayi dan anak-anak yang akan dibentuk dan diperbarui oleh pengalaman anak dikemudian hari. Misalnya anak usia 2 tahun yang digolongkan ekstrem sebagai pemalu dan penakut pada usia 8 tahun. Ini menunjukkan adanya konsistensi perkembangan temperamen sejak lahir. Konsistensi temperamen ini di tentukan oleh faktor keturunan, kematangan, dan pengalaman, terutama pola pengasuhan orang tua.
c.       Perkembangan Attachment
Attachment adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh J. Bowlby tahun 1958 untuk menggambarkan pertalian atau ikatan antara ibu dan anak. Kebanyakan ahli psikologi perkembangan mempercayai bahwa attachment pada bayi merupakan dasar utama bagi pembentukan kehidupan sosial anak di kemudian hari. Menurut J. Bowlby, pentingnya attachment dalam tahun pertama kehidupan bayi adalah karena bayi dan ibunya secara naluriah memiliki keinginan untuk membentuk suatu keterikatan.
Bayi yang baru lahir telah memiliki perasaan sosial untuk berinteraksi dan melakukan penyesuaian sosial terhadap orang lain. Oleh sebab itu, tidak heran kalau bayi dalam semua kebudayaan mengembangkan kontak dan ikatan sosial yang kuat dengan orang yang mengasuhnya, terutama ibunya.
Ada 4 tahap perkembangan attachment pada bayi :
1)      Tahap indiscriminate sosibility (0-2 bulan).
Bayi tidak membedakan antara orang- orang dan merasa senang dengan atau menerima dengan senang orang yang dikenal dan yang tidak dikenal.
2)      Tahap attachment is the makin (2-7 bulan),
Bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang yang dikenal, tersenyum pada orang yang lebih dikenal.
3)      Tahap specific, clear-cut attachment (7-24 bulan),
Bayi telah mengembangkan keterikatan dengan ibu atau pengasuh pertama lainnya dan akan berusaha untuk senantiasa dekat dengannya, akan menangis ketika berpisah dengannya.
4)      Tahap goal-coordination partenerships (24- seterusnya)
Bayi merasa lebih aman dalam berhubungan dengan pengasuh pertama, bayi tidak merasa sedih selama berpisah dengan ibunya atau pengasuh pertamanya dalam jangka waktu yang lama.
Sejumlah peneliti berkesimpulan bahwa semua bayi terikat pada ibunya dalam tahun pertama.Akan tetapi kualitas ikatan tersebut berbeda-beda, sesuai dengan tingkat respon ibu terhadap kebutuhan mereka. Ainswoth (1979) membedakan keterikatan bayi atas dua bentuk, yaitu:
1)      keterikatan yang aman (secure attachment)
2)      keterikatan yang tidak aman (insecure attachment).

d.      Perkembangan Rasa Percaya
Menurut Erik Erikson (1968), pada tahun pertama (bayi usia 1-2 bulan) kehidupan ditandai dengan adanya tahap perkembangan rasa percaya dan rasa tidak percaya. Erikson meyakini bayi dapat mempelajari rasa percaya apabila mereka diasuh dengan cara yang konsisten. Rasa tidak percaya dapat muncul apabila bayi tidak mendapatkan perlakuan yang baik. Rasa percaya dan tidak percaya tidak muncul hanya pada tahun pertama kehidupan saja.Tetapi rasa tersebut muncul lagi pada tahap perkembangan selanjutnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat anak-anak memasuki sekolah dengan rasa percaya dan tidak percaya dapat mempercayai guru tertentu yang banyak memberikan waktu baginya sehingga membuatnya sebagai orang yang dapat dipercayai. Pada kesempatan kedua ini , anak mengatasi rasa tidak percaya sebalumnya. Sebaliknya, anak-anak yang meninggalkan masa bayi dengan rasa percaya pasti pada tahap selanjutnya masih dapat memiliki rasa tidak percaya, yang mungkin terjadi karena adanya konflik atau perceraian kedua orang tuanya. Erikson menekankan bahwa tahun kedua kehidupan ditandai oleh tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu.
Ketika bayi baru lahir, maka terdapat tahapan sampai bayi berusia dua bulan sebagai berikut:
1)      Bayi 0-1 bulan
Kelekatan hanya bisa tercipta jikalau orang tua mengenal bayi dan mengurus sendiri bayi sejak awalnya. Jika orang tua sedang menantikan kelahiran bayi pertama, lebih baik untuk memilih lahir normal (jika memungkinkan). Sekalipun kedengarannya lebih mengerikan dibandingkan dengan operasi, kelahiran normal memberikan memory tersendiri antara anda-suami-anak. Memory itu dapat mempererat hubungan orang tua. Dalam tahap ini, orang tua utamanya ibu lebih baik memilih tidur sekamar dengan bayi.Keberadaan ayah di tengah malam juga sangat menolong.(bread feeding father)
2)      Bayi 1-2 bulan
Sekitar usia 6 minggu, sistem penglihatan bayi sudah mulai berkembang. Pada level ini, bayi mulai memasuki level interaksi sosialnya. Ia mulai menatap wajah ibu dan mulai membesarkan matanya. Pada saat inilah untuk pertama kalinya ibu merasa si bayi memandangi wajahnya dan mulai berinteraksi lebih hangat lagi dengan si bayi.
Bagi orang tua hendaknya memberikan mainan yang berbunyi di dekat mata bayi dan gerakan dari kiri ke kanan dan sebaliknya, jauh - dekat, dan sebaliknya.Hal ini dapat melatih penglihatan bayi. Pada waktu usia 2 bulan, orang tua akan menemukan bayi tersenyum manis didepannya. Bukan lagi senyum refleks pada saat tidur, tapi senyum yang memancing respon anda untuk membuatnya tersenyum lebih lebar.Pada saat inilah orang tua mengetahui bahwa tiba saatnya perannya dibutuhkan untuk mulai pendidikan sosial bagi bayi.
e.       Perkembangan Otonomi
Menurut Chaplin (2002), otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri.  Menurut Erikson,. Pada tahap ini, bayi tidak hanya dapat berjalan, tetapi mereka juga dapat memanjat, membuka dan menutup, menjatukan, menolak dan menarik, memegang otonomi atau kemandirian merupakan tahap ke dua perkembangan psikososial yang berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan.
Otonomi dibangun di atas perkembangan kemampuan mental dan kemampuan motorikdan melepaskan. Bayi merasa bangga dengan prestasi ini dan ingin melakukan segala sesuatu sendiri. Selanjtnya mereka juga dapat belajar mengendalikan otot mereka dan dorongan keinginan diri mereka sendiri. Dengan demikian, setelah memperoleh  kepercayaan dari pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka. Mereka menyadari kemauan mereka.  Pada tahap ini bila orang tua selalu memberikan dorongan kepada anak agar dapat berdiri di atas dua kaki mereka sendiri, sambil melatih kemampuan-kemampuan mereka, maka anak akan mampu mengembangkan pengendalian atas otot, dorongan,  lingkungan dan diri sendiri (otonom). Sebaliknya, jika orang tua cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi hak untuk menyelidiki lingkungannya, maka anak akan mengembangkan suatu rasa malu dan ragu-ragu yang berlebihan tentang kemampuan mereka untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan dunia mereka.[31]
C.    KESIMPULAN
      Perkembangan fisik bayi adalah perkembangan dasar yang dimana pertumbuhan seorang individu berkembang dengan pesat. Gerakan-gerakan tubuh yang dimotori dengan kerjasama antara otot, otak, dan saraf dinamakan motorik.
      Perkembangan kognitif adalah suatu perkembangan anak yang tidak lepas dari lingkungan dan budaya yang membentuknya atau perkembangan kognitif adalah suatu perkembangan pikiran yang dapat berpengaruh pada perkembangan aktivitas bayi dalam beradaptasi terhadap lingkungan.
      Perkembangan Psikososial merupakan hal yang penting bagi bayi. Karena pada tahap perkembangan psikososial inilah yang akan mempengaruhi perkembangan-perkembangan bayi selanjutnya dalam berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.


DAFTAR RUJUKAN
AnonymousA. 2012. Perkembangan Masa Bayi. http://www.ayobukasaja.com. Juni.
AnonymousB. 2011. Perkembangan Masa Bayi. http://jeffy- louis.blogspot.com. Juni.
AnonymousC.2012. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Bayi. http://ibuhamil.com.12 .Maret.
AnonymousD.2012. Perkembangan Kognitif Bayi. http://vaniariyanti.blogspot.com/Mei
AnonymousE.2012. Perkembangan Psikososial Bayi. http://ziezahfakot.blogspot.com. Mei
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Papalia, Diane E. & Olds, Sally Wendkos. 1989. Human Development. McGraw-Hill Book Company.
Papalia, Diane E. & Olds, Sally Wendkos. 2009. Human Development. McGraw-Hill Book Company.
Gage, N. L., Berliner, D. C. 1998. Educational Psychology 6th ed. Boston: Houghton Mifflin Company.
Prasetyo, Jan. Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Retrieved from repository.ui.ac.id/dok-umen/lihat/3660.pdf.


BAB V

PERIODE MASA KANAK-KANAK AWAL

A. PENDAHULUAN
 1. Latar Belakang
            Setelah melewati masa atau periode bayi yang penuh ketergantungan yakni usia 0 sampai 2 tahun, seorang anak mulai memasuki masa kanak-kanak , yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual, yakni kira-kira usia 13 tahun untuk perempuan dan 14 tahun untuk laki-laki. Selama periode ini terjadi sejumlah perubahan dan perkembangan yang signifikan, baik perubahan dan perkembangan secara fisik, kognitif maupun psikologis. Masa anak-anak terbagi menjadi dua yaitu masa anak-anak awal berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun, dan masa anak-anak akhir dari usia 6 tahun sampai saat anak anak matang secara seksual.
B. PEMBAHASAN
1. Perkembangan Fisik
            Anggota-anggota badan tumbuh dengan kecepatan yang berbeda-beda. Perlu dilihat pula bahwa tiap anak mempunyai tempo perkembangannya sendiri, meskipun ada norma-norma yang dapat dipakai sebagai ukuran perkembangan normal. Umur kerangka dapat dilihat dari pergeseran tulang pada tangan anak. Seorang anak dapat mempunyai umur kerangka 4 tahun sedangkan umur kronologisnya adalah 6 tahun.
            Proporsi badan dan jaringan urat daging dapat dikatakan tetap sampai kurang lebih tahun kelima. Sekitar tahun kelima mulailah apa yang disebut ”Gestaltwandel” pertama (Zeller, 1936). Hal ini berarti bahwa anak yang sampai sekarang mempunyai kepala yang relatif besar dan anggota badan yang pendek akan mulai mempunyai proporsi badan yang seimbang. Anggota-angota badannya menjadi lebih panjang, perutnya mengecil dan kepalanya dibanding dengan bagian-bagian badan yang lain mendapatkan proporsi yang normal. Semula jaringan-jaringan tulang dan urat daging lebih berkembang, menjadi lebih berat. Jaringan lemak bertambah lebih lambat. Selama tahun kelima nampak perkembangan jaringan urat daging secara cepat.  [32]
            Selama masa anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira 2 tahun menjelang anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat. Meskipun selama masa anak-anak pertmbuhan fisik mengalami perlambatan, namun keterampilan-keterampilan motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat.[33]
a.      Tinggi dan Berat
            Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat tambahan 2,5 hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci dan beratnya sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43,6 inci dan beratnya 21,5 kg. ketika anak usia prasekolah bertumbuh makin besar, presentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini, baik laki-laki maupun perempuan terlihat makin langsing, sementara batang tubuh mereka makin panjang.
b.      Perkembangan Otak
            Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun pertumbuhannya tidak sepesat pada masa bayi. Pada saat bayi mencapai 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang dewasa, dan pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak orang dewasa.
            Pertumbuhan otak selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di dalam dan diantara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat saraf itu terus bertumbuh setidak-tidaknya hingga masa remaja.
 Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat saraf.
c.       Perkembangan Motorik
            Perkembangan fisik pada masa anak-anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus. Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar usia 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju dan mundur, jalan cepat dan pelan-pelan, melompat dan berjingkrak, berlari kesana kemari, memanjat, dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan halus dan bervariasi. Anak usia 5 tahun juga dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu secara akurat, seperti menyeimbangkan badan diatas satu kaki, menangkap bola dengan baik, melukis, menggunting dan melipat kertas, dan sebagainya. [34]
2. Perkembangan Kognitif
            Kognisi artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan otak. Perkembanagn kognisi berarti perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan berfikirnya. Dalam perkembangan kognitif, anak dalalam hal ini otaknya mulai mengembangkan kemampuan untuk berfikir, belajar dan mengingat.
            Seiring dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian yang disertai dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, maka dunia kognitif anak akan berkembang pesat, makin kreatif, bebas, dan imajinatif. Imajinasi anak-anak prasekolah terus bekerja, dan daya serap mentalnya tentang dunia makin meningkat. Peningkatan pengertian anak tentang orang, benda dan situasi baru diasosiasikan dengan arti-arti yang telah dipelajari selama masa bayi.
a.      Perkembangan Kognitif Menurut Teori Piaget
            Sesuai dengan teori piaget, perkembangan kognitif pada masa awal-awal anak dinamakan tahap praoperasional, yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis.[35]
            Tahap praoperasional sendiri terbagi menjadi 2 subtahap, yaitu subtahap prakonseptual dan subtahap pemikiran intuitit.
            Subtahap prakonseptual disebut juga dengan pemikiran simbolik, karena karakteristik utama subtahap ini ditandai dengan munculnya sistem-sistem lambang atau simbol, seperti bahasa, subtahap ini terjadi kira-kira anak berusia antara 2 sampai 4 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mengembangkan kemampuan untuk menggambarkan atau membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada dengan sesuatu yang lain.
            Yang kedua Subtahap Intuitit (4 – 7 tahun), dalam subtahap ini, meskipun aktivitas mental tertentu terjadi, tetapi anak-anak belum begitu sadar mengenai prinsip-prinsip yang melandasi terbentuknya aktivitas tersebut. Walaupun anak dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan masalah ini, namun ia tidak bisa menjelaskan alasan yang tepat untuk pemecahan suatu masalah menurut cara-cara tertentu.   
b.      Perkembangan Persepsi
            Meskipun presepsi telah berkembang sejak awal kehidupan, namun hingga masa anak-anak awal atau prasekolah, kemampuan atau kapasitas mereka untuk memperoses  informasi masih terbatas. Kadang-kadang anak usia prasekolah dapat merasakan stimulus penglihatan dan pendengaran seperti yang dirasakan oleh orang dewasa, tetapi dilain waktu mereka tidak dapat merasakannya.
            Selama tahun-tahun prasekolah, penglihatan yang menjadi sumber informasi penting mengalami peningkatan, meskipun masih belum mampu melihat sebaik penglihatan anak yang lebih besar. Mereka biasanya memiliki penglihatan jauh. Artinya mereka dapat melihat objek-obek yang jauh dengan sempurna tetapi mengalami kesulitan memfokuskan penglihatan pada objek-objek yang dekat. Bagi sebagian anak, penglihatan jauh ini mungkin menyebabkan timbulnya problem-problem praktis tertentu, seperti kesukaran dalam menggambar atau mengerjakan tugas-tugas lain yang membutuhkan konsentrasi visual pada waktu yang lama. Sedangkan bagi anak prasekolah yang lebih besar penglihatan dekat mereka cenderung bertambah baik, yang membantu mereka melakukan tugas-tugas umum pada sekolah dasar, seperti membaca dan menulis.
            Seiring dengan peningkatan ketajaman visual, selama masa awal anak-anak persepsi visual mereka juga bertambah baik. Peningkatan persepsi visual ini terjadi melalui dua cara. Menurut (Seifert dan Hoffnung, 1994), peningkatan persepsi visual anak terlihat dalam dua bentuk, pertama, diskriminasi visual yaitu kemampuan untuk membedakan atau melihat perbedaan-perbedaan terhadap yang mereka lihat. Kedua, integrasi sosial, yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan beberapa penglihatan dengan tidakan-tindakan fisik secara tepat. Meskipun demikian, anak-anak prasekolah masih mengalami keterbatasan dalam pelaksanaan tugas-tugas perkembangan ini. Anak prasekolah sering mengalami kesukaran dalam menyatukan tindakan dengan penglihatan ketika berhadapan dengan stimulus yang membingungkan.  [36]
c.       Perkembangan Memori
            Dibandingkan dengan bayi, mengukur memori anak-anak jauh lebih mudah, karena anak-anak-anak telah dapat memberikan reaksi secara verbal. Meskipun demikian, tugas-tugas anak masih sangat sederhana.
d.      Memori Jangka Pendek
 Dalam memori jangka pendek, individu menyimpan informasi selama 15 hingga 30 detik, dengan asumsi tidak ada latihan atau pengulangan. Memori jangka pendek (short-term memory) ini sering diukur dalam rentang memori (memory span), yaitu jumlah item yang dapat diulang kembali dengan tepat sesudah suatu  penyajian tunggal. Materi yang dipakai merupakan rangkaian urutan yang tidak berhubungan satu sama lain, berupa angka, huruf atau simbol.
            Menurut Maltin, dibandingkan dengan anak-anak yang lebih besar atau dengan orang dewasa, anak yang lebih kecil lebih mungkin untuk menyimpan materi berupa visual dalam ingatan jangka pendeknya. Hitch dan teman-temannya menemukan bahwa anak usia 5 tahun mengalami kesulitan  mengulangi kembali serangkaian gambar-gambar yang sama dari objek-objek secara visual dibandingkan dengan serangkaian dari gambar-gambar yang tidak sama. Akan tetapi, anak 10 tahun tidak mengalami kesulitan dengan objek-objek yang digambarkan sama secara visual. Anak yang lebih tua akan melakukan pengulangan secara verbal untuk menyimpan item-item dalam ingatan jangka pendek, sehingga visual yang muncul tidak relevan.[37]
e.       Memori Jangka Panjang
            Pada umumnya anak-anak yang masih kecil memiliki kemampuan memori rekognisi – suatu kesadaran bahwa suatu objek, seseorang, atau suatu peristiwa itu sudah dikenalnya, atau pernah dipelajarinya pada masa lalu, tetapi kurang mampu dalam memori recall, yakni proses memanggil atau menimbulkan kembali dalam ingatan sesuatu yang telah dipelajari.
            Untuk mengungkapkan perbedaan antara memori anak-anak dengan memori orang dewasa, pada umumnya dilakukan adalah mengukur recall dari pada mengukur recognition, sebab recall membutuhkan strategi pengulangan yang relatif aktif dan pencarian yang langsung terus menerus dalam memori kita. 
f.       Perkembangan Atensi
            Atensi atau perhatian merupakan sebuah konsep multidimensional yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan cirri-ciri dan cara-cara merespon dalam sistem kognitif. Atensi pada anak telah berkembang sejak masa bayi. Aspek-aspek atensi yang berkembang selama masa bayi ini memiliki arti yang sangat penting selama tahun-tahun prasekolah.
            Meskipun atensi bayi memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan kognitif selam tahun-tahun prasekolah, namun kemampuan anak untuk memusatkan perhatian berubah secara signifikan selama tahun-tahun prasekolah. Salah satu kekurangan dalam perhatian selama tahun-tahun prasekolah menyangkut dimensi-dimensi yang lebih menonjol dibandingkan dengan dimensi-dimensi yang relevan untuk memecahakan masalah dengan baik.
1)   Perkembangan Metakognitif
 Sebagai anak yang mulai tumbuh menjadi lebih besar, mereka berusaha mengetahui tentang pikirannya sendiri, tentang bagaimana belajar dan mengingat situasi-situasi setiap hari, dan bagaimana seseorang dapat meningkatkan penilaian kognitif mereka. Menurut Margaret W. Matlin (1994), metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi atau kesadaran kita tentang pemikiran. Metakognitif ini memiliki arti yang sangat penting, karena pengetahuan kita tentang proses kognitif kita sendiri dapat memandu kita dalam menata suasana dan menyeleksi strategi untuk meningkatkan kemampuan kognitif kita dimasa mendatang.
 Dalam penelitian J.H. Flavel tentang metakognitif, dia memfokuskan pada anak-anak. Flavel menunjukkan bahwa anak-anak yang masih kecil telah menyadari adanya pikiran, memiliki keterkaitan dengan dunia fisik, terpisah dengan dunia fisik, dapat menggambarkan objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara akurat atau tidak akurat, dan secara aktif menginterpretasi tentang realitas dan emosi yang dialami. Anak-anak usia 3 tahun telah mampu memahami bahwa pikiran adalah peristiwa mental internal yang menyenangkan, yang referensial (merujuk pada peristiwa-peristiwa nyata atau khayalan), dan yang unik bagi manusia. Mereka juga dapat membedakan pikiran dengan pengetahuan.  [38]
2)   Perkembangan Bahasa
 Pada masa ini penguasaan kosa kata anak meningkat pesat. Anak mengucapkan kalimat yang semakin panjang dan makin bagus, menunjukkan panjang pengucapan rata-rata anak telah mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk. Sesekali ia menggunakan kata perangai, akhirnya timbul anak kalimat.
 Pada mulanya bahasa anak-anak bersifat egosentris, yaitu bentuk bahasa yang lebih menonjolkan diri sendiri, berkisar pada minat, keluarga, dan miliknya sendiri. Menjelang akhir masa anak-anak awal, percakapan anak-anak berangsur-angsur berkembang menjadi bahasa sosial. Bahasa sosial dipergunakan untuk berhubungan, bertukar pikiran dan mempengaruhi orang lain. Bentuk bahasa yang dipergunakan sering berupa pengaduan atau keluhan, komentar buruk, kritikan, dan pertanyaan.[39] Ketika bahasa anak berubah dari bahasa egosentris ke bahasa sosial, maka terjadi penyatuan antara bahasa dan pikiran. Penyatuan antara bahasa dan pikiran ini sangat penting bagi pembentukan struktur mental atau kognitif anak.   
3. Perkembangan Psiko-sosial 
Dari umur 2-6 tahun anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang yang diluar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang berumur sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Studi lanjutan tentang kelompok anak melaporkan bahwa sikap yang terbentuk pada usia dini biasanya menetap dan hanya mengalami perubahan sedikit.
 Masa kanak-kanak awal sering disebut “usia pregang” (PREGANG AGE). Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagai menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah, misalnya pendidikan untuk anak sebelum taman kanak-kanak, pusat pengasuhan anak pada siang hari atau taman kanak-kanak, biasanya mempunyai jumlah besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibanding dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Alasanya adalah mereka dipersiapkan secara lebih untuk melakukan partisipasi yang aktif dalam kelompok dibandingkan dengan anak-anak yang aktifitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga dan anak-anak dari lingkungan terdekat.[40]
 Salah satu diantara sejumlah keuntungan pendidikan prasekolah adalah bahwa pusat pendidikan tersebut memberikan pengalaman sosial di bawah bimbingan para guru yang terlatih yang membantu mengembangkan hubungan yang menyenangkan dan berusaha agar anak-anak tidak mendapat perlakuan yang mungkin menyebabkan mereka menghindari hubungan sosial.
a.    Perkembangan Permainan
            Sejak umur 3 atau 4 tahun anak-anak mulai bermain bersama dalam kelompok, berbicara satu sama lain pada saat bermain dan memilih dari anak-anak yang hadir siapa yang akan dipilih untuk bermain bersama.[41] Permainan bagi anak-anak merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan, yang dilakukan semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin mendapat sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut, anak-anak juga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dengan teman-temannya dibanding terlibat dengan aktivitas yang lain. Oleh karena itu perlu kiranya  bagi anak-anak untuk diberi kesempatan dan sarana di dalam kegiatan permainannya, karena permainan cukup penting bagi perkembangan jiwa anak.[42]
b.      Perkembangan Hubungan dengan Orang Tua
            Selama tahun-tahun prasekolah, hubungan dengan orang tua merupakan dasar bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Sejumlah ahli mempercayai bahwa kasih sayang orang tua selama beberapa tahun pertama kehidupan merupakan kunci utama perkembangan sosial anak, meningkatkan kemungkinan anak memiliki kompetensi secara sosial dan penyesuaian diri yang baik pada tahun-tahun prasekolah dan sesudahnya.
c.       Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya
            Perkembangan psikososial dan kepribadian sejak usia prasekolah hingga akhir masa sekolah ditandai dengan meluasnya pergaulan sosial, terutama dengan teman sebaya. Teman sebaya sebagai sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia. Akan tetapi, belakangan definisi teman sebaya lebih ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis.
            Hubungan sosial dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting ialah menyediakan suatu sumber informasi dan perbandingan tentang dunia diluar keluarga. Anak-anak menerima umpan balik tentang kemampuan-kemampuan mereka dari kelompok teman sebaya. Anak-anak mengevaluasi apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama atau lebih jelek dari yang dilakukan oleh anak-anak lain. Perbandingan sosial ini merupakan dasar bagi pembentukan rasa harga diri dan gambaran diri anak. 
d.      Perkembangan Gender
            Pada umumnya pada usia 2 tahun sudah dapat menerapkan label laki-laki atau perempuan secara tepat atas dirinya sendiri dan orang lain. Meskipun demikian, pada usia ini anak belum memahami ketetapan gender. Konsepnya tentang gender lebih didasarkan pada cirri-ciri fisik, seperti pakaian, model rambut, atau jenis permainan. Pada umumnya anak-anak baru mencapai ketetapan gender pada usia 7 hingga 9 tahun.
             Kebanyakan anak mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap dalam perkembangan gender. Pertama, anak mengembangkan kepercayaan tentang identitas gender, yaitu rasa laki-laki atau perempuan. Kedua, anak mengembangkan kesitimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang mereka kehendaki. Ketiga, mereka memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin seseorang ditentukan secara biologis, permanen, dan tak ubah-ubah. Ketiga aspek ini sangat berperan terhadap pengetahuan umum tentang peran gender yang diharapkan masyarakat. 
e.       Perkembangan Moral
 Seiring dengan perkembangan sosial, anak-anak usia prasekolah juga mengalami perkembangan moral. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral. Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain, anak belajar memahami tentang perilaku mana yang  baik, yang boleh dikerjakan  dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian perkembangan moral seseorang itu berkaitan erat dengan perkembangan sosial anak, disamping pengaruh kuat dari perkembangan pikiran, perasaan serta kemauan atas hasil tanggapan dari anak. [43]

C.  KESIMPULAN

            Pada masa perkembangan anak-anak awal banyak terjadi perubahan dan perkembangan, terutama pada perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial, dari segi fisik tinggi dan berat badan seorang anak tumbuh 2,5 inci dan berat tambahan 2,5 hingga 3,5 kg setiap tahunnya, otak dan sistem saraf juga terus mengalami pertumbuhan meskipun tidak sepesat pada masa bayi. Pada masa ini anak juga sudah mulai bisa beraktivitas dengan baik seperti berjalan, melompat, berjingkrak dll.
            Pada perkembangan kognitif, penglihatan pada anak mengalami peningkatan, sudah mampu menyimpan informasi meskipun masih sederhana, selain itu mereka juga berusaha mengetahui tentang pokirannya sendiri, tentang bagaimana belajar dan mengingat situasi-situasi setiap hari, pada masa ini anak juga mampu mengucapkan kalimat yang semakin panjang dan makin bagus.
            Yang terakhir adalah perkembangan psikososial, anak sudah sering menghabiskan waktunya untuk bermain dengan teman sebayanya, karena permainan cukup penting bagi perkembangan jiwa anak , pada usia 2 tahun sudah dapat menerapkan label laki-laki atau perempuan secara tepat atas dirinya sendiri dan orang lain. Meskipun demikian, pada usia ini anak belum memahami ketetapan gender. Moral pada anak juga mengalami perkembangan, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain, anak belajar memahami tentang perilaku mana yang  baik, yang boleh dikerjakan  dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.

DAFTAR RUJUKAN
F. J. Monks, A.M.P. Knoers, Siti rahayu Haditono. 2002. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Ahmadi, Abu dan Sholeh, Munawar. 2005. Psikologi Perkembangan. PT Rineka Cipta : Jakarta.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya : Bandung.
Elizabeth B. Hurlock. 1988. Perkembangan Anak. Erlangga : Jakarat.

BAB VI

PERKEMBANGAN PERIODEANAK-ANAAKHIR (6-11TAHUN)

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Periode ini dimulai sejak anak-anak berusia enam sampai seksualnya matang. Kematangan seksual sangat bervariasi baik antara jenis kelamin maupun antar budaya yang berbeda. Anak-anak sudah lebih mandiri. Pada masa inilah anak paling peka dan siap untuk belajar dan dapat memahami pengetahuan dan selalu ingin bertanya dan memahami. Perkembangan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Perkembangan sosial anak mulai meningkat yang ditandai dengan adanya perubahan pengetahuan dan pemahaman mereka mengatahui kebutuhan ketentuan maupun peraturan-peraturan. Selain itu hubungan antara anak dan keluarga, teman sebaya dan sekolah sangat mewarnai perkembangan sosialnya. Nah, pada pembahasan kali ini kami menyajikan materi dengan tema perkembangan fisik, kognitif, psikososial pada masa anak- anak akhir.
B.     PEMBAHASAN
1.      Perkembangan Fisik Periode Kanak-Kanak Akhir
Akhir masa kanak-kanak merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan relative seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun sebelum anak secara seksual menjadi matang pada saat mana pertumbuhan berkembang pesat. menunjukkan pelbagai perubahan fisik penting sebelum pubertas mulai terjadi. Bandingkan dengan perubahan fisik pada masa bayi dan pada masa kanak-kanak.
Pertumbuhan fisik mengikuti pola dapat diramalkan meskipun sejumlah perbedaan dapat terjadi. Bentuk tubuh mempengaruhi tinggi dan barat dalam akhir masa kanak-kanak. Anak yang memiliki bentuk tubuh ektomorfik, yang tubuhnya panjang dan langsing, dapat diharapkan tidak seberat anak mesoforfik yang mempunyai tubuh lebih berat. Anak yang berbadan mesomorfik tumbuh lebih cepat dari pada anak yang ektomorfik atau endomorfik, dan lebih cepat menjadi pubertas.
Kesehatan dan gizi yang baik merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Semakin baik kesehatan dan gizi, anak cenderung semakin besar dari usia ke usia dibandingkan dengan anak yang kesehatan dan gizi nya buruk. Anak yang diberi imunisasi terhadap penyakit selama awal masa kanak-kanak tumbuh lebih cepat dari pada anak yang tidak diberi imunisasi. Ketegangan emosional juga mempengaruhi pertumbuhan fisik. Anak yang tenang akan tumbuh lebih cepat dari pada yang mengalami gangguan emosional, meskipun gangguan emosional lebih banyak mempengaruhi berat dari pada tinggi.[44]
Anak yang cerdas cenderung lebih tinggi dan lebih barat dari pada anak yang tinggi kecerdasannya rata-rata atau dibawah rata-rata. Akan tetapi, kalau anak yang sangat cerdas dibandingkan saudara-saudaranya yang tidak terlampau cerdas, perbedaan ini tidak ada. Laycock dan caylor menjelaskan “anak yang berbakat mungkin berasaldari keluarga yang semua anaknya tumbuh lebih besar” karena adanya gizi dan perawatan kesehatan yang lebih baik.
Perbedaan seks dalam pertumbuhan fisik yang pada tahun-tahun sebelumnya hampir tidak tampak menonjol dalam akhir masa kanak-kanak, karena pesatnya pertumbuhan pubertas anak laki-laki baru dinilai kira-kira setahun lebih lambat dari pada anak perempuan, anak laki-laki cenderung lebih pendek dan lebih ringan dari pada anak perempuan seusianya, sampai ia juga secara seksual menjadi matang. Pertumbuhan gigianak perempuan juga lebih cepat sedikit dari pada anak laki-laki, sedangkan kepela dan wajah anak laki-laki tumbuh lebih besar dari pada anak perempuan.
Sampai sekarang belum ada cara untuk meramalkan tinggi seorang dewasa berdasarkan tingginya pada akhir masa kanak-kanak. Tinggi orang dewasa sejauh tertentu ditentukan oleh bentuk tubuh orang tua, tetapi juga dipengaruhi oleh berapa lama anak tumbuh dan kecepatan tumbuhnya selama tahun-tahun selama sebelum pubertas.
a.    Tinggi
Kenaikan tinggi pertahun adalah 2 sampai 3 inci. Rata-rata perempuan sebelas tahun mempunyai tinggi badan 58 dan anak laki-laki 57.5 inci.
b.    Berat
Kenaikan berat lebih bervariasi dari pada kenaikan tinggi, berkisar antara 3 sampai 5 pon pertahun. Rata-rata anak perempuan sebelas tahun mempunyai berat badan 88.5 pon dan anak laki-laki 85,5 pon.
c.    Perbandingan Tubuh
Meskipun kepala masih terlampau besar dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya, beberapa perbandingan wajah yang kurang baik menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan rahang dahi melebar dan merata, bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk, badan dan memanjang dan menjadi langsing, leher menjadi lebih panjang, dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai memanjang (meskupun kelihatannya lurus dan tidak berbentuk karena otot-otot belum berkembang) dan tangan dan kaki dengan lambat tumbuh membesar.
d.   Kesederhanaan
Perbandingan tubuh yang kurang baik yang sangat mencolok padaakhir masa kanak-kanak menyebabkan meningkatnya kesederhanaan pada saat ini. Disamping itu kurangnya perhadap penampilan dan kecenderungan untuk berpakaian seperti teman-teman tanpa memperdulikan pantas tidaknya, juga menambah kesederhanaan.
e.    Perbandingan otot lemak
Selama masa akhir kanak-kanak, jaringan lemak berkembang lebih cepat dari pada jaringan otot yang perkembangannya baru mulai melejit pada awal pubertas. Anak yang berbentuk endomorfik jaringan lemaknya jauh lebih banyak dari pada jaringan otot sedangkan pada tubuh mesomorfik keadaannya terbalik. Pada bentuk tubuh ektomorfik tidak terdapat jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga cenderung tampak lurus.
f.     Gigi
Pada permulaan pubertas, umumnya seorang anak sudah mempunyai dua puluh dua gigi tetap. Keempat gigi terakhir yang disebut gigi yang kebijaksanaan, muncul selama masa remaja.[45]

1)   Masalah Kesehatan
a)      Nutrisi
Anak-anak akan mengalami dua kali lipat berat badan, oleh karenanya anak akan membutuhkan energy berbagai macam kegiatan motorik yang mereka lakukan. Untuk mendukung pertumbuhan dan kehidupan yang aktif, anak harus mengkonsumsi makanan jauh lebih banyak dibandingkan yang sudah mereka konsumsi pada masa anak-anak awal.
b)      Gerak Badan dan Olahraga
Peningkatan jumlah penelitian mencatat ppentingnya olahraga pada perkembangan fisik dan kognitif
a)        Progam ketahanan latihan jasmani berintensitas tinggi mengurangi lemak pada tubuh anak dan meningkatkan kekuatan ototnya
b)        Empat puluh lima menit aktivitas fisik yang tidak terlalu melelahkan dan 15 menit aktivitas fisik yang bertenaga mampu mengurangi maalah anak yang mengalami kelebihan berat badan.
c)        Latihan aerobic berhubungan dengan peningkatan dalam aktivitas kognitif utama perencanaan untuk anak-anak berusia 9 tahun yang kelebihan berat badan
d)       Anak perempuan berusia 9 tahun yang secara fisik lebih sehat (sesuai dengan hasil pengukuran uji kapasitas aerobic) menunjukkan aktivitas yang lebih baik dari pada tugas kembali kognitif yang mencakup tugas dengan hambatan informasi yang tidak relevan untuk emperoleh solusi yang tepet dibandingkan dengan anak perempuan bberusia 9 tahun yang kondisi fisiknya kurang sehat.
c)      Anak-anak yang Kelebihan Berat Badan
d)     Kecelakaan dan cedera

2)      Perubahan yang Terjadi: Pertumbuhan Fisik, Otak, dan Perkembangan Motorik
a)    System yang berhubungan dengan rangka tubuh dan otot
Periode masa anak-anak akhir mencakup pertumbuhan yang lambat dan konsisten. Selama periode tersebut, anak tumbuh rata-rata 5-8 sentimeter pertahun. Kekuatan dan massa otot akan meningkat secara bertahap. Diantara perubahan yang menonjol adalah berkurangnya ukuran lingkar kepala, lingkar pinggang, dan panjang kaki sehubungan dengan tinggi badan.
b)   Otak
Perubahan didalam otak terus berlangsung pada masa kanak-kanak akahir, dan perubahan tersebut seperti peningkatan mmielinasi, berhubungan untuk meningkatkan fungsi kognitif. Secara khusus, adanya peningkatan jalur-jalur yang melibatkan korteks prefrontal-perubahan yang berhubungan untuk meningkatkan perhatian, penalaran dan control kognitif. Selama masa anak-anak akhir, aktivasi yang kurang pada difusi dan lebih pada fokal terjadi dalam korteks prefrontal, perubahan yang diasosiakan dengan peningkatan control kognitif.
c)    Perkembangan Motorik
Selama masa anak-anak akhir, perkembangan motorik menjadi lebih terkoordinasi dan lancar. Anak mampu mengendalikan tubuhnya dengan lebih baik serta dapat duduk dan dapat berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lebih lama. Namun, kehidupan anak-anak harus berorientasi terhadap aktivitas dan sangat aktif. Keterampilan motorik kasar semakin luas dan anak menjadi semakin baik dalam keahlian, seperti memukul bola tenis, melompati tali, atau berdiri diatas balok keseimbangan. Peningkatan mielinasi didalam system saraf direfleksikan dalam meningkatnya kemampuan motorik halus, seperti tulisan tangan yang semakin bagus dan dapat memainkan bagian kulit dalam instrument music. Biasanya anak laki-laki lebih baik dalm ketermpilan motorik kasar, sedangkan anak perempuan pada keterampilan motorik halus[46]
2.      Perkembangan Kognitif
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.
a.    Perkembangan Kognitif menurut Teori Piaget
Menurut Teori Kognitif Piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkrit concrete operational thought). Menurut Piaget, operasi adalah hubungan-hubngan logis diantara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur.
Menurut Piaget, anak-anak pada masa konkrit operasional ini telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak utuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak (Johnson&Medinnus, 1974).hal ini adalah karena pada masa ini anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu: negasi, resiprokasi, dan identitas.
Nagasi (nagation). Pada masa pra-operasional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan benda, yaitu pada mulanya keadaannya sama dan pada akhirnya keadaannya menjadi tidak sama. Anak tidak melihat apa yang terjadi diantaranya. Tetapi pada masa konkrit operasional, anak memahami proses apa yang terjadi diantara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya.
Hubungna timbal balik (resiprokasi). Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-venda bertambah panjang tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubngan timbal balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama.
Identitas. Anak pada masa konkrit operasional sudah bisa mengenal satu persatu benda-benda yang ada pada deretan-deretan itu. Anak bisa menghitung, sehingga meskipun benda-benda dipindahkan, anak dapat mengetahui bahwa jumlahnya akan tetap sama (Gunarsa, 1990).
Keterbasan lain yang terjadi dalam kemampuan berpikir konkrit anak ialah egosentrisme. Artinya, anak belum mampu membedakan antara perbuata-perbuatan dan objek-objek yang secara langsung dialami dengan perbuatan-perbuatan dan objek-objek yang hanya ada dalam pikirannya. Egosentrisme pada anak terlihat dari ketidakmampuan anak untuk melihat pikiran dan pengalaman sebagai dua gejala yang masing-masing berdiri sendiri.
b.   Perkembangan Memori
Selama tahun-tahun pertengahan dan akhir, anak-anak menumjukkan perubahan-perubahan penting bagaimana mereka mengorganisasi dan mengingat informasi. Meskipun selama periode pertengahan dan periode akhir anak-anak ini tidak terjadi peningkatan yang berarti dalam memori jangka panjang, malah menunjukkan keterbatasan-keterbatasan, namun selama periode ini mereka berusaha mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut dengan menggunakan apa yang disebut dengan strategi memori (memory strategy), yaitu perilaku yang disengaja digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu: rehearsal, organization, imagery, dan retrieval.
Rehearsal (pengulangan) adalah salah satu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulangi berkali-kali informasi setelah informasi tersebut disajikan. Ini sebenarnya bukan merupakan strategi khusus yang efektif. Meskipun demikian, strategi tersebut sangat berguna bagi peningkatan memori jangka pendek.
Organization (organisasi), seperti pengkategorian dan pengelompokan, merupakan strategi memori yang sering digunakan oleh orang dewasa. Anak-anak yang masih kecil tidak dapat mengelompokkan secara spontan item-item yang sama untuk membantu proses memorinya. Akan tetapi, sebagaimana ditunjukkan dalam study Meoly dan rekan-rekannya, anak-anak masa pertengahan dan akhir cenderung mengorganisasi informasi secara spontan untuk diingat, dibandingkan dengan anak-anak yang masih kecil.
Imagery (perbandingan) adalah tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang (Chaplin, 2002). Perbandingan juga merupakan salah satu strategi memori yang berkembang selama masa pertengahan dan akhir anak-anak.
Retrieval (pemunculan kembali) adalah proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan (Chaplin, 2002). Pemunculan kembali juga merupakan strategi memori yang banyak digunakan oleh orang dewasa. Seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak belajar bagaimana menggunakan keempat strategi- rehearsal, organization, imagery, dan retrieval.
Mereka akan menyadari apabila mereka ingin mengingat sesuatu, mereka akan menggunakan strategi-strategi memori tersebut daripada hanya sekedar mempercayai bahwa mereka akan mengingat materi-materi yang penting. Perlu juga dipahami bahwa disamping strategi-strategi memori di atas, juga terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat-sifat anak (termasuk sikap, motivasi, dan kesehatan), serta pengetahuan yang telah diperolah anak sebelumnya.

c.    Perkembangan Berpikir
1)   Pemikiran Kritis
Pemikiran kritis adalah pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbaai pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber (lisan atau tulisan), dan berpikir secara reflektif dan evaluatif.
Para ahli psikologi dan pendidikan belakangan ini semakin menyadari bahwa anak-anak di sekolah tidak hanya harus mengingat atau menyerap secara pasif berbagai informasi baru, melainkan mereka perlu berbuat lebih banyak dan belajar bagaimana berpikir secara kritis. Anak harus memiliki kesadaran akan diri dan lingkungannya. Karena itu, pendidikan di sekolah haruslah mampu membangun kesadaran kritis anak didik.
Menurut Santronk (1998), untuk mampu berpikir secara kritis, anak harus mengambil peran aktif dalam proses belajar. Ini berarti bahwa anak-anak perlu mengembangkan berbagai proses berpikir aktif, seperti: mendengarkan secara seksama, mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan-pertanyaan, mengorganisasikan pemikiran-pemikiran mereka, memperhatikan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbadaan, melakukan deduksi, dan membedakan antara kesimpulan-kesimpulan yang secara logika valid dan tidak valid. Di samping itu, tambah pertanyaan klarifikasi, belajar bagaimana mengkombinasikan proses-proses berpikir untuk menguasai suatu pengetahuan baru, belajar melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang.[47]
2)   Pemikiran Kreatif
Anak yang kompeten secara kognitif tidak hanya mampu berpikir secara kritis, namun juga kreatif (Rikards, Moger&Runo,2009). Pemikiran kreatif adalah (creative thinking) adalah kemampuan untuk berpikir dengan cara yang baru dan tidak biasa untuk menghasilkan solusi permasalahan yang unik. Jadi, dapat dikatakan bahwa kecerdasan dan kreativitas adalah hal yang berbeda. Perbedaan tersebut diketahui oleh J.P Guilford (1976) yang membedakan antara pemikiran konvergen (convergent thinking) yang hanya menghasilkan satu jawaban tepat dan mencirikan jenis pemikiran yang dibutuhkan pada tes inteligensi konvesional dan pemikiran divergen (divergent thinking) yang menghasilkan beberapa alternatif jawaban untuk satu pertanyaan dan mencirikan kreativitas.
Strategi Peningkatan Kreativitas Anak
a)    Mendorong brainstorming
b)   Memberikan lingkungan yang menstimulasi kreativitas
c)    Jangan mengendalikan siswa secara berlebihan
d)   Mendorong munculnya motivasi internal
e)    Membangun kepercayaan diri anak
f)    Mendukung anak agar anak tetap ulet dan tidak mudah puas
g)   Mendorong anak untuk mengambil resiko intelektual
h)   Memperkenalkan anak kepada orang-orang kreatif[48]

d.   Perkembangan Inteligensi (IQ)
Dalam pembahasan tentang perkembangan kognitif anak usia sekolah, masalah kecerdasan atau inteligensi mendapat banyak perhatian di kalangan psikolog. Hal ini adalah karena inteligensi telah dianggap sebagai suatu norma yang menentukan perkembangan kemampuan dan pencapaian optimal hasil belajar anak di sekolah. Dengan mengetahui Inteligensinya, seorang anak dapat dikategorikan sebagai anak yang pandai/cerdas (genius), sedang, atau bodoh (idiot)
1)   Pengertian Inteligensi
Inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir secara abstrak, memecahkan masalah dengan menggunakan simbol-simbol verbal, dan kemampuan untuk belajar dari dan menyesuaikan diri dengan pengalama-pengalaman hidup sehari-hari. Belakangan, sejumlah psikolog memperluas pengertian inteligensi dengan memasukkan berbagai macam dimensi bakat (seperti bakat musik) dan ketrampilan jasmani. Meskipun demikian, diskusi-diskusi tentang inteligensi masih didominasi oleh pandangan tradisional, yang lebih berorientasi pada dimensi pemikiran dan pemecahan masalah, sehingga banyak standar test yang dikembangkan untuk mengukur bentuk-bentuk inteligensi ini (Seifert&Huffnung,1994)

2)   Jenis-jenis Inteligensi
Teori Intelegensi Triarkik menyatakan bahwa inteligensi terdiri atas 3 bentuk:
a)    Inteligensi analitis, berhubungan dengan kemampuan menganalisis, menilai, mengevaluasi, membandingkan, dan membedakan.
b)   Inteligensi kreatif, terdiri atas keahlian untuk menciptakan, merancang, menemukan, memulai, dan membayangkan
c)    Inteligensi praktis, mencakup kemampuan untuk menggunakan, menerapkan, mengimplementasikan, dan mempraktikan gagasan.

3.      Perkembangan Psikososial atau Emosional Periode Kanak-Kanak Akhir
Dalam bab sebelumnya,"perkembangan sosio-emosional pada masa kanak-kanak awal". Kita melihat bahwa anak-anak para sekolah menjadi lebih mahir dalam berbicara mengenai dirinya sendiri dan emosi orang lain. Mereka juga menujukkan kesadaran akan kebutuhan untuk mengendalikan dan mengelola emosi mereka untuk mengembangkan pemahaman dan pengaturan emosi diri (Thompson, 2009ª)
a.    Perubahan-Perubahan Perkembangan
Perubahan perkembangan dalam emosi selama masa kanak-kanak akhir mencangkup hal-hal berikut( Denham, Bassett, & Wyatt, 2007; Kuebli, 1994; Thomson, 2009ª).
1)   Meningkatkan pemahaman emosi. Misalnya, anak-anak di sekolah dasar mengembangkan peningkatkan kemampuan untuk memahami emosi yang kompleks seperti kebanggaan dan rasa malu. Emosi tersebut menjadi kurang terkait dengan reaksi orang lain; mereka menjadi lebih dihasilkan oleh diri sendiri dan terintegrasi dengan rasa tanggung jawab pribadi.
2)   Meningkatkan pemahaman  bahwa lebih dari satu emosi yang dapat dialami dalam suatu situasi tertentu. Seorang murid kelas tiga, misalnya, mungkin menyadari bahwa mencapai sesuatu mungkin melibatkan, baik kecemasan  maupun kegembiraan.
3)   Meningkatkan kecenderungan untuk mengetahui peristiwa yang menyebabkan  reaksi emosional. Siswa kelas empat dapat menjadi sadar bahwa kesedihannya hari ini dipengaruhi oleh kepindahan temannya ke Kota lain minggu kemarin.
4)   Kemampuan untuk menekan atau menyembunyikan reaksi emosional yang negatif. Ketika salah seorang teman sekelasnya mengganggunya, seoarang siswa siswa kelas lima telah belajar untuk meredam kemarahannya dengan lebih baik daripada yang biyasanya ia lakukan.
5)   Penggunakan strategi yang diprakasai diri sendiri untuk memberitahukan perasaanPada tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak menjadi lebih mendalam mengenai kehidupan emosional mereka. Mereka menjadi lebih efektif dalam mengelola emosi mereka seperti menghibur diri setelah mengalami kekecewaan.
6)   Sebuah kapasitas untuk empati asli. Sebagai contoh, seorang siswa kelas empat merasa simpati terhadap orang yang berduka cita dan mengalami sendiri kesedihan orang yang berduka cita tersebut.

b.   Mengatasi Stres
Salah satu aspek penting dari kehidupan emosional anak-anak adalah belajar untuk mengatasi stres (Coplan & Arbeau, 2008; Findlay, Coplan, & Bowker, 2009). Seiring pertambahan usia anak-anak, mereka lebih akurat menilai situasi stres dan menentukan berapa banyak kendali yang mereka memiliki untuk  melalui hal tersebut. Anak yang lebih tua menghasilkan lebih banyak alternatif untuk mengatasi kondisi stres dan lebih menggunakan strategi coping secara kognitif (Saarni dkk.,2006). Mereka lebih baik daripada anak-anak yang lebih muda dalam mengalihkan pikiran mereka pada sesuatu yang kurang penuh tekanan; dan pada reframing, atau untuk megubah persepsi seseorang mengenai situasi yang penuh tekanan. Sebagai contoh, seorang anak anak yang lebih muda mungkin sangat kecewa bahwa seorang guru tidak menyapa ketika anak tersebut tiba di kelas. Anak-anak yang lebih tua dapat merubah kerangka situasi dan berpikir, "Guru saya mungkin telah sibuk dengan hal-hal lain dan hanya lupa untuk menyapa".
Pada usia 10 tahun, sebagian besar anak mampu menggunakan strategi kognitif untuk mengatasi stres (Saarni dkk., 1999). Akan tetapi, dalam keluarga yang tidak memberikan dukungan dan dicirikan dengan kekacuan keluarga dan trauma, anak-anak mungkin menjadi sangat kewalahan dengan stres bahwa mereka tidak menggunakan strategi seperti itu (Kligman, 2006).
Bencana dapat sangat membahayakan perkembangan anak-anak dan menghasilkan masalah penyesuaian. Di antara dampak dari anak –anak yang mengalami bencana adalah reaksi stres yang parah, depresi, gangguan panik, dan gangguan stres pasca-trauma (Kar, 2009). Proporsi anak-anak mengembangkan masalah-masalah yang mengikuti setelah bencana bergantung pada faktor-faktor, seperti sifat dan keparahan bencana serta dukungan yang disediakan untuk anak-anak. Serangan teroris di world Trade Center di New York City dan Pentagon di Washington D.C, pada tanggal 11 September 2001, dan badai Katrina dan Rita  pada Agustus/September 2005 meningkatkan kekhawatiran, khususnya mengenai bagaimana membantu anak-anak mengatasi situasi yang pemuh tekanan (Osofsky, 2007). Para peneliti telah menawarkan beberapa rekomendasi untuk orangtua, guru, dan orang dewasa lainnya dalam mengasuh anak-anak (Gurwitch dkk., 2001, hlm. 4-11)
1)      Pastikan (beberapa kali, jika perlu) keselamatan dan keamanan anak-anak.
2)      Biarkan anak-anak menceritakan kembali peristiwa dan bersabarlah dalam mendengarkan mereka.
3)      Dorong anak-anak berbicara mengenai perasaan yang mengganggu atau membingungkan, meyakinkan mereka bahwa perasaan seperti itu normal setelah kejadian yang penuh tekanan.
4)      Lindungi anak dari paparan berulang terhadap situasi menakutkan dan pengingat trauma—misalnya dengan membatasi diskusi mengenai peristiwa tersebut di depan anak-anak.
5)      Bantulah anak-anak memahami apa yang terjadi, ingatlah bahwa anak-anak dapat slah mengerti apa yang terjadi. Misalnya, anak-anak yang lebih muda "mungkin menyalahkan diri sendiri, percaya hal-hal yang terjadi tersebut tidak terjadi, percaya bahwa teroris di sekolah, dan sebagainya"(hlm. 10)
6)      "dengan lembut membantu anak-anak mengembangkan pemahaman yang realistis dan peristiwa" (hlm. 10)
Kejadian traumatis dapat menyebabkan orang untuk berpikir mengenai aspek-aspek moral kehidupan. Tidak adanya harapan dan keputusasaan mungkin memotong sirkuit perkembangan moral ketika seorang anak menghadapi kekerasan dari zona perang dan Kota-Kota miskin (Nader, 2001).

C.    KESIMPULAN
            Akhir masa kanak-kanak berlangsung dari enam tahun sampai anak mencapai kematangan seksual, yaitu sekitar 13 tahun bagi anak perempuan dan 14 tahun bagi anak laki-laki. periode pertumbuhan ini lambat dan relative seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun sebelum anak secara seksual menjadi matang pada saat mana pertumbuhan berkembang pesat. Pertumbuhan fisik mengikuti pola dapat diramalkan meskipun sejumlah perbedaan dapat terjadi. Bentuk tubuh mempengaruhi tinggi dan barat dalam akhir masa kanak-kanak. Anak yang memiliki bentuk tubuh ektomorfik, yang tubuhnya panjang dan langsing, dapat diharapkan tidak seberat anak mesoforfik yang mempunyai tubuh lebih berat. Anak yang berbadan mesomorfik tumbuh lebih cepat dari pada anak yang ektomorfik atau endomorfik, dan lebih cepat menjadi pubertas.
            Kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.Menurut Teori Kognitif Piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkrit concrete operational thought). Menurutnya operasi adalah hubungan-hubngan logis diantara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur.
            Perkembangan sosio-emosional pada masa kanak-kanak akhir merupakan  lebih mahir dalam berbicara mengenai dirinya sendiri dan sudah mulai beradaptasi terhadap lingkungan serta emosi terhadap orang lain. Mereka juga sydah mulai menujukkan kesadaran akan kebutuhan untuk mengendalikan dan mengelola emosi mereka untuk mengembangkan pemahaman dan pengaturan emosi diri.
DAFTAR RUJUKAN
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT.Remaja RosdaKarya. 2010.
Santrock, John W., Masa Perkembangan Anak Children, Jakarta: Salemba. Humanika, 2009.
Hurlock, Elizabeth.  Psikologi perkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan). jakarta: ERLANGGA, 1980.

BAB VII

PERIODE REMAJA (11-18TAHUN)

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relatifbaru dalamkajin psikologi. Di negara-negara barat, istilah remaja dikenal dengan “adolescense” yang berasal dari kata dalam bahasa latin “adoloscere” (kata bendanya adolescentia = remaja), berarti tumbuh menjadi dewaasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa.
Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja tidaklah mudah, sebab kapan masa remaja berakhir dan kapan anak remaja tumbuh menjadi seorang dewasa tidak dapat di tetapkan secara pasti. Kesulitan untuk memastikan kapan berakhirnya masa adolesen ini, di antaranya karena adolesen sesungguhnya merupkan suatu ciptaan budaya, yakni suatu konsep yang muncul dalam masyarakat modern sebagai tanggapan terhadap perubahan sosial yang menyertai perkembangan industri pada abad ke-19 di Eropa dan Amerika Serikat.
Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan  suatu periode  dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak  sampai dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan the best  of time and the worst of time.
Para ahli umumnya sepakat bahwa  rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun sampai dengan 18-20 th (Abin Syamsuddin, 2003). Pada rentangan periode ini (sekitar 6 – 7 th) terdapat beberapa indikator perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian yaitu: (1) remaja awal (11-13 th s.d.14-15 th);  dan (2) remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th).
B.     PEMBAHASAN
1.      Perkembangan Fisik
Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang berdampak terhadap perubahan-perubahan psikologis.[49] Pada mulanya, tanda-tanda perubahan fisik dari masa remaja terjadi dalam konteks pubertas. Pubertas adalah masa kematangan fisik yang cepat yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh yang terjadi terutama selama masa remaja awal. Beberapa perubahan yang terjadi akibat dari perkembangan fisik yakni :
a.    Perubahan dalam tinggi dan berat badan
Percepatan pertumbuhan badan terjadi dalam penambahan tinggi badan dan berat badan, tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59-60 inci dan pada usia 18 tahun akan mencapai 69 inci, sedangkan tinggi rata-rata remaja perempuan hanya 64 inci.[50] Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada usia sekitar 11 atau 12 untuk anak perempuan dan 2 tahun kemudian untuk anak laki-laki.
Adapun faktor penyebab lelaki lebih rata-rata lebih tinggi dari perempuan yakni karena laki-laki memulai percepatan pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lambat dibandingkan dengan anak perempuan, hal ini menyebabkan laki-laki mengalami penambahan pertumbuhan selama 2 tahun pada masa anak-anak.
Selain pertumbuhan tinggi badan, percepatan pertumbuhan juga terjadi pada penambahan berat badan, yakni sekitar 13 kg bagi anak laki-laki dan 10 kg bagi anak perempuan. Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan, yang mana berat badan pada saat ini tersebar ke bagiam-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit lemak atau tidak mengandung lemak sama sekali.[51]
b.    Perubahan dalam proporsi tubuh
Perubahan dalam proporsi tubuh ini ditandai dengan tumbuhnya bagian-bagian tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil menjadi terlalu besar.[52] Hal ini terlihat jelas pada pertumbuhan tangan dan kaki, yang sering terjadi tidak proporsional, namun anggota tubuh lambat laun akan mencapai perbandingan tubuh yang baik, misalnya badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi terlihat terlalu panjang.
Remaja laki-laki cenderung menuju bentuk tubuh mesomorf (cenderung menjadi anak yang kekar, berat dan segi tiga), sedangkan anak perempuan kalau tidak endomorf (cenderung menjadi gemuk dan berat) akan memperlihatkan ciri ektomorf (cenderung kurus dan bertulang panjang).[53]
Sekalipun demikian terdapat perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan, sehingga tidak dapat dikatakan harus selalu tepat sama. Mungkin saja anak laki-laki memperlihatkan bentuk tubuh ektomorf atau endomorf dan sebaliknya anak perempuan ada yang tubuhnya berbentuk mesomorf.
c.    Perubahan pubertas
Seperti yang dikemukakan di awal bahwasanya pubertas ialah suatu masa kematangan fisik yang cepat yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh yang terjadi terutama selama masa remaja awal. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary sex characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary sex characteristics).[54]
1)      Perubahan ciri seks primer
Ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi.[55] Bagi anak laki-laki ciri seks primer yaitu pertumbuhan yang cepat pada organ-organ vital, yakni :
a)      Batang kemaluan (penis)
Batang kemaluan (penis) akan mulai tumbuh pada usia sekitar 12 tahun dan berlangsung sekitar 5 tahun.
b)      Kantung kemaluan (scrotum)
Kantung kemaluan (scrotum) akan mulai tumbuh pada usia sekitar 12 tahun dan berlangsung sekitar 7 tahun. Pada skrotum terdapat dua buah testis (buah pelir) yang tergantung di bawah penis. Testis ini sebenarnya telah ada sejak kelahiran, namun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Testis mencapai kematangan penuh pada usia 20 atau 21 tahun, yang mula-mula terlihat pada peningkatan panjang penis yang secara berangsur-angsur bertambah besar.
Perubahan ciri seks primer pada pria sangat dipengaruhi oleh hormon, terutama hormon perangsang yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak. Hormon ini merangsang testis sehingga menghasilkan hormon testosterogen dan androgen serta spermatozoa[56].
Sementara itu, pada anak perempuan perubahan ciri-ciri seks primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis. Pada menstruasi awal ini, sangat mungkin terjadi menstruasi tidak teratur yang datang agak terlambat dalam siklus pubertas.Terjadinya menstruasi pertama ini memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang, sehingga memungkinkan mereka untuk mengandung dan melahirkan anak. Munculnya menstruasi pada perempuan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan indung telur (ovarium). Ovarium terletak dalam rongga perut wanita bagian bawah di dekat uterus yang berfungsi memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon-hormon estrogen dan progesteron.
2)   Perubahan ciri seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Diantara tanda-tanda jasmaniah yang terlihat pada laki-laki adalah tumbuh kumis dan jenggot, jakun, bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu di ketiak, di dada, di kaki, di lengan, dan di sekitar kemaluan, serta otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan terlihat payudara dan pinggul membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu di ketiak dan di sekitar kemaluan.[57]
2.      Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitifini sebagai tahap operasi formal. Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrismeYang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain” Elkind mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.
Personal fabel adalah “suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar” Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Dengan mengutip Elkind menjelaskan “personal fable” sebagai berikut :
“Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya (saat mengendarai mobil), atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang (drugs) berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya”.
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja.Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilakuberisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.
a.     Perkembangan Pengambilan Keputusan
Remaja adalah masa dimana terjadi peningkatan pengambilan keputusan. Dalam hal ini mulai mengambil keputusan-keputusan tentang masa depan, keputusan dalam memilih teman, keputusan tentang apakah melanjutkan kuliah setelah tamat SMU atau mencari kerja, keputusan untuk mengikuti les bahasa inggris atau computer, dan sebagainya.
Transisi dalam pengambilan keputusan muncul kira-kira pada usia 11 hingga 12 tahun dan pada usia 15 hingga 16 tahun. Misalnya, dalam suatu studi, murid-murid kelas delapan, sepuluh, dan dua belas diberikan dilemma-dilemayang meliputi pilihan atas suatu prosedur medis. Murid-murid yang paling tua cendrung menyebutkan secara spontan berbagai resiko, menyarankan konsultasi dengan seorang ahli luar, dan mengantisipasiakibat-akibat masa depan.
Pengambilan keputusan oleh remaja yang lebih tua sering kali jauh dari sempurna, dan kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin bahwa keputusan semacam itu akan dibuat dalam kehidupan sehari-hari, luasnya pengalaman sering memainkan peran yang sangat penting. Untuk itu, remaja perlu memiliki lebih banyak peluang untuk mempraktekan dan mendiskusikan pengambilan keputusanyang realistis. Salah satu strategi untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan remaja terhadap pilihan-pilihan dalam dunia nyata seperti masalah seks, obat-obatan dan dan kebut-kebutan di jalan adalah dengan mengembangkan lebih banyak peluang bagi remaja untuk terlibat dalam permainan peran dan pemecahan masalah kelompok yang berkaitaqn dengan kondisi-kondisi semacam itu di sekolah.
b.    Perkembangan Orientasi Masa Depan           
Seperti yang dikemukakan Elizabet B. Hurlock, remaja mulai memikirkan tentang masa masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Remaja mulsi memberikan perhatian yang besar terhadap berbagai lapangan kehidupan yang akan dijalaninya sebagai manusai dewasa dimasa yang mendatang. Diantara lapangan kehidupan dimasa depan yang banyak mendapat perhatian remaja adalah lapangan pendidikan, disamping dunia kerja dan hidup berumah tangga.
Menurut G. Trosmnisdorff, orientasi masa depan merupakan fenomena motivasional yang kompleks yakni antisipasi dan evaluasi tentang dari masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan. Menurut Nurmi orientasi masa depan berkaitan erat dengan harapan, tujuan, standar, rencana dan strategi pencapaian tujuan di masa yang akan dating.
Sebagai suatu fenomena kognitif motivasional yang kompleks, orietasi masa depan berkaitan erat dengan skema kognitif yaitu suatu organisasi perceptual dari pengalaman masa lalu beserta kaitannya dengan pengalaman masa kini dan di masa yang akan datang.
Menurut Nurmi,skema kognitif tersebut berinteraksi dengan tiga tahap proses pembentukan orientasi masa depan yaitu :
1)   Tahap motivasional
Merupakan tahap awal pembentukan orientasi masa depan remaja. Tahap ini mencakup motif, minat dan tujuan yang berkaitan dengan orientasi masa depan.
2)   Tahap planning
Perencanaan merupakan tahap kedua proses pembentukan orientasi masa depan individu, yaitu bagaimana remaja membuat perencanaan tentang perwujudan minat dan tujuan mereka. Dalam hal ini memiliki ciri-ciripenentuan subtujuanpenyusunan rencanamelaksanakan rencana dan strategi yang telah disusun.
3)   Tahap evaluation
Merupakan tahap akhir dari proses pembentukan orientasi masa depan.
c.     Perkembangan Kognisi sosial
     Dalam perkembangan sosial remaja adanya dua macam arah gerak yang saling berkaitan, yaitu; 1) dorongan untuk memisahkan diri dari orang tua dan 2) dorongan untuk bergaul lebih intens dengan teman-teman sebaya.Karakteristik perkembangan sosial pada remaja yang paling menonjol di antaranya adalah:
1)        Berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan akan pergaulan. Karena itu maka ciri yang menonjol dari masa remaja adalah masa berkembangnya sosialisasi.
2)        Adanya upaya untuk memilih nilai-nilai sosial. Ketika dihadapkan pada nilai yang berbeda ada dua kemungkinan yang terjadi pada remaja yaitu mereka menyesuaikan atau tetap pada pendiriannya.
3)        Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis.
4)        Mulai memilih pada karier tertentu meskipun masih mengalami kesulitan dalam memutuskan.
d.    Perkembangan Penalaran Moral dan Pemahaman Keagamaan
     Perkembangan moral pada remaja telah mencapai tahap moralitas hasil interaksi seimbang itu adanya internalisasi nilai moral dari orang tuanya dan masyarakat sekitar. Pada akhir masa remaja perkembangan moral remaja berada pada tingkat pasca konvensional sering juga disebut sebagai tingkat otonom, dimana pada masa ini kehidupan dan perilaku moral dipandang sebagai penerimaan tanggung jawab pribadi atas dasar prinsip yang dianut. Pada akhir masa remaja terdapat lima perubahan yang dapat dilukiskan sebagai berikut:
1)        Pandangan moral menjadi abstrak, manifestasi dari ciri-ciri ini adalah perilaku remaja yang suka saling menasehati sesama temannya.
2)        Pandangan moral sering terpusat pada apa yang benar dan apa yang salah. Masalah keadilan merupakan masalah yang menarik dan merupakan kekuatan moral sehingga mereka menjadi antusias terhadap reformasi sosial.
3)        Pertimbangan moral semakin mendasarkan diri pada pertimbangan kognitif.
4)        Perubahan dari egosentris menjadi sosiosentris.
5)        Penilaian moral secara psikis menjadi semakin mendalam, sehingga bisa menjadi sumber emosi dan terkadang menimbulkan ketegangan psikologis.
3.      Perkembangan Psikososial
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa selama masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang dramatis, baik dalam fisik maupun dalam kognitif.[58] Perubahan-perubahan secara fisik dan kognitif tersebut, ternyata berpengaruh terhadap perubahan dalam perkembangan psikososial mereka. Dalam uraian berikut kita akan membahas beberapa aspek perkembangan psikososial yang penting selama masa remaja.
a.       Perkembangan Individuasi dan Identitas
Dalam psikologi, konsep identitas pada umumnya merujuk kepada suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta keyakinan yang relatif stabil sepanjang rentang kehidupan, sekalipun terjadi berbagai perubahan. Menurut Erikson seseorang yang sedang mencari identitas akan berusaha “menjadi seseorng” yang berarti berusaha mengalami diri sendiri sebagai “AKU” yang bersifat sentral, mandiri, unik, yang mempunyai suatu kesadaran akan kesatuan batinnya sekaligus juga berarti menjadi seseorang yang diterima dan diakui oleh orang banyak.[59]
Dalam konteks psikologi perkembangan, pembentukan identitas merupaka tugas utama dalam perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai pada masa akhir remaja. Menurut Josselson, proses pencarian identitas, proses dimana seorang remaja megembangkan suatu identitas, personal atau sense of self yang unik, yang berbeda dan terpisah dari orang lain ini disebut dengan individuasi. Proses ini terdiri dari empat sub tahap yang berbeda, tetapi salinh melengkapi, yaitu diferensiasi, praktis dan eksperimentasi, penyesuaian, serta konsolidasi diri. Untuk lebih jelasnya masin-masing sub tahap ini, dapat dilihat pada tabel berikut.[60]

Tabel:1
Sub Tahap
Usia/Th.
Karakteristik
Diferentiation
12-14
Remaja menyadari bahwa ia berbeda secara psikologi dari orang tuanya. Kesadaran ini sering membuatnya mempertanyakan dan menolak nila-nilai dan nasehat-nasehat orang tuanya, sekalipun nilai-nilai dan nasehat-nasehat masuk aka
Practice
14-15
Remaja percaya  ia mengetahui segala-galanya dan dapat melakukan sesuatu tanpa salah. Ia menyangkal kebutuhan akan peringatan atau nasehat dan menentang orang tuanya pada setiap kesempatan. Komitmennya terhadap temen-temen juga bertambah.
Repprochment
15-18
Mendororng remaja untuk menerima kembali sebagian otoritas orang tuanya, tetapi dengan syarat. Tingkah lakunya sering silih berganti. Disuatu sisi ia menerima tanggung jawab disekitar rumah,namun disisi lain ia akan mendongkol ketika orangtuanya selalu mengontrol membatasi gerak-gerik dan aktivitasnya   diluar rumah
Consolidation
18-21
Remaja mengembangkan kesadaran akan identitas personal, yang menjadi dasar bagi pemahaman dirirnya dan diri rang lain.

Tahap psikososial[61]                 Tabel:2
Tahap Psikososial
Usia kira-kira
Kepercayaan vs Ketidakpercayaan
Lahir-1 tahun ( masa bayi )
Otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu
1-3 tahun ( masa kanak-kanak)
Inisiatif vs rasa bersalah
4-5 tahun (masa pra sekolah))
Ketekunan vs rasa rendah diri
6-11 tahun (masa sekolah dasar )
Identitas vs kebingungan peran
12-20 tahun (masa remaja )
Keintiman vs Isolasi
20-24 (masa awal dewasa )
Generativitas vs stagnasi
26-65 tahun (masa pertengahan dewasa)
 Integritas ego vs keputusan
65 tahun – mati

Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas, yang mengharuskan individu menghadapi suatu krisis. Krisis ini bagi eriskon bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentaan dan peningkatan potensi, yang mempunyai kutup positif dan negatif. Semaakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangannya.
4.      Ciri-ciri Masa remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya.[62] Ciri-ciri tersebut akan diterangkan secara singkat dibawah ini:
a.       Masa remaja sebagai periode yang penting
Semua periode dalam kehidupan sangat penting, namun kadar kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting dari pada beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada lagi yang penting karena akibat-akibay jangka panjangnya.
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama ada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
b.      Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
c.       Masa remaja sebagai periode perubahan[63]
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung cepat. Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada lima perubahan yang hampir bersifat universal antara lain meningginya emosi, perubahan tubuh, minat dan peran,perbahan minat dan pola perilaku, dan yang terakhir remaja bersikap ambivalen terhadap setip perubahan.

C.    KESIMPULAN
1.      Perkembangan Fisik
a.   Perubahan dalam tinggi dan berat badan
Percepatan pertumbuhan badan terjadi dalam penambahan tinggi badan dan berat badan, tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59-60 inci dan pada usia 18 tahun akan mencapai 69 inci, sedangkan tinggi rata-rata remaja perempuan hanya 64 inci (Desmita, 2010). Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada usia sekitar 11 atau 12 untuk anak perempuan dan 2 tahun kemudian untuk anak laki-laki.
b.      Perubahan dalam proporsi tubuh
Perubahan dalam proporsi tubuh ini ditandai dengan tumbuhnya bagian-bagian tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil menjadi terlalu besar (Desmita, 2010). Hal ini terlihat jelas pada pertumbuhan tangan dan kaki, yang sering terjadi tidak proporsional, namun anggota tubuh lambat laun akan mencapai perbandingan tubuh yang baik (Hurlock, 1980), misalnya badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi terlihat terlalu panjang.
c.       Perubahan pubertas
Seperti yang dikemukakan di awal bahwasanya pubertas ialah suatu masa kematangan fisik yang cepat yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh yang terjadi terutama selama masa remaja awal. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary sex characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary sex characteristics).
2.      Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal.
3.      Perkembangan Psikososial
a.       Perkembangan Individuasi dan Identitas
Dalam psikologi, konsep identitas pada umumnya merujuk kepada suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta keyakinan yang relatif stabil sepanjang rentang kehidupan, sekalipun terjadi berbagai perubahan. Menurut Erikson seseorang yang sedang mencari identitas akan berusaha “menjadi seseorng” yang berarti berusaha mengalami diri sendiri sebagai “AKU” yang bersifat sentral, mandiri, unik, yang mempunyai suatu kesadaran akan kesatuan batinnya sekaligus juga berarti menjadi seseorang yang diterima dan diakui oleh orang banyak.
4.      Ciri-ciri masa remaja
a.       Masa remaja sebagai periode yang penting
Semua periode dalam kehidupan sangat penting, namun kadar kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting dari pada beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada lagi yang penting karena akibat-akibay jangka panjangnya.
b.      Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
c.       Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung cepat.
DAFTAR RUJUKAN

Desmita, 2012, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Rosdakarya.
John W Santrock, 2011, Masa Perkembangan Anak, Jakarta: salemba Humanika.
Hurlock B Elizabeth, 1980, Psikologi Perekambangan, Jakarta: Erlangga.
Sarwono, Wirawan Sarlito, 1994, Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo.
Sujanto Agus, 1996, Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT Rineka Cipta.
http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/06/masa-remaja- perkembangan-fisik.html ( Diakses 12 Desember 2012 Pukul15:34).

BAB VIII

PERKEMBANGAN PADA MASA DEWASA DINI (18-40 TAHUN)

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya. Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).
Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.
Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.
B.  PEMBAHASAN
1.    Perkembangan Fisik
Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada masa awal dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan pada masa ini. Dalam pembahasan berikut akan diurauikan beberapa gejala penting dari perkembangan fisik yang terjadi selama masa dewasa, yang meliputi: kesehatan badan, sensor dan perseptual, serta otak.[64]
a.    Kesehatan Badan
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari sekitar usia 18 hingga 25, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak – gerak reflek mereka sangat cepat. Lebih dari itu, kemampuan reproduktif mereka berada di tingkat paling tinggi. Meskipun pada masa awal dewasa kondisi kesehatan fisik mencapai puncaknya, namun selama periode ini penurunan keadaan fisik juga terjadi. Sejak dekitar usia 25 tahun, perubahan – perubahan fisik akan terlihat. Perubahan – perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan – perubahan ini sebagian besar lebih bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Secara berangsur – angsur, kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit. Akan tetapi, bagaimanapun pun juga seseorang masih tetap cukup mampu untuk melakukan aktivitas normal. Bahkan bagi orang – orang yang selalu menjaga kesehatan dan melakukan olahraga secara rutin masih terlihat bugar.
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduktif, yakni mulai mengalami menopause atau berhentinya menstruasi dan hilangnya kesuburan. Pada umumnya menopause mulai terjadi pada usia sekitar 50 tahun, tetapi ada juga yang sudah mengalami menopause pada usia 40 tahun. Peristiwa menopause disertai dengan berkurangnya hormon estrogen. Bagi sebagian besar perempuan, menopause tidak menimbulkan problem psikologis. Tetapi bagi sebagian lain, menopause telah menyebabkan munculnya sejumlah besar gejala psikologis, termasuk depresi dan hilang ingatan. Sejumlah studi belakangan ini menunjukkan bahwa problem – problem tersebut sebenarnya lebih disebabkan oleh reaksi terhadap usia tua yang dicapai oleh wanita dalam suatu masyarakat yang sangat menghargai anak – anak muda dari pada peristiwa menopause itu sendiri.
Bagi laki – laki, proses penuaan selama masa pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda – tanda fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan. Lebih dari itu, laki – laki tetap subur dan mampu menjadi ayah anak – anak sampai memasuki usia tua. Hanya beberapa kemunduran fisik juga terjadi secara berangsur – angsur, seperti berkurangnya produksi air mani, dan frekuensi orgasme yang cenderung merosot.
Penelitian Daniel Lavinson dan teman – temannya terhadap 40 orang pria Amerika yang berusia 40 tahun, menemukan bahwa salah satu perubahan penting yang terjadi pada masa dewasa awal ini adalah menurunnya kekuatan fisik dan psikologis. Pada akhir usia 30an dan awal 40an, umumnya pria menyadari bahwa dirinya sudah tidak lagi di puncak kemudaan. Dia tidak bisa lagi berlari cepat, mengangkat benda yang berat, dan sedikit tidur. Penglihatan dan pendengarannya mulai berjurang ketajamannya, daya ingatnya melemah, dan sulit sekali untuk belajar dan mengingat informasi tertentu. Dia menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan lebih gampang terkena penyakit parah, sehingga mungkin dapat menimbulkan cacat seumur hidup atau bahkan mungkin kematian.[65]
b.        Perkembangan Sensori
Pada masa awal dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran mungkin belum begitu kentara. Akan tetapi, pada masa dewasa tengah perubahan – perubahan dalam penglihatan dan pendengaran merupakan dua perubahan yang paling menonjol. Pendengaran dan penglihatan mengalami penurunan pada usia sekitar 40 tahun. Penurunan dalam hal pendengaran lebih terlihat pada sensitivitas nada tinggi. Dalam hal penurunan sensitivitas terhadap nada tinggi ini, terdapat perbedaan jenis kelamin, yakni laki – laki biasanya kehilangan sensitivitasnya terhadap nada tinggi lebih awal dibandingkan perempuan. Perbedaan jenis kelamin ini mungkin lebih disebabkan oleh pengaruh pengalaman laki – laki terhadap suara gaduh dalam pekerjaan sehari – hari, seperti pertambangan, perbengkelan, dan sebagainya. Pada penglihatan daya akomodasi mata mengalami penurunan. Oleh karena itu banyak orang pada usia 40an mengalami kesulitan dalam melihat objek – objek yang dekat.
c.    Perkembangan Otak
Mulai dewasa awal, sel – sel otak juga berangsur – angsur berkurang. Tetapi perkembangbiakan koneksi neural (neural connection), khususnya bagi orang – orang yang tetap aktif, membantu mengganti sel – sel yang hilang. Hal ini membantu menjelaskan pendapat umum bahwa orang dewasa yang tetap aktif, baik secara fisik, seksual maupun secara mental, menyimpan lebih banyak kapasitas mereka untuk melakukan aktivitas – aktivitas demikian pada tahun – tahun selanjutnya.
2.    Psikologi Perkembangan Kognitif pada masa dewasa dini
Kognitif artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan otak yang berhubungan dengan kognisi. Perkembanagn kognisi berarti perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan berfikirnya. Dalam perkembangan kognitif, anak dalam hal ini otaknya mulai mengembangkan kemampuan untuk berfikir, belajar dan mengingat.
Seiring dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian yang disertai dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, maka dunia kognitif anak akan berkembang pesat, makin kreatif, bebas, dan imajinatif. Imajinasi anak-anak prasekolah terus bekerja, dan daya serap mentalnya tentang dunia makin meningkat. Peningkatan pengertian anak tentang orang, benda dan situasi baru diasosiasikan dengan arti-arti yang telah dipelajari selama masa bayi.
Para ahli psikologi mamiliki beberapa teori dalam tahap perkembangan kogniitif. Diantaranya yaitu Piaget dan Vigotsky. Menurut Piaget, anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran dan penyesuaian melalui asimiliasi dan akomodasi.

Schaie (1997) mengemukakan bahwa tahap-tahap kognitif piaget menggambarkan peningkatan efisiensi dalam perolehan informasi yang baru. Misalnya pada masa dewasa awal terdapat perubahan dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan, menerapkan apa yang sudah diketahui, khususnya dalam hal penentuan karier dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pernikahan dan hidup berkeluarga.[66]
Perkembangan kognitif golongan dewasa awal sering dikaitkan dengan pemikiran pasca formal. Banyak penggkajian berpendapat bahawa terdapat satu tahap perkembangan kognitif selepas tahap formal yaitu pasca formal. Pemikiran pasca formal ini melibatkan individu menggunakan maklumat dalam konteks sosial di mana pemikiran di kalangan dewasa adalah lebih fleksibel, terbuka, adaptif (penyesuaian) dan individualistik (tersendiri). Mereka juga lebih menggunakan gerak hati, emosi serta logik untuk berfikir dalam dunia yang tidak menentu dan menggunakan pengalaman dalam situasi yang tidak jelas. Selain itu, mereka juga berkebolehan untuk menghadapi dan menangani situasi yang tidak sempurna , sesuatu yang berkonflik dan dapat bertolak ansur.[67]
Jadi perkembangan kognitif pada tingkat dewasa awal mereka sudah mampu menggunakan akalnya untuk berfikir yang rasional dan realistis. Mereka juga mulai menerapkan pengetahuan yang sudah diketahui kususnya dalam hal penentuan karir dan masa depannya. Pola pemikiran mereka juga lebih fleksibel, terbuka, adaptif dan individualistik.
Berikut penjelasan perkembangan dari dewasa muda :
a.      Perkembangan kreatifitas dewasa muda
Manundar(1985) seorang profesor di bidang psikologi keberbakatan dan kreatifitas dari universitas indonesia, menemukakan pengertian dasar tentang kreatifitas. Menurut munandar kreativitas memiliki beberapa pengertian dasar sebagai berikut[68]:
1)      Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada.
2)      Kreativitas merupakan kemampuan untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah. Jadi, individu tidak terpaku dalam satu jawaban. Disini individu memiliki kebebasan berfikir untuk menyatakan gagasan dan pendapat seluas-luasnya tanpa terikat pada aturan aturan kaku.
3)      Secara operasional, kreatifitas mengandung pengertian sebagai kemampuan mental yang bersifat lancar (fluency), luwes (flexibel), orisinil (asli), dan adanya elaborasi.

Jadi kreatifitas disini berarti merupakan suatu kemampuan individu untuk menemukan suatu jawaban dari permasalahan yang berdasarkan data atau fakta yang ada, sehingga individu memiliki kebebasan dalam berpendapat, tanpa harus terkekang meskipun mempunyai argumen yang berbeda.

b.      Perkembangan memilih karier
Karier mengandung pengertian suatu pilihan pekerjaan yang dilakukan seorang individu, sesuai dengan kepribadian, keterampilan atau kecerdasan. Orang akan menekuni bidang tertentu sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya untuk meraih prestasi dan mempertahankan atau meningkatkan kehidupan yang layak, yaitu makmur, dan sejahtera.[69]

3.      Psikologi Perkembangan Psikososial pada masa dewasa dini
Perkembangan psikososial adalah proses perubahan kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Dalam proses perkembangan ini peserta didik diharapkan mengerti orang lain yang berarti mampu menggambarkan ciri-cirinya, mengenali apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan serta dapat menempatkan diri pada sudutpandang orang lain, tanpa kehilangan dirinya sendiri meliputi perubahan pada relasi individu dengan orang lain, perubahan pada emosi dan perubahan kepribadian.[70]
Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan mereka segera memasuki jenjang karir dalam penkerjaannya. Kehidupan psikososial dewasa dini semakin kompleks karena selain bekerja, mereka akan memasuki dunia pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap harus memperhatikan orang tuanya.
Perkembangan remaja berada pada tahap remaja dan dewasa nuda atau dini, yaitu masa ketika anak ingin menemukan jati dirinya sesuai dengan atau berdasarkan pada situasi kehidupan yang mereka alami.[71]
a.      Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Dini
Havighurst mengemukakan tugas-tugas dewasa dini,  diantaranya:[72]
1)      Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup.
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa dini semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap untuk melakukan tugas reproduksi melalui pernikahan. Untuk sementara dorongan biologisnya akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya dalam mencari calon teman hidup. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai persyaratan pasangan hidupnya.

2)      Membina Kehidupan Rumah Tangga
Menurut papalia, olds, dan feldman mengatakan bahwa golongan dewas dini antara 21-40 tahun. Sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karir tinggi. Mereka membuktikan bahwa mereka sudah mandiri secar ekonomis. Sikap tersebut merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya.mereka juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga.
3)      Meniti Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Rumah Tangga Keluarga
Masa dewasa dini adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semgant yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya untuk enunjukkan prestasi kerja.
4)      Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab.
Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut diwujudkan dengan cara-cara, seperti menggurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan, membayar pajak, menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dan mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan soaial dimasyarakat.
Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya yang berlaku dimasyarakat.
b.      Kepribadian dewasa dini
Empat pendekatan perkembangan psikososial orang dewasa diwakili oleh model tahapan normatif, model penentuan waktu peristiwa (timing of event), model perangai (trait model), dan model tipologikal.[73]

1)        Model Tahapan Normatif
Model tahapan Normatif memotret urutan umum perkembangan berkaitan dengan usia yang terus berlangsung sepanjang hidup, sebanyak yang terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja. Erik erikson percaya bahwa kepribadian terus berubah sepanjang hidup. Pada riset yang dilakukannya pada seorang pria, ia menyatakan bahwa semua orang mengikuti rangkaian dasar perubahan terkait usia dan emosional yang sama.
Dalam tahapan keenam perkembangan psikososial erikson yaitu intimasi versus isolasi ia menyatakan dimana orang dewasa awal membuat komitmen dengan orang lain atau menghadapi kemungkinan rasa terisolasi dan keterpakuan pada kegiatan dan pikiran sendiri.
Model normatif ini dilanjutkan oleh Vaillant dan Levinson. Mereka mengidentifikasi empat pola karakteristik, mekanisme adaptif, yaitu[74] : mature (matang),  immature (belum dewasa),  psychotic dan neurotic

2)      Model Timing of event
Model timing of event,  menganggap keterkaitan perubahan tersebut kepada usia sama banyaknya dengan ketertarikannya kepada perwujudan dan penentuan waktu perisriwa penting dalam hidup baik disengaja maupun tidak. Bernice Neugarten berpendapat bahwa rangkaian perkembangan tersebut tergantung kapan peristiwa tertentu terjadi dalam kehidupan seseorang.

3)     Model Trait : Lima factor Costa dan McCrae
Model trait,  focus kepada sifat atau atribut mental, emosional, temperamental, dan perilaku, seperti tampak riang dan lekas marah.
Ketimbang memperhatikan rangkaian kehidupan umum, model trait (trait model) memerhatikan stabilitas atau perubahan dalam sifat kepribadian. Factor yang tampaknya mendasari lima kelompok yang saling berhubungan (dikenal dengan “lima Besar”). Kelima kelompok tersebut adalah :
a)      Neuroticism,
b)       Extraversion,
c)      Openness to experience,
d)     Conscientiousness, dan
e)      Agreeblenees.[75]
Neuroticism (neurosisme) adalah kumpulan enam sifat negative yang mengidentifikasikan ketidak stabilan emosional : kepanikan, sikap bermusuhan, depresi, kesadaran diri, impulsive, dan rapuh.
Extraversi adalah kumpulan sifat ekstrover yang memiliki karekteristik, seperti penuh kehangatan, rasa ingin tahu, mampu mengungkapkan yang dirasakan dengan baik, penuh aktivitas, suka menunjukkan sikap yang menyenangkan dan cenderung memiliki emosi yang negatif.
Orang-orang yang open to experience (terbuka terhadap pengalaman) ingin mencoba hal-hal baru dan penuh berisi ide-ide baru. Mereka memiliki imajinasi yang jernih dan perasaan yang kuat. Mereka menghargai keindahan dan seni serta mampartanyakan nilai tradisional.
Conscientious adalah orang yang penuh kesadaran, mereka yang ditandai dengan kompetensi untuk melakukan suatu tugas dengan penuh kedisiplinan dan rasa tanggung jawab.
Aggreableness adalah orang yang ramah, mereka yang penuh rasa percaya dan menghargai orang lain, suka menunjukkan sikap menolong, mudah mempengaruhi hal-hal positif, jujur, ramah, tulus dan baik hati.
Kepribadian lebih dari sekedar koleksi sifat. Model yang hanya melihat perbedaan individual dalam pengelompokan sifat adalah model yang terbataskarena model tersebut tidak menawarkan kerangka teoretis untuk memahami bagimana kepribadian bekerja dalam diri seseorang.
4) Model Tipologis
Model tipologi,  mengidentifikasikan tipe atau gaya kepribadian yang lebih luas, yang mempresentasikan sifat kepribadian yang terorganisir dalam diri individu.
Block (1971) merupakan pelopor pendekatan tipologis. Pendekatn ini memandang kepribadian sebagai pelaksanaan fungsi yang mempengaruhi dan yang merefleksikan sikap, nilai, perilaku, dan interaksi social. Menggunakan berbagai teknik termasuk wawancara, penilaian klinis, Q-sort, pemeringkatan perilaku dan pelaporan mandiri, para periset yang bekerja secara independen berhasil mengidentifikasikan beberapa tipe kepribadian dasar. Tiap tipe yang telah muncul dalam sejumlah studi adalah ego-resilent, over controlled dan undercontrolled. Dalam tiga tipe tersebut orang-orang dibedakan menurut ego-resiliency atau kemampuan beradaptasi dibawah stress, dan ego-control, atau control diri. Orang-orang ego-resilient dapat menyesuiakan diri dengan baik, percaya diri, independent, panadai berbicara, atentif, membantu, kooperatif, dan berfokus pada tugas.
Anak-anak undercontrolled bisa menjadi lebih baik pada masa dewasa awal jika mereka dapat menemukan celah yang memandang energy dan spontanitas mereka sebagai nilai plus bukan minus. Walaupun sifat atau tipe kepribadian yang terbentuk pada masa anak-anak dapat memprediksikan lintasan atau pola jangka panjang perilaku, beberapa peristiwa tertentu dapat mengubah alur kehidupan tersebut. Bagi sebagian anak muda, wajib militer menawarkan periode”time out” dan peluang untuk mengarahkan kembali kehidupan mereka. Bagi orang muda denagn masalah penyesuaian diri, menikahi pasangan yang suportif dapat menjadi titik balik, membawa hasil yang lebih positif.[76]
5)       Dasar-dasar Hubungan yang Intim
Biasanya masa dewasa awal adalah masa perubahan yang dramatis dalam relasi personal ketika orang-orang membentuk, menegosiasikan kembali, atau mempererat ikatan yang didasarkan pada pertemanan, cinta, dan seksualitas. Ketika seorang dewasa awal memasuki dunia kuliah atau kerja, mereka harus menyelesaikan negosiasi akan otonomi yang dimulai pada masa remaja dan mendefinisikan hubungan dengan ornag tua mereka.
Keintiman juga mencakup rasa memiliki (sense of belonging). Kebutuhan untuk membentuk hubungan yang kuat, stabil, dekat, dan saling peduli merupakan motivator terkuat perilaku manusia. Emosi yang paling kuat dibangkitkan oleh rasa kasih saying. Orang-orang cenderung kebih sehat baik secara fisik atau mental, dan hidup lebih lama, jika mereka memiliki hubungan dekat yang memuaskan.
a)      Pertemanan
Pertemanan pada masa dewasa awal cenderung berpusat pada pekerjaan dan aktivitas parenting serta berbagai kepercayaan diri dan masukan. Pertemanan memiliki kualitas dan karakter yang beragam. Sebagian sangat intim dan suportif, sedangkan yang lain ditandai dengan konflik yang kerap terjadi. Seorang dewasa awal yang masih melajang amat bergntung kepada pertemanan untuk memenuhi kebutuhan social mereka dibandingkan orang dewasa awal yang telah menikah atau yang telah menjadi irang tua. Wanita muda cenderung memiliki kebutuhan social yang dipenuhi oleh teman mereka ketimbang pria muda. Biasanya wanita memiliki lebih banyak pertemanan intim ketimbang pria dan menemukan pertemanan dengan wanita lain jauh lebih memuaskan ketimbang dengan pria. Pria lebih cenderung berbagi informasi dan aktivitas, tapi tidak berbagi kepercayaan, dengan teman.
b)       Cinta
Sebagian besar orang menyukai kisah cinta, termasuk kisah cinta mereka sendiri. Membayangkan cinta sebagai cerita dapat membantu kita melihat bagaimana orang memilih dan memadukan elemen “plot”. Menurut teori cinta triangular Stenberg, ketiga elemen cinta tersebut adalah intimasi, hasrat dan komitmen. Intimasi, elemen emosional mencakup pengungkapan diri, yang akan mengarah kepada keterhubungan, kehangatan dan kepercayaan. Hasrat, elemen motivasional, didasarakan kepada dorongan batin yang menerjemahkan gejolk fisiologis kedalam hasrat seksual. Komitmen, elemen kognitif, adalah keputusan untuk mencintai dan untuk terus dicintai.
c)      Gaya hidup menikah dan tidak menikah
Dibandingkan masa lalu saat ini lebih banyak orang dewasa yang menunda pernikahan atau tidak menikah sama sekali. Alasan terus melajang diantaranya adalah peluang karier, bepergian, kebebasan seksual, dan gaya hidup, hasrat akan kepuasan diri, kecakapan diri lebih besar bagi seorang wanita, menurunkan tekanan sosial untuk menikah, ketakutan akan perceraian dan kesulitan menemukan pasangan yang pas.
Bagi para homoseksual proses pengungkapan diri mereka mungkin baru berjalan dengan baik pada masa dewasa dan keterbukaan total akan orientasi seksual mereka mungkin tidak akan pernah tercapai. Baik pria gay dan wanita lesbian membentuk hubungan seksual dan romantis yang bertahan lama. Hubungan tanpa ikatan pernikahan, hidup bersama (kumpul kebo) sudah menjadi semakin jamak dan menjadi norma di banyak negara. Hidup bersama dapat menjadi percobaan pernikahan atau pengganti pernikahan. Pasangan yang hidup bersama sebelum menikah cenderung memiliki pernikahan yang lebih rapuh.
Pernikahan adalah sesuatu yang universal dan memenuhi kebutuhan dasar ekonomis, emosional, seksual, dan pengasuhan anak. Pemilihan pasangan dan waktu menikah bervariasi dari satu kultur ke kultur yang lain. Orang ± orang yang berada di negara industri menikah di waktu yang lebih lama dibandingkan generasi yang sebelumnya. Frekuensi relasi seksual dalam pernikahan menurun seiring usia dan hilangnya kemudaan. Lebih sedikit orang yang melakukan perselingkuhan seksual dibandingkan masa lalu.
Kesuksesan dalam pernikahan bisa jadi tergantung pada kekuatan komitmen dan pola interaksi yang ditetapkan pada masa dewasa awal. Usia pada pernikahan merupakan prediktor utama apakah sebuah pernikahan akan langgeng. Kelenturan dalam menghadapi kesulitan ekonomi, kompabilitas, dukungan emosional, dan perbedaan harapan antara pria dan wanita bisa jadi merupakan faktor penting.
Pernikahan dianggap cara terbaik menjamin keteraturan dalam membesarkan anak juga memungkinkan pembagian dalam hal konsumsi dan pekerjaan. Idealnya pernikahan menawarkan intimacy, komitmen, persahabatan, kasih sayang, pemuasan seksual, pendampingan, dan peluang terhadap pertumbuhan emosional serta sumber identitas dan kepercayaan diri yang baru.
d)     Pernikahan
Pernikahan (marriage) merupakan ikatan yang suci/ sakral antara pasangan dari seorang laki-laki dan seorang wanita yang telah memiliki umur cukup dewasa. Mereka telah memiliki kesepakatan meneruskan kehidupan cinta yang dijalin sejak masa pacaran atau cinta yang dijodohkan. Ketika sepakat untuk berkeluarga, ada konsekuensi hak dan kewajiban yang harus ditanggung bersama. Mereka memerankan diri sebagai orang tua, kepala-ibu rumah tangga, ayah-ibu, suami-istri. Ditenggah kehidupan keluarga, lahirlah anak-anak yang siap dididik dan di bimbing hingga tumbuh berkembang menjadi seorang individu yang dewasa dan mandiri.
Turner dan Helms mengklasifikasikan motivasi pernikahan menjadi lima jenis motif, yaitu (1) cinta (love), (2) kecocokan (conformity), (3) Legitimasi untuk memenuhi kebutuhan  dorongan seksual, (4) memperoleh legitimasi status anak, dan (5) merasa siap secara mental untuk menikah.[77]
e)         Perceraian
Adakalanya, pernikahan yang telah dijalin selama kurun waktu tertentu, ternya harus diakhiri dengan pengalaman yang menyakitkan hati diamtara keduannya, yaitu perceraian. Perceraian (divorce) merupakan peristiwa yang sebenarnya tidak direncanakan dan dikehendaki kedua individu yang sama-sama terikat dalam pernikahan. Perceraian bagaimana pun dianggap sebagai jalan terakhir yang harus ditempuh ketika hubunga perkawinan tersebut sudah tidah dapat dipertahankan lagi.[78]
f)              Dinamika proses perceraian
Perceraian tidak langsung menyebabkan kedua pasangan individu yang menikah itu berpisah secara total begitu saja. Menurut ahli psikologi perkawinan, Paul Bohannon mengatakan bahwa ada enam tahap terjadinya proses perceraian, yaitu:[79]

a.       Perpisahan secara emosional,
b.       Perpisahan secara hukum,
c.       Perpisahan secar ekonomis,
d.      Perpisahan koparental (pengasuhan anak),
e.       Perpisahan komunitas. Dan
f.       Perpisahan dari ketergantungan.

a)      Faktor-faktor penyebab perceraian
Pasangan suami-istri yang melakukan perceraian tentu didasari sebab-sebab yang tidak dapat diselesaikan bersama. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadi perceraian suami-istri diantaranya sebagai berikut:
a.       Masalah keperawanan (virginity),
b.      Ketidaksetiaan salah satu pasangan hidup,
c.       Tekanan kebutuhan ekonomi keluarga,
d.      Tidak mempunyai keturunan,
e.       Salah satu dari pasangan hidup meninggal dunia, dan
f.       Perbedaan prinsip, ideologi atau agama.

b)     Akibat-akibat perceraian
Individu yang telah melakukan perceraian, baik, maupun tidak disadari akan membawa dampak negatif. Hal-hal yang dirasakan akibat perceraian tersebut diantaranya sebahgai berikut.
a.       Pengalaman traumatis pada salah satu pasangan hidup (laki-laki ataupun perempuan),
b.      Pengalaman traumatis anak-anak,
c.       Ketidakstabilan kehidupan dalam pekerjaan,

c)      Penyesuaian diri pascaperceraian
Bagi individu yang melakukan perceraian, mau tidak mau harus menghadapi kenyataan. Sebelum menjadi seseorang individu yang hidup sendiri lagi, mereka umumnya memiliki masalah menyesuaikan diri. Dinamakan emosional dalam proses penyesuaian, setelah mengalami perceraian, umumnya meliputi lima tahap, yaitu penolakan,  kecemasan, melakukan tawar-menawar, depresi, dan  penerimaan.

d)     Menikah Lagi
Kehidupan pernikahan yang diwarnai percekcokan antara suami-istri adaah hal yang wajar dan dialami oleh setiap keluarga. Bagi keluarga yang normal, permasalahan konflik umumnya dapat diatasi dengan komunikasi interaktif, yaitu komunikasi yang didasari oleh unsur empeti, pengertian, dan penerimaan apa adanya. Akan tetapi jika sudah bercerai salah satu jalan terbaik adalah menikah lagi.[80]
1.      Faktor-faktor pendorong individu untuk menikah lagi
a.       Pemenuhan kebutuhan biologis,
b.      Etika, Moralitas, dan Norma Sosial,
c.       Kebutuha Ekonomis-keuangan,
d.      Starus sosial,
e.       Pemeliharaan dan pendidikan anak-anak,

2.      Penyesuaian diri setelah menikah lagi
Menyesuaikan dengan pasangan yang baru bukanlah masalah yang mudah, seringkali mereka menemukan berbagi hambatan karena sebelimnya mereka memiliki latar belakang yang berbeda. Oleh karena itu, perlu pemahaman dan penerimaan masa lalu, serta dijalin komunikasi efektif dan efesien agar tercipta kehidupan keluarga yang harmonis, rukun dan damai.

g)      Bercerai dan Tidak Mmenikah Lagi.
Sebagian besar mereka yang menikah lagi berasal dari golongan muda usia antara 20-45 tahun. Walaupun tidak dipungkiri, ada yang berusia di atas 50 tahun, tetapi berkeinginan untuk menikah lagi. Namun, bagi mereka yang bijaksana karena mereka berusia cukup tua, yaitu diatas 50 tahun, sebaliknya bersikap bijak untuk tidak menikah lagi.
Lebih lanjut, daoat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk yidak menikah lagi, antar lain sebagi berikut:
a.       Faktor usia yang cukup tua,
b.      Faktor dorongan untuk memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak,
c.       Faktor pembagian harta warisan, dan
d.      Faktor kepribadian yang dewasa (memiliki prinsip hidup yang bijaksana).

C. KESIMPULAN
Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada masa awal dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan pada masa ini. Dalam pembahasan berikut akan diurauikan beberapa gejala penting dari perkembangan fisik yang terjadi selama masa dewasa, yang meliputi: kesehatan badan, sensor dan perseptual, serta otak.

Perkembangan kognitif golongan dewasa awal sering dikaitkan dengan pemikiran pasca formal. Banyak penggkajian berpendapat bahawa terdapat satu tahap perkembangan kognitif selepas tahap formal yaitu pasca formal. Pemikiran pasca formal ini melibatkan individu menggunakan maklumat dalam konteks sosial di mana pemikiran di kalangan dewasa adalah lebih fleksibel, terbuka, adaptif (penyesuaian) dan individualistik (tersendiri). Mereka juga lebih menggunakan gerak hati, emosi serta logik untuk berfikir dalam dunia yang tidak menentu dan menggunakan pengalaman dalam situasi yang tidak jelas. Selain itu, mereka juga berkebolehan untuk menghadapi dan menangani situasi yang tidak sempurna , sesuatu yang berkonflik dan dapat bertolak ansur.
Perkembangan psikososial adalah proses perubahan kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Dalam proses perkembangan ini peserta didik diharapkan mengerti orang lain yang berarti mampu menggambarkan ciri-cirinya, mengenali apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan serta dapat menempatkan diri pada sudut pandang orang lain, tanpa kehilangan dirinya sendiri meliputi perubahan pada relasi individu dengan orang lain, perubahan pada emosi dan perubahan kepribadian.

DAFTAR RUJUKAN
Baharuddin, 2010, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta:Ar-RUUZ.
Dariyo, agoes, 2004, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, Jakarta: PT Grasindo.
Desmita, 2011, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (panduan bagi orang tua dan guru dalam memahami psikologi anak usia SD, SMP, dan SMA), Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mappiare, Andi. Psikologi Orang Dewasa Bagi Penyesuaian dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.1983
Mar’at, Samsunuwiyati. 2010. PsikologiPerkembangan. Bandung : PT. RemajaRosdakarya
Setiono, kudwiratri, 2009, Psikologi perkembangan, Jakarta: Gramedia.
http://www.scribd.com/doc/44450101/Psikososial-Dewasa-Awal
http://psikology09b.blogspot.com/2010/11/psi-perk-psikososial-pada-masa-dewasa.html
http://nafiiyyah.blogspot.com/2011/01/fase-perkembangan-dewasa-awal-atau.html
http://maklah4you.wordptress.com/2011/10/07/perkembangan-masa-dewasa-dini/

BAB IX

PERKEMBANGAN PERIODE DEWASA MADYA (40-60 TAHUN)


A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Pada hakekatnya masa tua adalah masa dimana seorang manusia atau orang yang berada pada masa ini telah mengalami kesepian. Biasanya masa ini disebut dengan Dewasa Madya ( usia setengah baya). Usia setengah baya ini biasanya berumur antara 40 sampai 60 tahun. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwasannya pada periode-periode lainnya telah di jelaskan bahwa setiap tahap-tahap kehidupan yang berbeda akan mengalami perubahan-perubahan yang signifikan. Baik itu perubahan fisik, kognitif, maupun perkembangan psikososialnya.  Pepatah kuno mengatakan bahwa perubahan yang terjadi pada manusia itu layaknya buah apel, matangnyapun tidak pada waktu yang sama, ada yang bulan juli, dan ada pula yang bulan oktober. Pada saat ini, usia madya di Amerika serikat merupakan masa yang paling sulit dalam segala aspek kehidupan mereka. Mereka bingung memikirkan bagaimana baiknya untuk menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap awal kehidupan dimulai, khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental atau fisik yang diperlukan pada masa-masa dewasa ini, dan memberikan kemudahan untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial budaya. Maka dari pada itu untuk lebih mengetahui lebih dalam tentang perkembangan pada periode ini, mari kita kaji makalah ini secara seksama.

B.     PEMBAHASAN
1.      Perkembangan Fisik Pada Periode Dewasa Madya
Menurut Hurlock (1980), baik pria maupun wanita selalu terdapat ketakutan, dimana penampilannya pada masa ini akan menghambat kemampuannya untuk mempertahankan pasangan mereka, atau mengurangi daya tarik lawan jenis.Selain itu, sebuah penelitian dalam Nowark (1977, menemukan bahwa perempuan berusia dewasa madya lebih memfokuskan perhatiannya pada daya tarik wajah dari pada perempuan yang lebih muda atau tua.[81]Dalam penelitian ini, wanita dewasa madya lebih mungkin menganggap tanda-tanda penuaan sebagai pengaruh negatif terhadap penampilan fisiknya.
Adapun beberapa perubahan fisik mulai tampak lebih awan di usia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik atau bagian terjadi di usia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukan bahwa masa dewasa madya telah datang.
Perubahan – perubahan pada tubuh bagian luar terjadi bebarengan dengan perubahan – perubahan pada organ – organ dalam tubuh dan keberfungsiannya.Perubahan ini, pada sebagian besar bagian tubuh, langsung atau tidak langsung diakibatkan berubahan jaringan tubuh. Seperti gelang karet yang tua, dinding saluran arteri menjadi rapuh dengan bertambahnya usia. Keadaan tersebut dapat menimbulkan kesulitan sirkulasi.Meningkatnya tekanan darah menyebabkan komplikasi jantung. Fungsi kelenjar tubuh menjadi lembam, pori – pori dan kelenjar – kelenjar pada kulit yang membersikan kulit dari kotoran menjadi lebih pelan, sehingga bau badan bertambah. Berbagi kelenjar yang dihubungkan dengan proses pencernaan berfungsi lebih lambat, sehingga mengalami masalah karena pencernaan menjadi lebih sering bekerja.
Kesulitan makin bertambah karena banyak orang usia madya menggunakan gigi palsu, yang justru menambah kesulitan menggunyah. Selain itu, beberapa orang usia madya memperbaiki kebiasaan makan mereka sesuai dengan semakin lambannya kegiatan mereka. Keadaan ini kelihatannya menambah keterbatasan fungsi sistem penurunan. Akibatnya konstipasi sering terjadi pada orang usia madya.
a.      Perubahan pada Kesehatan
Usia madya ditandai dengan menurunnya kesegaran fisik secara umum dan memburuknya kesehatan. Di mulai pada usia pertengahan empat puluh tahunan, terdapat peningkatan ketidakmampuan dan ketidaksabaran yang berlangsung dengan cepat. Masalah kesehatan secara umum pada usia madya mencakup kecenderungan untuk mudah lelah, telingga berdengung, sakit pada otot, kepekaan kulit, pusing – pusing biasa, sakit pada lambung, kehilangan selera makan, serta insomnia.
Bagaimana usia madya mempengaruhi kesehatan individu, tergantung pada banyak faktor, seperti faktor keturunan, riwayat kesehatan masa lampau, tekanan emosi dalam hidup, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan pola hidup untuk mengubah kondisi jasmani.Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari sekitar usia 18 hingga 25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak  - gerak reflek mereka sangat cepat. Lebih dari itu, kemampuan reproduktif mereka berada ditingkat yang paling tinggi.Meskipun pada awal masa dewasa kondisi kesehatan fisik juga terjadi. Sejak usia sekitar 25 tahun, perubahan – perubahan fisik mulai terlihat. Secara berangsur – angsur, kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit.Akan tetapi, bagaimana pun juga seseorang masih tetap cukup mampu untuk melakukan aktivitas normal.
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduktif, yakni mulai mengalami menopause atau berhentinya menstruasi dan hilangnya kesuburan. Pada umumnya menopause mulai terjadi pada usia sekitar 50 tahun, tetapi ada juga yang sudah mengalami pada usia 40 tahun. Peristiwa menopause disertai dengan berkurangnya hormone estrogen.Bagi sebagian besar perempuan, menopause tidak menimbulkan problem psikologis.Tetapi, bagi sebagian yang lain, menopause telah menyebabkan munculnya sejumlah besar gejala psikologis, termasuk depresi dan hilang ingatan.
Bagi laki – laki, proses penuaan selama masa pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda – tanda fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan. Lebih dari itu, laki – laki tetap subur dan mampu menjadi ayah anak – anak sampai memasuki masa tua. Hanya beberapa kemunduran fisik juga terjadi secara berangsu – angsur, seperti berkurangnya produksi air mani, dan frekuensi orgasme yang cenderung merosot.
Pada masa tua atau masa dewasa akhir, sejumlah perubahan pada fisik semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan. Di antara perubahan – perubahan fisik yang paling kentara pada masa tua ini terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan beruban, kulit mongering dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah berubah, dan tulang belakang menjadi bungkuk. Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang, tulang – tulang menjadi rapuh, mudah patah dan lambat untuk diperbaiki kembali.Sistem kekebalan tubuh melemah sehingga orang tua rentan terhadap berbagai penyakit, seperti kanker dan radang paru – paru.
b.      Perkembangan Sensori
Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran mungkin belum begitu kentara.Akan tetapi, pada masa dewasa tengah perubahan – perubahan dalam penglihatan dan pendengaran merupakan dua perubahan fisik yang paling menonjol. Pada usia antara 40 dan 59 tahun, daya akomodasi mata mengalami penurunan paling tajam. Kerena itu, banyak orang yang pada usia setengah baya mengalami kesulitan melihat objek – objek yang dekat.[82]Sementara itu, pendengaran juga mengalami penurunan pada usia sekitar 40 tahun. Penurunan dalam hal pendengaran ini lebih terlihat pada sensitivitas terhadap nada tinggi.Dalam hal penurunan sensitivitas terhadap nada tinggi ini terdapat perbedaan jenis kelamin.Perbedaan jenis kelamin ini mungkin lebih disebabkan oleh pengaruh pengalaman laki – laki terhadap suara gaduh dalam pekerjan sehari – hari, seperti pertambangan, perbengkelan, dan sebagainya.
Selanjutnya pada masa dewasa akhir, perubahan – perubahan sensori fisik melibatkan indera pendengaran, indera perasa, indera pencium, dan indera peraba.Perubahan dalam indera penglihatan pada masa dewasa akhir misalnya tampak pada berkurangnya ketajaman penglihatan dan melambatnya adaptasi terhadap perubahan cahaya.Biji mata menyusut dan lensanya menjadi kurang jernih, sehingga jumlah cahaya yang diperoleh retina berkurang.cahaya yang diperolehnya pada usia 25 tahun.[83]
Demikian juga halnya dengan pendengaran, diperkirakan sekitar 75% dari orang usia 75 hingga 79 tahun mengalami berbagai jenis permasalahan pendengaran, dan sekitar 15% dari populasi di atas usia 65 tahun mengalami ketulian, yang biasanya disebabkan oleh kemunduran selaput telinga ( cochela ). Sementara itu, penurunan juga terlihat dalam kepekaan terhadap rasa dan bau. Dalam hal ini, kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih lama dibandingkan kepekaan terhadap rasa manis dan asin ( Santrock, 1995 ).

c.       Perkembangan Otak
Mulai masa dewasa awal, sel – sel otak juga berangsur – angsur berkurang.Tetapi, perkembangbiakan koneksi neural, khususnya bagi orang – orang yang tetap aktif, membantu mengganti sel – sel yang hilang.Hal ini membantu menjelaskan pendapat umum bahwa orang dewasa yang tetap aktif, baik secara fisik, seksual, maupun secara mental, menyimpan lebih banyak kapasitas mereka untuk melakukan aktivitas – aktivitas demikian pada tahun – tahun selanjutnya.
Pada usia tua, sejumlah neutron, unit – unit sel dasar dari sistem saraf menghilang. Menurut hasil sejumlah penelitian, kehilangan neuron itu diperkirakan mencapai 50% setelah tahun – tahun masa dewasa. Tetapi, penelitian lain memperkirakan bahwa kehilangan itu lebih sedikit. Bagaimana pun juga, diperkirakan bahwa 5 hingga 10% dari neuron kita berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun.[84] Setelah itu, hilangnya neuron akan semakin cepat.
Hilangnya sel – sel otak dari sejumlah orang dewasa diantaranya disebabkan oleh serangkaian pukulan kecil, tumor otak, atau karena terlalu banyak minum – minuman beralkohol. Semua ini akan semakin merusak otak, menyebabkan terjadinya erosi mental, yang sering disebut dengan kepikunan ( senility ). Bahkan, juga dapat menimbulkan penyakit otak yang lebih menakutkan lagi, yaitu penyakit Alzheimer, yang di derita 3% dari populasi dunia berusia 75 tahun. Alzheimer dapat merusak kecerdasan pikiran.Pertama, Alzheimer menyebabkan memori berkurang, kemudian penalaran dan bahasa memburuk. Sebagai penyakit yang menjalar cepat, setelah 5 hingga 20 tahun, penderita menjadi kehilangan arah, kemudian tidak dapat mengendalikan diri, dan akhirnya kosong secara mental, hidup menjadi merana.
Tabel : 1
MASA – MASA KETIKA WANITA MENGALAMI MENOPAUSE ( MASA KRITIS )
Gejala
Penjelasan
Menstruasi Berhenti
Para wanita pada masa ini biasanya akan mengalami menstruasi yang berhenti secara mendadak, hal ini dikarenakan siklus yang lebih pendek dengan arus yang lancar dan deras
Sistem Reproduksi yang Berhenti dan Menurun
Pada masa ini biasanya sistem reproduksi pada wanita mulai berhenti. Akibatnya para wanita pada masa ini tidak dapat lagi memproduksi ovarium, hormon ovarium, dan hormon progestin   
Penampilan Wanita Menurun
Apabila hormone pada wanita telah berkurang, maka secara otomatis, seks sekunder pada kewanitaan akan berkurang yang di tandai oleh wajah yang mulai tampak kasar, lekuk tubuh menjadi rata, dan bulu pada kemaluan mulai menipis
Ketidaknyamanan Fisik
Biasanya wanita pada masa ini sering mengalami rasa tegang dan linu yang tiba-tiba menyerang seluruh tubuh, termasuk kepala dan leher
Berat Badan Bertambah
Seperti halnya masa pubertas anak yang mulai masuk periode gemuk, wanita pada usia ini juga akan demikian
Penonjolan
Hal ini terjadi pada persendian seperti jari yang sering terasa sakit dan akan menebal dan timbul benjolan


Tabel : 2
MASA-MASA KETIKA LAKI-LAKI MENGALAMI SINDROM KLIMATERIK
Gejala
Penjelasan
Rusaknya fungsi Organ Seksual
Setelah menginjak umur 50 tahun, Penurunan aktivitas gonad akan datang secara berangsur-angsur, walaupun ketika berusia 70-80 tahun seorang pria masih bisa membuahi istrinya
Nafsu Seksual Menurun
Pada masa ini nafsu seorang pria akan berkurang seiring menurunnya fungsi organ seksual, hal ini biasanya dipicu oleh tingkat kekhawatiran yang berlebihan
Penampilan Kelakian Menurun
Akibat dari berkurangnya fungsi gonad, maka seorang laki-laki akan kehilangan sifat kelakiannya dan sering memunculkan sifat kewanitaan
Ketidaknyamanan Fisik
Tidak jarang pria pada masa ini mengeluh karena depresi, gelisah, lekas marah, insomnia, dan masih banyak lagi
Menurunnya Daya Tahan Tubuh
Kemunduran ini disebabkan karena kesehatan yang buruk dan juga disebabkan oleh defisiensi gonad. Pada umumnya mereka marasa kehilangan keperkasaannya

2.      Perkembangan KognitifPada Periode Dewasa Madya
a.      Penyesuaian Diri terhdap Minat yang Berubah
Selama perubahan minat pada usia madya ini, perubahan perubahan tersebut jauh kurang  pada tahun-tahun awal kehidupan, seperti halnya yang telah di kemukakan oleh ahli psikologi Ryan “ apapun usia kronologis, keinginan, prilaku dan sikap pada taun-tahunawal akan tetap berjalan dengan lancar dan mendasar.[85]
Perubahan pada usia ini diakibatkan adanya perubahan tugas, tanggung jawab, kesehatan dan peran dalam kehidupan. Untuk lebih jelasnya perhatikan dengan sesksama kolom di bawah ini.
Tabel : 3
PERUBAHAN MINAT PADA MASA USIA MADYA
NO
PERUBAHAN YANG SERING TERJADI
1
Minat biasanya lebih menonjol daripada dikembangkan seiring dengan bertambahnya   umur seseorang
2
Adanya pergeseran penekanan pada minat yang biasanya terjadi pada pakaian apabila pakaian tersebut mewah akan sedikit bergeser pada warna pakaian yang memberikan kesan lebih muda
3
Munculnya minat atau keinginan untuk menyendiri seperti menonton TV, membaca buku, dan hobi-hobi lainnya
4
Adanya keinginan untuk mengembangkan kebudayaan misalnya melukis, membaca, dan mendatangi ceramah dan konser
5
Adanya penurunan dalam  pembedaan jenis kelamin, dimana pria semakin berminat untuk berkegiatan selayaknya wanita

6
Adanya kecenderungan untuk membagi minat baik pada wanita maupun pria
7
Adanya minat untuk berkemampuan yang mengarah pada peningkatan kemampuan pribadi

b.      Penampilan dan Pakaian
Minat dalam berpenampilan ulai berkurang setelah menikah, terutama pada awal-awal orang tua yang semakin nampak perubahan fisiknya.Baik pria maupun wanita keduanya sama-sama melakukan pembatasan dan pemilihan terhadap jenis makanan. Hal ini menyebabkan perubahan terhadap kondisi atau penampilan fisik pada masa usia madya ini, Ini seua membuat mereka merasa lebih puas dengan penampilannya.[86]
c.       Uang
Tanpa menyadari uang itu berjumlah banyak atau sedikit yang mereka milliki, usia madya ini memang betul-betul tertarik pada uang. Namun ada perbedaan ktertarikan antara wanita dan pria yang berusia madya ini. Misalnya saja seorang pria tanpa seorang istri, anak-anak atau saudara, ia tidak akan ambil pusing-pusing berapa jumlah besarnya uang yang akan dikeluarkan untuk mereka, dibandingkan ketika pria tersebut masih muda.
Wanita pada usia ini lebih tertarik pada uang. Maksudnya uang adalah harta yang berwujud benda seperti mobil, rumah mewah, baju,dan lain sebagainya. Pada usia-usia ini biasanya antara wanita dan pria mengalami perubahan tentang penggunaan uang, mereka lebih memikirkan kebutuhan sehari-hari dan rajin untuk menabung yang dipersiakan pada masa tua mereka.[87]
d.      Simbol Status
Pada umumnya usia madya ini suka berfikir dan mawas diri sebagai seorang pemimpin, yakni suatu kelompok yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan yang besar, mereka menginginkan harta benda yang banyak untuk dijadikan simbol tentang keberadaan mereka dalam masyarakat. Hal ini juga telah di kemukakan oleh ahli psikologi yang sering dikenal dengan nama Pockard. Beliau mengatakan bahwasannya “status itu timbul dari penilaiannya yang tersimpan dalam kepalanya, yang mana mereka menganggapnya sebagai nilai sosial, seperti alamat rumah, dan lain sebagainya, itu semua adalah sebagai lambang satus perorangan.[88]
e.       Agama
Pada hakekatanya memasuki masa-masa usia madya ini, orang biasanya cenderung untuk melakukan hal-hal yang bernilaikan keagamaan, dari pada apa yang telah mereka lakukan ketika mereka masih muda, seperti contoh, mereka sering pergi ke gereja atau masjid yang itu adalah tempat-tempat untuk mereka beribadah. Hal ini biasanya dilakukan oleh wanita, karena mereka mempunyai waktu yang luang daripada pria yang sibuk bekerja, dan mereka juga berfikir dengan kegiatan-kegiatan keagamaan ini, kebutuhan mereka secara tidak langsung telah terpenuhi dengan sempurna.
f.       Urusan Kemasyarakatan
Selain merasa mawas diri yakni sebagai seorang pemimpin, usia madya ini juga memiliki saat-saat untuk sama-sama melayani. Hal ini dikarenakan mereka telah memiliki pekerjaan yang tetap, dan bagi ibu rumah tangga tugasnya juga telah berkurang. Maka dari itu mereka memanfaatkan sisa waktunya tersebut untuk kegiatan-kegiatan bermasyarakat, yang mana didalamnya akan ada proses pelayanan atau saling melayani atau membantu.
g.      Rekreasi atau Refreshing
Dengan adanya waktu-waktu yang luang usia madya ini tentunya juga harus memanfaatkan waktu-waktunya tersebut agar menyenangkan dan bermanfaat bagi dirinya. Rekreasi yang mereka inginkan sekarang sudah bereda ketika mereka masih muda dulu, karena mereka lebih suka kagiatan-kegiatan yang tenang.Biasanya diantara mereka ada sedikit perbedaan pendapat antara rekreasi secara berkelompok atau dengan beberapa orang saja (individual).Kalaupun mereka mau dengan berkelompok, itupun karena terkait oleh organisasi kemasyarakatan.
Tabel : 4
SECARA UMUM BERIKUT ADALAH KEGIATAN REKREASI YANG POPULER BAGI USIA MADYA
Jenis Kegiatan
Penjelasan
Olahraga
Pada masa usia madya ini baik pria maupun wanita lebih sering menonton acara acara yang berisikan tentang olahraga daripada melakukan olahraga itu sendiri, dan olahraga yang sering dilakukan biasanya yang ringan-ringan seperti memancing, berenang, berspeda, dan karaokean
Membaca
Biasnya waktu-waktu yang luang pada masa ini digunakan untuk membaca majalah, koran, dan surat kabar. Ada juga yang senang membaca buku-buku tentang seks
Film
Orang yang memasuki usia madya ini biasanya kurang suka dengan film, daripada waktu muda dulu, mereka berfikir bahwasannya mereka telah banyak menonton film pada waktu masa mudanya dulu.
Radio dan Televisi
Orang-orang pada usia madya ini biasanya senang mendengarkan radio ketika mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan ketika berada di mobil saat pulang kerja, sebagian juga senang menonton TV, progam diskusi daripada musik pop
Hiburan
Biasanya dengan adanya waktu-waktu luang, orang pada usia ini menggunakan waktunya untuk mengobrol dan berkunjung kerumah teman-teman mereka hanya untuk santai-santai dan bermain kartu
Melakukan Perjalanan (piknik)
Pada usia ini biasanya mereka mempunyai banyak waktu luang dan pendapatannya relative tinggi, untuk mereka dapat melakukan perjalanan lebih banyak lagi seperti menginjungi teman mereka atau sekedar jalan-jalan saja
Hobi
Hobi pada masa usia madya ini biasanya bersifat konstruktif sperti berkebun, menjahit, mengecat, memasak dan sebagainya
Kursus
Pada umumnya mereka mengikuti kursus-kursus tertentu hanya untuk kesenangan semata, bukan untuk mengeja karir. Mereka hanya menyukai rangsangan otak, kontak sosial, dan suka untuk keluar rumah


h.      Perkembangan Pemikiran Postformal 
Menurut Piaget, remaja berada pada tahap operasional formal yakni berfikir secara abstrak dan hipotesis. Pemikiran seperti ini telah dimulai seajak awal umur 11 tahun, tetapi tidak berkembang secara sempurna. Oleh karena itu menurut beliau pemimkiran yang dialami remaja relatif sama.
3.      Perkembangan Psikososial Pada Periode Dewasa Madya
Menurut ahli psikologi Erikson Istilah “psikososial” adalah perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Perkembangan psikososial juga bisa diartikan berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Jadi, Psikososial itu adalah proses berkembangnya manusia dengan individu lainnya yang mana perkembangan itu berkaitan dengan perasaan, kepribadian dan emosional seseorang.
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumsi mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan manusia.
Penyesuaian sosial pada masa usia madya membawa perubahan minat pada kehidupan sosialnya. Pada masa ini tanggung jawab mereka sebagai pasangan keluarga yang baik sedikit demi sedikit akan berkurang, dan tingkat ekonomi mereka akan meningkat, dengan ini mereka akan lebih banyak berkecimpung dalam dunia kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan kolom berikut ini.
Tabel : 5
FAKTOR YANG MENYEBABKAN ORANG USIA MADYA INI MEMILIKI FUNGSI SOSIAL YANG BAIK
Faktor
Penjelasan
Kesehatan Fisik
Kesehatan yang baik dan stabil membuat mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan masyarakat
Keterkaitan
Ketergantungan yang amat erat terhadap kegiatan sosial dapat menumbuhkan motivasi yang penting untuk selalu ambil bagian dalam kegiatan masyarakat
Skill
Keterampilan dan keahlian sosial yang dimilikinya dapat memperkuat kepercayaan diriinya yang dapat mempermudah masalah-masalah sosial 
Urusan Pribadi
Ketidakhadiran yang dikarenakan adanya urusan keluarga dan keuangan yang kurang stabil tidak dapat membatasi kemampuan dan peran mereka sebagai kelompok ahli sosial
Status Sosial
Status sosial yang cenderung sama dengan teman sebayanya tentang sebuah organisasi mendorong mereka untuk ikut serta dan bergabung dalam suatu organisasi social
Kemauan
Adanya keinginan untuk berperan sebagai pengikut dengan tulus dan ikhlas walupun hanya sekedar anggota

Selama masa usia madya ini, peran personal setiap invidu telah berubah menjadi sangat luas dan kompleks dibandingkan masa-masa mudanya yang hanya terkesan hura-hura dan kesenangan belaka. Perbedaan-perbedaan yang terjadi ini tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif atau yang berkaitan dengan penuaan, melainkan semua itu disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang berkaitan dengan maslah keluarga dan pekerjaan. Menurut Erikson, menyatakan bahwa perkembangan psikososial pada masa usia madya ini ditandai dengan 3 gejala penting yakni, keintiman, generative, dan integritas. Untuk itu mari kita kupas satu per Satu
a.      Perkembangan Keintiman
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang lain akan terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa awal ini, orang – orang telah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan hubungan – hubungan yang intim – akrab, dilandasi rasa persaudaraan, serta siap mengembangkan daya – daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen – komitmen ini sekalipun mereka mungkin harus berkorban untuk itu.

b.      Cinta
Selama tahap perkembangan keintiman ini, nilai – nilai cinta muncul. Cinta mengacu pada perilaku manusia yang sangat luas dan kompleks.menurut Santrock ( 1995 ), cinta dapat diklasifikasikan menjadi empat bentuk cinta, yaitu altruisme, persahabatan, cinta yang romantic atau bergairah, dan cinta yang penuh perasaan atau persahabatan. Meskipun cinta sudah tampak dalam tahap – tahap sebelumnya ( seperti cinta bayi pada ibunya  dan cinta birahi pada remaja), namun perkembangan cinta dan keintiman ini akan muncul setelah memasuki masa dewasa.

c.       Perkemangan Generativitas
Perkembangan ini dialami oleh setiap individu selama masa dewasa. Ciri pada perkembangan ini biasanya adanya perhatian terhadap apa yang dihasilkan seperti keturunan, produk-produk, dan ide. Serta penetapan pedoman-pedoman generasi mendatang.

d.       Perkembangan Integritas
Integritas paling cocok apabila digambarkan suatu keadaan yang dicapai seseorang yang telah memelihara benda, orang, produk, dan ide-ide yang telah berhasil mereka capai.Lawan dari integritas adalah keputusasaan dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupannya.
Menurut perkembangan Psikososial yang dipelopori oleh tokoh Erikson, perkembangan manusia itu dibedakan berdasarkan kulitas ego manusia tersebut.

Tabel: 6

DELAPAN TAHAP PERKEMBANGAN YANG TERANGKUM DALAM KOLOM BERIKUT INI :

No
Tahap Psikososial
Usia Kira-kira
1
Kepercayaan Vs Ketidakpercayaan
Lahir 1 tahun (masa  bayi)
2
Otonomi Vs Rasa Malu Dan Ragu-Ragu (Autonomy Vs Shame And Doubt)
1-3 tahun (masa kanak-kanak)
3
Inisiatif Vs. Rasa Bersalah (Initiative Vs Guilt)
4-5 tahun (masa pra-sekolah )
4
Ketekunan Vs Rasa Rendah Diri (Industry Vs Inferiority)
6-11 tahun (masa sekolah dasar)
5
Identitas Dan Kekacauan Identitas (IdentityVs Identity Confusion)
12-20 tahun (masa remaja)
6
Keintiman Dan Isolasi (Intimacy Vs Isolation)
20-24 tahun (masa awal dewasa)
7
Generativitas Dan Stagnasi (Generativity Vs Stagnation)
25-65 tahun (masa pertengahan dewasa)
8
Integritas Dan Keputusasaan (Integrity Vs Despair)
65 tahun-mati (masa akhir dewasa)


e.       Kondisi Umum yang menghambat proses penyesuaian diri bagi orang pada usia madya

1)      Falsafah “Kursi Berkarang”
Usia madya ini mengklaim bahwasannya seseorang yang terkurung menjadi orang yang tidak aktif, karena harus bertahan sendirian dan merasa harga dirinya sangat kecil.
2)      Penampilan yang Tidak Menarik
Penampilan yang semakin memburuk pada masa ini terjadi pada pria maupun wanita, dan biasanya mereka malas untuk memperbaikinya.
3)      Kurang Memiliki Keterampilan Sosial
Selama masih muda, orang pada usia pada masa ini biasanya tidak pernah belajar tentang keterampilan-keterampilan yang sering dibutuhkan oleh masyarakat, akibatnya mereka merasa tidak berguna dan dikucilkan.
4)      Kecenderungan Untuk Berkontak dengan Keluarga
Orang yang memasuki usia madya ini lebih cenderung suka terhadap keluarganya sendiri daripada orang diluar, begitu pula kegiatan-kegiatannya.
5)      Masalah Keuangan
Seoarang yang telah menginjak masa ini biasanya akan mengalami pendapatan yang tidak menetap dan biasanya mereka mengandalkan tunjangan pension atau orang tua jompo.


C.    KESIMPULAN

            Adapun beberapa perubahan fisik mulai tampak lebih awan di usia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik atau bagian terjadi di usia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukan bahwa masa dewasa madya telah datang. Perubahan – perubahan pada tubuh bagian luar terjadi bebarengan dengan perubahan – perubahan pada organ – organ dalam tubuh dan keberfungsiannya.Perubahan ini, pada sebagian besar bagian tubuh, langsung atau tidak langsung diakibatkan berubahan jaringan tubuh. Seperti gelang karet yang tua, dinding saluran arteri menjadi rapuh dengan bertambahnya usia. Keadaan tersebut dapat menimbulkan kesulitan sirkulasi.Meningkatnya tekanan darah menyebabkan komplikasi jantung. Fungsi kelenjar tubuh menjadi lembam, pori – pori dan kelenjar – kelenjar pada kulit yang membersikan kulit dari kotoran menjadi lebih pelan, sehingga bau badan bertambah. Berbagi kelenjar yang dihubungkan dengan proses pencernaan berfungsi lebih lambat, sehingga mengalami masalah karena pencernaan menjadi lebih sering bekerja.
            Kesulitan makin bertambah karena banyak orang usia madya menggunakan gigi palsu, yang justru menambah kesulitan menggunyah. Selain itu, beberapa orang usia madya memperbaiki kebiasaan makan mereka sesuai dengan semakin lambannya kegiatan mereka. Keadaan ini kelihatannya menambah keterbatasan fungsi sistem penurunan. Akibatnya konstipasi sering terjadi pada orang usia madya.
            Selama perubahan minat pada usia madya ini, perubahan perubahan tersebut jauh kurang  pada tahun-tahun awal kehidupan, seperti halnya yang telah di kemukakan oleh ahli psikologi Ryan “ apapun usia kronologis, keinginan, prilaku dan sikap pada taun-tahun awal akan tetap berjalan dengan lancar dan mendasar. Perubahan pada usia ini diakibatkan adanya perubahan tugas, tanggung jawab, kesehatan dan peran dalam kehidupan.
            Menurut ahli psikologi Erikson Istilah “psikososial” adalah perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Perkembangan psikososial juga bisa diartikan berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Jadi, Psikososial itu adalah proses berkembangnya manusia dengan individu lainnya yang mana perkembangan itu bSerkaitan dengan perasaan, kepribadian dan emosional seseorang.

DAFTAR RUJUKAN

Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Masa. Erlangga; Jakarta.1980.
Mar’at, Samsunuwiyati.Psikologgi Perkembangan. PT.Rosda Karya Remaja; Bandung. 2010Ryan,M. S. Clothing: A Study in human behavior. New York: Holt 1966.
Berscheid, E, E. Walster, and G. Bohntstent. The Happy American Body: A survey report, Psycology Today, 1974, 119-131.
Pockard, V, The Pyramid climbers, New York: McGraw-Hill.1962.
http//www.materi%20makalah%20kelompo%209/psikologi-perkembangan-masa-dewasa.html.

BAB X

PERIODE LANJUT USIA ( 60 TAHUN - WAFAT )

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
            Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis.
            Perubahan ini juga terjadi pada aspek psikologi dan sosialnya. Selain itu permasalahan mengenai perubahan di usia tua ( 60-meninggal ) juga perlu untuk dibahas secara terperinci.

B.     PEMBAHASAN
1.      Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Bagi Usia Lanjut
            Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awalnya masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini. Perubahan kondisi fisik pada usia lanjut sebagian besar terjadi ke arah yang memburuk. Proses dan kecepatannya sangat berbeda untuk masing-masing individu walaupun usia mereka sama.
a.      Perubahan Kesehatan badan
      Pada masa tua atau dewasa akhir, sejumlah perubahan pada fisik semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan. Diantara perubahan-perubahan fisik yang paling kentara pada masa tua ini terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan beruban, kulit mengering dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah berubah, tulang belakang menjadi bungkuk.  Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang, tulang-tulang menjadi rapuh, mudah patah dan lambat untuk diperbaiki kembali. Sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga orang tua rentan terhadap berbagai penyakit, seperti kanker dan radang paru-paru dan lainnya.[89]
b.      Perubahan sensori
      Perubahan-perubahan sensori fisik melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasa, pencium, dan indera peraba. Perubahan dalam indera penglihatan pada masa dewasa akhir misalnya tampak pada berkurangnya ketajaman penglihatan dan melambatnya adaptasi terhadap perubahan cahaya. Biji mata menyusut dan lensa manjadi kurang jernih, sehingga jumlah cahaya yang diperoleh retina berkurang. Sementara itu, penurunan juga terlihat dalam kepekaan terhadap rasa dan bau. Dalam hal ini, kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih lama dibandingkan kepekaan terhadap rasa manis dan asin ( Santrock, 1995 ).[90]
c.       Perubahan pada otak
      Pada usia tua, sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem saraf menghilang. Menurut hasil sejumlah penelitian, kehilangan neuron itu diperkirakan mencapai 50% selama tahun-tahun masa dewasa. Tetapi, penelitian lain memperkirakan bahwa kehilangan itu lebih sedikit, bagaimanapun juga, menurut Santrock ( 1995 ) , diperkirakan bahwa 5 hingga 10% dari neuron kita berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu, hilanggnya neuron akan semakin cepat.
      Hilangnya sel-sel otak dari sejumlah orang dewasa diantaranya disebabkan oleh serangkaian pukulan kecil, tumor otak, atau karena terlalu banyak minum minuman beralkohol. Semua ini akan semakin merusak otak, menyebabkan terjadinya erosi mental, yang sering disebut dengan kepikunan ( seniliti ). Bahkan, juga dapat menimbulkan penyakit otak yang lain.[91]
d.      Perubahan aspek psikososial
      Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
      Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.[92] Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
1)      Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2)      Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3)      Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4)      Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
5)      Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
e.       Perubahan seksual
      Banyak dibicarakan dalam media masa mengenai apa yang di sebut “ midlife crisis ”. Krisi ini mungkin merupakan suatu krisis yang normal yang terjadi antara kurang lebih usia 40 dan 50 tahun. Dalam waktu itu dapat timbul kebosanan dalam hidup perkawinan, suami telah mencapai pucak kariernya, isteri menghadapi atau mengalami menopause. Pendidikan dan pengasuhan anak makin kurangg memakan waktu, pendek kata terjadilah banyak perubahan yang terutama mengakibatkan perubahan yang mendalam pada motivasi seksual.
      Sikap orang lanjut usia terhadap seksualitas berbeda dengan sikap orang muda. Cameron ( 1970 ) mengemukakan bahwa orang lanjut usia dibanding dengan orang muda merasa kurang mempunyai perhatian terhadap seksualitas, kurang mampu dan kurang aktif. Spreitzer menemukan pada orang lanjut usia lebih banyak intoleransi terhadap seks yang non-tradisional ( misal : hubungan seks sebelum nikah atau diluar pernikahan ). Kebudayaan dan norma agama juga mempengarui, yaituu menolak hubungan seks di luar pernikahan. Dengan demikian maka perbedaan antara orang lanjut usia dan orang muda belum dapat dipastikan, paling tidak di Indonesia.[93]
2.      Perubahan Kemampuan Mental Pada Usia Lanjut
      Hasil studi psikologi telah memperkuat adanya kecenderungan penurunan berbagai hal, yang secara otomatis akan juga timbul kemunduran kemampuan mental. Menurunnya kondisi fisik yang menunjang terjadinya kerusakan mental telah ditunjukkan dengan fakta bahwa perlakuan terhdap hormon seks pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berfikir, mempelajari hal baru, menghafal, mengingat dan meningkatkan kemampuan untuk mengeluarkan energi intelektual. Di beberapa kondisi lain seperti tekanan darah tinggi yang mengarah pada hilangnya kemampuan intelektual.
      Perangsangan dari lingkungan juga mempengaruhi kecepatan penurunan kemampuan mental. Mereka yang terus bekerja dalam usia yang lanjut akan mempunyai fungsi otak yang lebih normal dan dapat melakukan tes kecerdasan dengan lebih baik dibandingkan mereka yang menganggur. Mereka yang sering melakukan aktifitas akan mengurangi kecenderungan pengurangan kemampuan mental.
      Dengan menurunnya kemampuan mendengar mereka, maka banyak dari mereka yang tidak bisa atau gagal dalam menangkap isi pembicaraan orang lain. Hala ini berbeda dengan sewaktu mereka berusia muda.
      Bagi sebagian orang yang tidak mengenal tes mentaltidak simpatik dengan pendapat seperti dengan pendapat seperti itu dan menolak kalau mau di uji. Hal ini menimbulkan penyimpangan terhadap sampel yang digunakan dalam studi dan biasanya orang-orang yang tinggal di panti werdha digunakan sebagai sampel dalam studi kelompok usia lanjut. [94]
      Sebagai tambahan, selama diketahui bahwa kecepatan bergerak menurun secara bertahap sesuai dengan pertambahan usia, maka tes terhadap kemampuan mental yang menmenekankan pada elemen waktudianggap tidak sesuai bagi orang yang berusia lanjut. Dalam mengukur kemampuan mental, kemampuan untuk mengatasi tugas-tugas yang berhubungan dengan mental harus bebas dari pengaruh kecepatandan faktor lainnya yang dapat mengacaukan kemampuan mental.
      Karena adanya bukti-bukti yang saling bertentangan ini tentang menurunnya kemampuan mental, Horn dan Donaldson memperingatkan bahwa: “ada hal yang menyebabkan bertentanga pandangan, bahwa semua kemampuan yang dipercayai terlibat dalam kecerdasan menurun atau menurun dalam cara yang sama, beberapa kemampuan mungkin menurun sedikit atau tidak sama sekali. Disamping itu juga ada hasil yang bertentangan denga yang dharapkan, bahwa penurunan kemampuan mental terjadi bagi seluruh subjek atau yang sudah diatur sedini mungkin seperti yang diharapkan dari penentuan data antar bagian secara terpisah”.
      Satu-satunya cara untuk mengukur jumlah penurunan secara tepat adalah dengan menggunakan catatan yang akuran tentang kemampuan puncak masing-masing individu. Kemudian dengan standart tersebut ditentukan persentase penurunan yang terjadi pada setiap tingkat usia yang berbeda. Untuk menentukan, seperti yang telah ditekankan sebelumnya, beberapa studi telah dibuat dengan menggunakan metode longitudinal yang umunya memakai sampel pada tingkat usia yang berbeda. Inilah yang disebut sebagai metode silang antara bagian atau sectional method. Satu studi yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama melaporkan bahwa terjadi penurunan jauh lebih kecil di bandingkan dengan kepercayaan yang telah begitu populer.[95]
      Secara umum merak yang mempunyai pengalaman intelektual lebih tinggi secara relatif penurunan efisiensi mental kurang dibanding mereka yang pengalaman intelektualnya rendah.
3.      Perubahan Minat
a.      Minat pribadi
1)      Minat dalam diri sendiri : orang menjadi semakin dikuasai oleh diri sendiri      apabila semakin tua.
2)      Minat terhadap pakaian : minat terhadap pakaian tergantung pada sejauh mana orang berusia lanjut terlubat dalam kegiatan sosial.
3)      Minta terhadap uang : pensiun atau pengangguran mungkin akan menjalani masa tuanya dengan pendapatan yang kurang bahkan mungkin tanpa pendapatan samasekali.
4)      Minat untuk rekreasi :beberapa perubahan dalam kegiatan sering dilakukan karena memang tidak dapat dielakkan
b.      Minat social
            Dalam bertambahnya usia mengakibatkan banyak orang yang merasa menderita karena jumlah kegiatan sosial yang dilakukan semakin berkurang. Hal ini lazim diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan kemasyarakatan ( social sengagement ). Jenis-jenis kegiatan sosial yang mulai dihentikan, diantaranya : partisipasi sosial, perubahan dalam status individual, dan lain sebagainya.
c.       Minat untuk mati
            Selama masa kanak-kanak, dewasa, dan sedikit pada masa dewasa ini, rasa tertarik terhadap kematian lebih berkisar pada seputar kehidupan setelah mati dari pada terhadap sebab-sebab yang menjadikan seorang mati, sepertii : kapan saya mati, Apakah yang menyebabkan kematian saya, apakah yang dapat saya lakukan terhadap kematian saya, seperti yang saya inginkan, bagaimana saya mati dengan cara yang baik. [96]
4.      Pandangan Menurut Al – Qur’an
      Usia enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Ciri-ciri usia lanjut diantaranya ialah seperti berikut : a) merupakan periode lanjut, (b) perbedaan individual pada efek menua, (c) usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda. Tahapan ini oleh Rasulullah dinamakan masa pergulatan maut, yaitu masa enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Masalah umum bagi usia lanjut adalah keadaan fisik lemah dan tak berdaya sebagaimana firman Allah Swt. Dalam Q.S Al-Rum ( 30 : 54 )
!$#Ï%©!$#Nä3s)n=s{`ÏiB7#÷è|Ê¢OèOŸ@yèy_.`ÏBÏ÷èt/7#÷è|ÊZo§qè%¢OèOŸ@yèy_.`ÏBÏ÷èt/;o§qè%$Zÿ÷è|ÊZpt7øŠx©ur4ß,è=øƒs$tBâä!$t±o(uqèdurÞOŠÎ=yèø9$#㍃Ïs)ø9$#ÇÎÍÈ
“ Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa”.[97]
             Masa tua merupakan masa yang harus di sadari. Pada masa ini, harus menyadari bahwa seseorang sudah tidak muda lagi, dalam arti mesti melakukan perbaikan diri atau muhasabah ( koreksi ), selalu mengevaluasi semua amal perbuatannya, dan senantiasa mendekatkan diri kepada tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan demikian, seseorang sudah dalam keadaan bertobat dengan sebenar-benarnya. Selain itu, seseorang juga dituntut untuk terus beramal dan meningkatkan kualitas iman dan taqwa pada Sang Pencipta ( Khaliq ).[98] Akhirnya, seorang hamba ( makhluk ) betul-betul akan menjadi manusia yang husnul qatimah, gembira dalam menjemput maut, kembali keharibaan Ilahi rabbi, layaknya bayi yang baru lahir.
C.    KESIMPULAN
            Pada awalnya masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini. Perubahan kondisi fisik pada usia lanjut sebagian besar terjadi ke arah yang memburuk. Perubahan fisik itu terjadi dibeberapa bagian diantaranya ialah : perubahan pada kesehatan badan, psikomotori, psikososial, dan juga aspek seksualitas.
            Menurunnya kondisi fisik yang menunjang terjadinya kerusakan mental telah ditunjukkan dengan fakta bahwa perlakuan terhdap hormon seks pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berfikir, mempelajari hal baru, menghafal, mengingat dan meningkatkan kemampuan untuk mengeluarkan energi intelektual.
            Perubahan Minat terjadi pada beberapa aspek diantaranya : Minat pribadi, minat sisoal, dan minat untuk mati.
            Usia enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Tahapan ini oleh Rasulullah dinamakan masa pergulatan maut, yaitu masa enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Masalah umum bagi usia lanjut adalah keadaan fisik lemah dan tak berdaya sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S Al-Rum ( 30 : 54 )

DAFTAR RUJUKAN
Desmita. 2006. Psikologi perkembangan cetakan kedua. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Dea, Thomas. F. O. 1985 Sosiologi Agama, Suatu Pengenal Awal, terj :  Jakarta : rajawali dan yosogama
F.J. Monks, A.M.P. Knoers. Siti Rahayu Haditono. 2002 Psikologi perkembangan.  yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Elizabeth b. Hurlock . 2002 . psikologi perkembangan edisi ke lima.
Jakarta : erlangga
Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I. 2010 . pendidikan dan psikologi perkembangan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Madia
Al-Qur’an digital
EDITOR
            M. Muzammil Al-Ghozy Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Maulana Malang, terlahir di kota Mojokerto pada tanggal 20 Oktober 1992. Menyelesaikan pendidikan MI tahun 2005 di Mojosari, MTsN tahun 2008 di Mojosari, MAN Mojosari tahun 2011 di Mojosari. Kemudian sekarang dalam proses kuliah S1 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang semester 3, sekaligus berdomisili di Jalan Candi VI C Gasek - Karangbesuki - Sukun – Malang.



[1] Adkinson Richard c, Rita L. Atkomson, Pengantar Psikologi I , Jakarta : Erlangga, 1997 hlm 85
[2] Sholeh Munawar, Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005 hlm 03
[3]http://sutisna.com/artikel/psikologi/psikologi-perkembangan/tanggal 19 Oktober 2010pada pukul 23.30 wib
[4] Supriyono Widodo, Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004 hlm 49
[5] Sholeh Munawar, Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005 hlm 24
[6] Sholeh Munawar, Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005 hlm 27
[7] Mohammad Ali,Psikologi Remaja,hal. 12
[8]Drs. Abu Ahmadi dan Drs. Munawar Sholeh, Psikologi perkembangan, Jakarta, hal. 25
[9]Muhammad  Ali, Psikologi Remajahal. 13
[10]Drs. Zulkifli, Psikologi Perkembangan, 1992, Bandung, hal. 14
[11]Dra. Hj. Sitti Hartinah, Perkembangan Peserta Didik, Bandung, hal. 65
[12] Wiji Hidayati. Psikologi Perkembangan.Hal.44
[13]Drs. Zulkifli, Psikologi Perkembangan, 1992, Bandung, hal. 15
[14]Dra. Hj. Sitti Hartinah, Perkembangan Peserta Didik, Bandung, hal. 63
[15]Drs. Zulkifli, Psikologi Perkembangan, 1992, Bandung, hal. 15-16
[16]Drs. Abu Ahmadi dan Drs. Munawar Sholeh, Psikologi perkembangan, Jakarta, hal. 25-26
[17]Ibid, hal. 26
[18] http://www.ayobukasaja.com/2012/06/perkembangan-masa-bayi.html
[19] Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. hal. 89
[20] http://jeffy-louis.blogspot.com/2011/06/makalah-perkembangan-masa-bayi.html
[21] http://ibuhamil.com/diskusi-umum/5356-tiga-fase-pertumbuhan-fisik-bayi.html
[22] Papalia, Diane E. & Olds, Sally Wendkos. 1989. Human Development. McGraw-Hill Book Company. hal 189
[23] Gage, N. L., Berliner, D. C.1998. Educational Psychology 6th ed. Boston: Houghton Mifflin Company. hal. 70
[24] http://vaniariyanti.blogspot.com/2012/05/perkembangan-kognitif-pada-bayi.html
[25] Prasetyo, Jan. Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Retrieved from repository.ui.ac.id/dok-umen/lihat/3660.pdf.
[26] Papalia, Diane E. & Olds, Sally Wendkos. 2009. Human Development. McGraw-Hill Book Company. hal 90
[27] Latifah, Melly. 2010. Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia 1-3 tahun. Retrieved Retrieved from repository.ui.ac.id/dok-umen/lihat/3660.pdf
[28] http://vaniariyanti.blogspot.com/2012/05/perkembangan-kognitif-pada-bayi.html
[29] http://ziezahfakott.blogspot.com/2012/05/perkembangan-psikososial-bayi.html
  
[30] http://ziezahfakott.blogspot.com/2012/05/perkembangan-psikososial-bayi.html
[31]http://ziezahfakott.blogspot.com/2012/05/perkembangan-psikososial-bayi.html
[32]F. J. Monks, A.M.P. Knoers, Siti rahayu Haditono. Psikologi Perkembangan. Hal. 106
[33]Desmita. Psikologi Perkembangan. Hal. 128
[34]Desmita. Psikologi Perkembangan. Hal. 129
[35]Desmita. Psikologi Perkembangan. Hal. 130
[36]Desmita. Psikologi Perkembangan. Hal. 134
[37]Desmita. Psikologi Perkembangan. Hal. 135
[38]Desmita. Psikologi Perkembangan. Hal. 137
[39]Desmita. Psikologi Perkembangan. Hal. 140
[40]Elizabeth B. Hurlock. Perkembangan Anak. hal. 261
[41]Elizabeth B. Hurlock. Perkembangan Anak. hal. 262
[42]Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh. Psikologi Perkembangan. Hal. 106

[43]Abu Ahmadi dan Sholeh Munawar. Psikologi Perkembangan.hal. 104
[44]Hurlock, Elizabeth.  Psikologi perkembangan(suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan). jakarta: ERLANGGA, 1980. Hal 148
[45]Hurlock, Elizabeth.  Psikologi perkembangan(suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan). jakarta: ERLANGGA,1980. Hal 149
[46]Santrock, John W., Masa Perkembangan Anak Children, Jakarta: Salemba Humanika, 2009. Hal 143

[47]Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT.Remaja RosdaKarya, 2010
[48]Santrock, John W., Masa Perkembangan Anak Children, Jakarta: Salemba Humanika, 2009
[49]Desmita, 2010, Psikologi perkembangan, Bandung: PT Rosdakarya, hal 190
[50]Desmita, 2010, Psikologi perkembangan, Bandung: PT Rosdakarya, hal 191
[51]Hurlock B Elizabeth, 1980, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, hal 205-243
[52]Desmita, 2010, Psikologi perkembangan, Bandung: PT Rosdakarya, hal 191
[53]http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/06/masa-remaja-perkembangan-fisik.html
[54]Desmita, 2010, Psikologi perkembangan, Bandung: PT Rosdakarya, hal 192
[55]Desmita, 2010, Psikologi perkembangan, Bandung: PT Rosdakarya, hal 192
[56]Sarwono Wirawan Salito, 1994, Psikologi Remaja,Jakarta:RajaGrafindo
[57]Desmita, 2010, Psikologi perkembangan, Bandung: PT Rosdakarya, hal 193
[58]Desmita, 2010, Psikologi perkembangan, Bandung: PT Rosdakarya, hal 210
[59]Desmita, 2010, Psikologi perkembangan, Bandung: PT Rosdakarya, hal 211
[60]Desmita, 2010, Psikologi perkembangan, Bandung: PT Rosdakarya, hal 212
[61]Desmita, 2010, Psikologi perkembangan, Bandung: PT Rosdakarya, hal 213
[62]Hurlock B Elizabeth, 1980, Psikologi perkembangan, Jakarta: Erlangga, hal 207
[63]Hurlock B Elizabeth, 1980, Psikologi perkembangan, Jakarta: Erlangga, hal 207
[64]Mar’at, Samsunuwiyati. 2010. PsikologiPerkembangan. Bandung : PT. RemajaRosdakarya
[65]Setiono, kudwiratri, 2009, Psikologi perkembangan, Jakarta: Gramedia.

[66]  Mappiare, Andi. Psikologi Orang Dewasa Bagi Penyesuaian dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.1983. hal.67.
[67]Mappiare, Andi. Psikologi Orang Dewasa Bagi Penyesuaian dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.1983. hal.69.
[68] Dariyo, agoes. Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: grasindo.2003. hal.52.
[69]  Dariyo, agoes. Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: grasindo.2003. hal.55.
[70] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (panduan bagi orang tua dan guru dalam memahami psikologi anak usia SD, SMP, dan SMA), 2009, hlm 180.
[71] Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, 2010, hlm 139.
[72] Setiono, Kusdwiratri, Psikologi Perkembangan, 2009, hlm 83-96.
[73] Dariyo, Agues, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, 2004, hlm 109-122.
[74]http://maklah4you.wordptress.com/2011/10/07/perkembangan-masa-dewasa-dini/

[75]http://maklah4you.wordptress.com/2011/10/07/perkembangan-masa-dewasa-dini/
[76]http://www.scribd.com/doc/44450101/Psikososial-Dewasa-Awal

[77] Dariyo, Agues, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, 2004, hlm 109-122.
[78]http://psikology09b.blogspot.com/2010/11/psi-perk-psikososial-pada-masa-dewasa.html
[79]http://psikology09b.blogspot.com/2010/11/psi-perk-psikososial-pada-masa-dewasa.html

[80]http://makalah4you.wordpress.com/2011/07/10/perkembangan-masa-dini.
[81] Jhon F. Santrock, 1995.
[82]Kline dan Schieber, 1985.
[83]Kline dan Schieber, 1985.
[84]Santrock, 1995.
[85] Ryan, M. S. Clothing: A Study in Human Behavior. New York: Holt 1966
[86]Berscheid, E, E. Walster, and G. Bohntstent. The Happy American Body: A survey report, Psycology Today, 1974, 119 – 131
[87] Chew, P. The inner world of the middle-agen man. New york: Macmillan, 1976
[88] Pockard, V, The Pyramid climbers, New York: McGraw-Hill.1962
[89] Desmita, psikologi perkembangan, ( Bandung : rosda karya, 2006 ) hlm. 234
[90] Ibid. Hlm 236
[91] Ibid. Hlm 237
[92] Dea, Thomas. F. O., Sosiologi Agama, Suatu Pengenal Awal, terj, ( Jakarta : rajawali dan yosogama 1985 ).
[93] F.J. Monks, A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi perkembangan, ( yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2002 ) hlm. 351
[94] Elizabeth b. hurlock, psikologi perkembangan edisi ke lima, ( Jakarta : erlangga, 2002 ) hlm.    388
[95] Ibid. Hal 389
[96] Ibid. Hal 391
[97] Al-Qur’an Digital.
[98] Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I, Pendidikan dan psikologi perkembangan, ( Jogjakarta : Ar-Ruzz, 2012 ) hlm. 99-100